Dalam kehidupan, bencana dan tragedi seringkali menjadi bagian tak terpisahkan yang menguji ketahanan dan kesabaran manusia. Imam Ali a.s. menggambarkan dunia sebagai rumah yang dikelilingi oleh berbagai godaan dan penderitaan. Bagaimana seseorang merespons tragedi ini dapat menentukan karakter dan kekuatannya dalam menghadapi cobaan.
Ada dua jenis reaksi yang umumnya muncul saat manusia dihadapkan pada tragedi. Pertama, ada yang menyerah dan kehilangan semangat juangnya, menyebabkan kecacatan spiritual. Kedua, ada yang mampu bertahan dengan kesabaran, menganggapnya sebagai bagian alamiah dari kehidupan dan terus berusaha menjalani hidup dengan semangat dan tekad yang kuat.
Kesabaran dalam menghadapi bencana berarti tidak membiarkan diri hancur oleh ledakan emosi negatif. Ini melibatkan upaya untuk tetap tenang dan menjaga kendali diri, serta tetap berusaha meraih tujuan hidup meskipun dihadapkan pada cobaan yang berat.
Sebagai contoh, seorang musafir yang mengalami kesulitan dalam perjalanan tidak akan pernah mencapai tujuannya jika ia menyerah pada kesulitan yang dihadapinya. Kesabaran adalah kunci untuk tetap bertahan dan melanjutkan perjalanan, serta membangun tekad yang kuat untuk menghadapi segala rintangan.
Ada dua keuntungan penting dari kesabaran dalam menghadapi tragedi. Pertama, kesabaran menjaga semangat juang tinggi dan mencegah perasaan kehilangan atau putus asa. Kedua, kesabaran membangun tekad dan kemauan yang kuat, yang diperlukan untuk menghadapi cobaan yang besar.
Dalam Islam, kesabaran dianggap sebagai modal utama untuk menghadapi cobaan dan bencana. Dua riwayat menunjukkan pentingnya kesabaran dalam menghadapi tragedi. Pertama, seseorang yang tidak memiliki kesabaran akan cenderung merasa lemah dan tidak berdaya saat menghadapi kesulitan. Kedua, kesabaran akan mendatangkan ganjaran dari Allah bagi mereka yang tetap sabar dalam menghadapi cobaan.
Kisah Utsman bin Mazh’un menunjukkan betapa pentingnya kesabaran dalam menghadapi tragedi. Meskipun mengalami kehilangan yang besar, ia diperingatkan oleh Rasulullah Saw untuk tidak menyerah pada kesedihan dan mengubah keputusannya untuk menjalani kehidupan yang terisolasi.
Dengan demikian, kesabaran dalam menghadapi bencana adalah kunci untuk tetap bertahan dan meraih tujuan hidup. Ini melibatkan upaya untuk tetap tenang dan menjaga semangat juang, serta membangun tekad yang kuat untuk menghadapi segala rintangan. Dalam Islam, kesabaran dianggap sebagai modal utama untuk menghadapi cobaan dan bencana dengan penuh keberanian dan kekuatan.
*Dikutip dari buku Menghiasi Iman dengan Kesabaran – Ayatullah Udzma Sayyid Ali Khamenei