ICC Jakarta- Awal bulan Dzulqa’dah adalah awal Pekan Haji. Di tahun ini, Pekan Haji menjadi berbeda dibanding tahun-tahun lalu karena penyebaran virus corona. Pemerintah Arab Saudi hingga saat ini belum menentukan keputusan final terkait Haji Tamattu’, sehingga para tamu Allah tidak bisa memastikan kepastian pelaksaan ibadah haji tahun ini. Namun yang menjadi sorotan di masa seperti ini adalah makna haji dan urgensi pelaksanaan ibadah wajib ini.
Oleh karena itu, Ayatullah Hasan Mamduhi, Anggota Jami’ah Mudarrisin Hauzah Ilmiah Qum, dalam wawancara dengan wartawan Farsnews, mengungkapkan, “Hakikat haji adalah sebuah amal yang jika dilakukan sebagaimana mestinya, akan membuat manusia menjadi adil sehingga dosa tak akan tertulis dalam kitab amalnya, sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa riwayat. Haji akan menciptakan perubahan dalam diri manusia, sehingga ia keluar dari kondisi biasa dan menjadi manusia Ilahi.”
Terkait kualitas Haji, Ayatullah Mamduhi menyebutkan, “Haji ialah seseorang mengunjungi negeri wahyu (Mekkah) dengan penuh perhatian kepada Allah. (Di sana) ia melakukan amal-amal dengan benar, berada di negeri wahyu selama beberapa waktu, merasakan bahwa Allah melihat amal perbuatannya, dan orang tersebut tahu bahwa dia dilihat para nabi. Perbuatan ini tentu menciptakan efek baik yang jika berlanjut, seseorang akan senantiasa menjadi orang yang salih dan sempurna.”
Ayatullah Mamduhi menjelaskan dalam haji seluruh umat Islam dunia, berbahasa, suku, dan warna kulit apapun mengunjungi rumah Tuhan. Ia mengingatkan, “Haji bukanlah kewajiban yang bersifat teritorial, individual, dan nasional. Haji adalah panggilan untuk seluruh masyarakat dunia. Nabi Ibrahim as membangun rumah Tuhan agar seluruh manusia mendatanginya. Ketika semua manusia datang, meski secara zahir, pakaian, warna, bahasa, dan kawasan mereka berbeda, namun dari sisi kehambaan dan hubungan dengan Allah Swt, mereka semua memiliki satu ikatan. Ikatan inilah yang menyamakan mereka dari segala sisi.”
sumber jakarta.icro.ir