ICC Jakarta – Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zakky Mubarak ingatkan umat Islam agar tidak menggunakan tempat ibadah (masjid) untuk membicarakan perkara dunia dan perkara lain yang tidak baik termasuk perkara politik. Menurut Kiai Zakky, ketika terjadi hal semacam itu maka Islam mendapatkan fitnah yang besar.
Kiai Zakky menerangkan, fatwa itu didapatkannya dari cerita sahabat nabi Anwar bin Harist. Kala itu, Anwar bin Harist datang ke kediaman Sayidina Ali bin Abi Thalib untuk melaporkan kejadian penggunaan tempat ibadah untuk membicarakan masalah dunia.
Mendengar laporan itu, Sayidina Ali lalu menjawab bahwa hal semacam itu merupakan hal yang tidak baik dan fitnah melanda umat Islam. Selanjutnya, Sayidina Ali, kata Kiai Zakky, pergi kepada Rasulullah SAW untuk mengeluhkan masalah ini. Barulah, rasul memberikan petunjuk atas masalah-masalah yang dihadapi tersebut. “Ketahuilah bahwa ini terjadi fitnah yang besar melanda umat Islam. Jadi, ketika kita sudah menjadikan tempat ibadah kita sebagai sarana untuk hal-hal yang tidak akhirat, duniawi, politik dan lain-lain,” ucap Kiai Zakky mengulangi jawaban Sayidina Ali atas pertanyaan Anwar bin Harist, saat tausiyah Istigotsah dan Doa Keselamatan Bangsa, Selasa (1/12) malam.
Kiai Zakky menambahkan, mendengar semua cerita Ali bin Abi Thalib, Nabi Muhammad SAW kemudian memerintahkan agar kembali berpegang teguh kepada al-Qur’an. Nabi Muhammad SAW bersabda lagi bahwa Al-Qur’an sebagai pusat informasi dari masalah-maslah yang dihadapi umat Manusia.
“Al-Qur’an adalah pusat informasi yang sangat lengkap, berbagai contoh kehidupan ada dalam al-Qur’an. Berbagai hal-hal baru, semua sudah digambarkan oleh Al-Qur’an,” kata Rasullah SAW yang diungkapkan Kiai Zakky. Apa yang disampaikan Kiai Zakky sebagai respons fenomena yang kerap terjadi baru-baru ini. Di mana masjid kerap digunakan untuk berkumpul tetapi isinya mengumpat dan memprovokasi umat Islam.
Menanggapi hal ini, sebelumnya, tokoh muda NU yang juga pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menegaskan bahwa pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin masjid memiliki dua fungsi. Pertama, tempat untuk beribadah kepada Allah. Kedua, tempat untuk bermusyawarah berbagai macam persoalan yang mendera masyarakat. Kiai Cholil berpendapat, tidak masalah kalau seseorang berceramah di dalam masjid dengan mengambil tema politik. Namun topik yang dibahas bukan politik praktis atau kekuasaan, tetapi politik kebangsaan dan keadaban. “Misalnya soal politik kekuasaan dan dukung mendukung calon cukup disampaikan di luar masjid agar tak memicu konflik bagi jemaah masjid yang beda pilihan,” tuturnya.
Pada intinya, dosen Pascasarjana UI ini mengingatkan agar masjid difungsikan sebagai tempat untuk menyuarakan kebenaran dan kebaikan, bukan untuk mencaci maki orang atau menghina kelompok masyarakat tertentu.
Untuk diketahui, kegiatan istighotsah dan doa keselamatan bangsa sendiri merupakan bagian dari ikhtiar PBNU agar, para ulama, masyaikh, kiai serta masyarakat Indonesia, khususnya Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Sekjen PBNU H Ahmad Faisal Zaini dan jajaran pengurus NU yang terdampak, senantiasa diberikan keselamatan di tengah wabah COVID-19. Hadir secara virtual pada kesempatan ini Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, Pengasuh Ponpes Lirboyo KH Abdullah Kafabihi Mahrus, Mustasyar PBNU KH Mustofa Aqil Siroj, dan pengurus Pesantren Al-Tsaqafah Gus Sofwan.
Sumber: https://www.nu.or.id/