ICC Jakarta – Ketika kami masih anak-anak, sekitar umur tujuh atau delapan tahun, saya masih ingat betul ketika bulan Rajab akan tiba. Orang tua kami akan berkata: seminggu lagi akan tiba bulan Rajab, atau tiga hari lagi akan tiba bulan Rajab bahkan mengatakan kemungkinan malam ini adalah malam pertama Rajab dan seterusnya.
Ayah dan ibuku berpuasa selain pada hari pertama dan terakhir Rajab, juga selain ayam baidh (13,14,15 setiap bulan Hijriyah) , Kamis, Jumat. Ayahku dalam sebagian tahun-tahun selalu menggabungkan puasa Rajab dan Sya’ban, bahkan menyambungkannya dengan puasa bulan Ramadhan. Bulan Rajab adalah bulan istighfar, taubat dan ibadah.
Syahid Muthahhari juga berkata: Pada tahun 1942 saya pergi ke Isfahan. Saya berada di Madrasah Nim Award Isfahan. Suatu waktu saya mendengar Haj Mirza Ali Agha Syirazi dengan suara khasnya ketika membaca: Aina Rajabiyun, beliau berkata: kita akan malu dihadapan Allah Swt jika telah tiba bulan Rajab namun tidak memiliki amalan apapun. Jika demikian adanya, jelaslah bahwa kita tidak termasuk Rajabiyun, jadi apa yang akan kita lakukan?
Bulan Rajab adalah bulan istighfar, ibadah dan puasa. Tradisi ini telah ada diantara kita dan sayangnya secara pelan-pelan telah terlupakan. Kapan bulan Rajab akan tiba, para orang tua sudah banyak yang tidak paham kapan tibanya apalagi anak-anaknya. Sekarang, jika kita meminta kepada anak-anak untuk mengurutkan nama-nama bulan Hijriyah semenjak bulan Muharam hingga Dzul Hijah, mereka tidak bisa. Bahkan mereka lupa jika ada bulan-bulan ini, namun yang penting diperhatikan bahwa kewajiban kita tidak pernah berhenti untuk selalu mengingatkannya. (SZ)
Source: Diterjemahkan dari site Hawzah Net