ICC Jakarta – Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar mengungkapkan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi dalam beberapa tahun ke depan. Bonus demografi ini seperti pisau bermata dua yang bisa berarti positif atau sebaliknya negatif jika tidak dikelola dengan baik.
Oleh karena itu KH Miftachul Akhyar menekankan empat hal yang diperlukan untuk membuat bonus demografi Indonesia menjadi peluang yang besar. Pertama, grand idea atau penyegaran kembali visi misi Nahdlatul Ulama. Kedua adalah grand program. Grand program yang dimaksud adalah program yang didesain secara besar yang melibatkan keluarga besar Nahdliyin.
Ketiga adalah grand strategy atau strategi skala besar yang berisi inovasi yang direncanakan, dikelola dan diamalkan oleh kader-kader NU yang berasal dari berbagai latar belakang. “Sayangnya saat ini kader NU lebih banyak berkumpul di departemen keagamaan,” katanya. Maka dari itu ke depan perlu mengembangkan kader NU yang memiliki kemampuan lain.
Keempat adalah grand control. Yang dimaksud oleh Kiai Miftah adalah terciptanya “sistem komando yang baik mulai dari level PBNU sampe anak ranting”. Sistem ini diperlukan untuk membuat organisasi lebih responsif dan proaktif sehingga kelak NU akan lebih mampu bersaing dengan organisasi lain.
“Ini PR (pekerjaan rumah) NU yang perlu dirumuskan dalam Munas dan Konbes saat ini. Sebab jika tidak dikelola dengan baik, kita jadi bulan-bulanan yang diperebutkan oleh orang lain,” pungkasnya.
Rais ‘Aam sendiri memberikan pidato setelah Ketum PBNU dan sebelum Presiden Jokowi. Selain Presiden, turut hadir pada upacara pembukaan itu ulama Suriah Syekh Taufiq Ramadhan Al-Buthi, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Agama H Lukman Hakim Saifuddin, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.