ICC Jakarta – Pada kesempatan ini mari kita ulas relasi Imam Husain AS, gerakan Imam Husain dan kelompok Mustad’afin. Peranan dan pengaruhnya dalam membangun gerakan kemanusiaan dan perjuangan di jalan Allah Swt.
Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya [1]
Waktu itu Imam Husain beserta keluarga dan sahabat termasuk kelompok yang lemah, dari sisi jumlah mereka sangat sedikit, mereka diserang oleh pasukan yang jauh lebih besar jumlahnya, ribuan kali lipat dibanding jumlah mereka. Namun mereka memiliki bekal ketakwaan kepada Allah SWT.
Allah SWT juga menolong kelompok Imam Husain as, terbukti bahwa perjuangan beliau, keluarga dan sahabat beliau benar-benar bisa menjaga ajaran Nabi Muhammad Saw selamat dari kepunahan, tidak hilang sia-sia seiring berlalunya waktu. Senantiasa hidup di hati orang-orang yang beriman, membara membakar dan memberikan semangat juang di jalan Allah, memberikan semangat tanpa henti kepada kaum lemah dan para pembela kaum lemah, dimana saja dan kapan saja. ini Semua jelas karena pertolongan Allah SWT.
Rasa kasihan yang merasuki musuh-musuh Allah sehingga Imam selanjutnya yakni Imam Ali Zainal Abidin bisa tetap melanjutkan keimamahan juga hal istimewa, orang-orang bengis yang sebelumnya rela menghabisi nyawa anak kecil di depan mata ayahnya, orang yang rela membantai keluarga Nabi hanya karena tergiur tipuan tanah Ray dan gemerlap dunia yang fana, bisa berubah niat karena mendapat ucapan tegas dari wanita pecinta Allah Zainab bin Ali bin Abi Thalib. Dengan cara ini estafet perjuangan Imam Husain bisa sampai ke telinga seluruh manusia. Tentu hal ini tidak diluar dari campur tangan pertolongan Allah SWT.
Ini adalah sebuah kemestian bahwa perjuangan di jalan Allah selalu diberkahi Allah, selalu mendapatkan pertolongan dari-Nya. Pertolongan dengan cara berbeda-beda yang bisa jadi tidak terpikirkan oleh manusia bagaimana bentuknya. Hal-hal yang bisa kita resapi dari bersyukur kepada Allah dalam segala keadaan. Bahkan mensyukuri ketika sudah menyempatkan diri untuk bersyukur kepada Allah SWT.
Ini menjadi dasar keyakinan orang-orang beriman bahwa walau secara kasat mata mereka lemah, mungkin jumlah yang sedikit, modal tidak terlalu besar, wilayah tidak terlalu luas, sumber daya alam yang tidak terlalu kaya dll, hal ini tidak menjadi alasan untuk menyerah dan pasrah dihadapan musuh-musuh Allah.
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar [2]
Kesabaran yang tinggi adalah modal besar. Dengan kesabaran orang-orang beriman melakukan penelitian dan penguatan diri sehingga bisa bertahan dihadapan kelompok yang ingin berkuasa dan menzalimi yang lemah. Amerika waktu itu 1979-1990 dari sisi materi sangatlah kuat, bisa bersaing dengan Unisoviet serta negara-negara besar lainnya. Namun hal ini tidak membuat para pecinta Al Husain AS di Iran menjadi gentar, semangat perjuangan Imam Khomeini tetap membara, menjawab tantangan dan kepongahan Amerika dengan Iman dan ketaatan kepada Allah SWT. Selama yang dilakukan diridoi Allah maka hal itu akan dilakukan. Jihad-jihad dari berbagai lini kehidupan benar-benar efektif memperkuat Iran dan bisa bersaing ditengah desakan berbagai negara di dunia Global. Jihad ekonomi, Jihad pertanian, Jihad teknologi, Jihad keilmuan, Jihad pembangunan, Jihad membangun silaturahmi sesama umat Islam secara global, dan berbagai jihad lain sudah mulai bisa dipanen hasilnya sejak pertama kali dilakukan. Pembangunan di dalam negeri Iran sangat drastis, drone-drone teknologi tinggi, nano teknologi demi menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan, prestasi di olimpiade olah raga, olimpiade scientis, dari pengikut(nya) yang bertakwa ini adalah hasil dari ketakwaan kepada Allah SWT. Sampai sekarang pun modal ketakwaan kepada Allah adalah modal paling besar, semua hal dilakukan sesuai dengan apa-apa yang sudah ditetapkan Allah SWT.
Ini adalah salah satu efek dari kebangkitan Imam Husain AS, dan semangat yang terus bergelora merasuki kaum-kaum mustadafin, bahwa walau secara material lemah, secara jumlah sedikit tetap hal itu tidak menjadi alasan untuk murung dan mundur, tidak menjadi alasan untuk menjadi tertindas dan dijajah.
Palestina sampai sekarang terus bertahan walau mata-mata dunia kurang meliriknya juga ada semangat-semangat yang digelorakan Imam Husain kepada kaum mustad’afin disana, walau dengan batu-batu yang dilontarkan dengan tali temali, tapi falsafah untuk maju dan melawan kaum penjajah, falsafah bahwa hak-hak kemerdekaan adalah milik semua manusia tanpa ada yang bisa mengganggu. Bahwa kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.[3]inilah salah satu pilar mengapa Indonesia mendukung perjuangan bangsa Palestina.
Warga Yaman, warga bersarung itu pun bertahan hingga lebih dari lima tahun, itu juga semangat dan keyakinan bahwa tidak boleh menyerah dan mengalah dihadapan kelompok dzalim, hal-hal yang diajarkan Imam Husain as agar kaum Mustad’afin berani melawan kaum zalim dan durjana, para kolonial genre baru.
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman[4] [1] (Ali Imron: 123)
[2] (Ali Imron: 146) [3] Pembukaan undang-undang dasar 1945. [4] (Ali Imron: 139)Sumber: Ikmalonline