Dalam tengah-tengah eskalasi kekerasan yang berkepanjangan di Jalur Gaza antara Israel dan Hamas, pandangan Sayid Hassan Nasrullah, Sekjen Hizbullah Lebanon, memberikan pencerahan baru terhadap dinamika konflik yang sedang berlangsung. Dalam pidatonya yang terbaru, Nasrullah menyoroti transformasi strategis yang menarik yang telah terjadi dalam pendekatan Israel terhadap konflik ini.
Menurut Nasrullah, Israel awalnya mengumumkan dengan lantang bahwa tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan Hamas, gerakan perlawanan yang memerintah di Gaza. Namun, ironisnya, setelah berbulan-bulan terlibat dalam pertempuran yang sengit, Israel kini terlibat dalam perundingan dengan Hamas melalui mediator yang berbeda-beda. Hal ini, menurut Nasrullah, menandakan kekalahan strategis yang signifikan bagi Israel, yang terpaksa beralih dari pendekatan militer yang keras ke upaya diplomasi.
Pendapat Nasrullah tidak hanya menyoroti kelemahan strategis Israel, tetapi juga menekankan kekuatan dan keberhasilan Hamas dalam menghadapi serangan Israel. Dia memperjelas bahwa Hamas bukanlah pihak yang lemah dalam konflik ini; sebaliknya, mereka telah mampu bertahan dan bahkan menetapkan syarat-syarat dalam perundingan saat ini.
Lebih jauh lagi, Nasrullah menegaskan komitmen Lebanon dan Hizbullah dalam mendukung perlawanan Palestina di bawah kepemimpinan Hamas. Dukungan ini mencakup penekanan pada syarat-syarat yang diajukan oleh Hamas dalam perundingan saat ini.
Namun, tidak hanya Israel yang menjadi sasaran kritik Nasrullah. Dia juga mengutuk peran Presiden Amerika Serikat dalam konflik ini, menegaskan bahwa dengan satu tanda tangan saja, AS dapat memainkan peran penting dalam mengakhiri pertempuran di Gaza dan Lebanon. Pernyataannya ini menyoroti kekuatan besar yang dimiliki AS dalam menengahi konflik di wilayah tersebut.
Dengan pandangan yang tajam dan analisis yang mendalam, Nasrullah memberikan pemahaman yang lebih luas tentang perkembangan terbaru dalam konflik Gaza-Israel. Ini menawarkan sudut pandang yang penting dalam mengevaluasi dinamika kompleks dari konflik yang telah berlangsung selama berbulan-bulan ini.