ICC Jakarta – Tafsir Filosofis adalah sebuah corak tafsir Quran yang sesuai dengan pendapat dan pemikiran-pemikiran falsafi.
Ya’qub bin Ishaq al Kindi
Mungkin Ya’qub bin Ishaq al Kindi (meninggal tahun 246 H) adalah filsuf Muslim pertama yang menggunakan metode filosofis dalam menjelaskan bagaimana aflak bersujud kepada Allah Swt Zat Yang Mahakuasa dan tidak terjangkau dengan konsepsi pemikiran. Dalam hal ini dia menulis sebuah risalah.
“ رساله الابانة عن سجود الجرم الاقصی و طاعته لله تعالی ”
Dalam hal ini dia menjelaskan ayat[1]
والنَّجمُ والشَّجَرُ یَسجُدان[2]
“Dan bintang-bintang dan pohon-pohon pun dalam posisi bersujud”
Jadi sujud dimaknai sebagai keberserahan diri dan ketaatan terhadap perintah Allah Swt. [3] [4] [5]
Abu Nasir al-Farabi
Setelah itu, Abu Nasir al-Farabi (Meninggal tahun 339 H), dalam Fushus al Hikam yang dinisbahkan kepadanya ” لا اُحِبُّ الاَفِلین “[6] [7] ditafsirkan dengan mukminul wujud[8] dan menafsirkan ayat
کلُّ شَیء هالِک اِلاّ وجهَهُ [9] [10]
“Bahwa Mahiyah adalah mumkinul wujud tidak valid. Karena mereka sejak awal dan seterusnya adalah suatu ma’lul, sebuah akibat yang bergantung kepada sebab, suatu illah hakiki. Mahiyah Pada zatnya sama saja antara menjadi ada atau tidak mengada jadi mahiyah dari sisi nisbah dia terhadap sumber dan penyebabnya dia merupakan wajibul wujud bil ghair, wujud yang pasti ada tapi keberadaanya bergantung pada wujud wajibul wujud yang tidak bergantung. Karena itu mahiyah disebut sebagai misdaq[11] dari illa wajhah. Dalam hal ini Zahabi telah menguraikan metode Farabi seputar ini dalam karyanya.[12]
Tafsir Ikhwan Al Shafa
Kelompok rahasia filsuf Ismailiyah abad keempat yang dikenal sebagai Ikhwan al-Shafa juga menggunakan metode filosofis dalam menggali khazanah dari Alquran, mereka dalam menafsirkan dan mena’wilkan Al-Qur’an. Kelompok ini mendalami dan menjadi akrab dengan filsafat dengan cara menerjemahkan materi filsafat dari Yunani, Iran, dan India seperti karya Plato, Aristoteles, dan Neo-Platonisme, dengan landasan dasar filosofi inilah mereka berupaya menyelaraskan fondasi keagamaan dengan ide-ide filosofis mereka, mereka membuktikan bahwa ada keseragaman antara ajaran agama dan ajaran filsafat. Mereka juga lebih jauh lagi berusaha meneliti pengetahuan-pengetahuan Islam dengan sebuah alat yakni filsafat Yunani atau filsafat India. Ikhwanu al Shafa sebenarnya kalau disisi mazhab aqidah, mereka percaya Quran itu tidak ditujukan untuk sembarang orang, tapi Quran adalah sebuah rumus dan kode-kode yang hanya ditujukan kepada orang-orang yang Arif (ahli Irfan baik teoritis maupun irfan praktis) para ahli mistis. Para Arif ini yang bertugas mempreteli Alquran dan menjelaskan kepada masyarakat secara umum.
Mereka juga percaya bahwa kitab-kitab langit (zabur, taurat, injil, Quran) adalah turunnya fakta kebenaran, tetapi dalam bentuk lafaz yang bisa dibaca dan didengar serta memiliki makna batin yaitu makna-makna dan pemahaman rasional. Jadi mereka meyakini Quran adalah sesuatu yang sejati bisa dipahami secara keseluruhan tanpa terkecuali.
Interpretasi Ikhwan Al Shafa terhadap Quran sebenarnya sangat mirip dengan interpretasi kelompok batiniah, tetapi beberapa percaya bahwa para Ikhwan Al-Safa telah memiliki interpretasi lebih ilmiah dan rasional daripada interpretasi kelompok batiniah.[13]
Sebuah contoh dari interpretasi filosofis Ikhwan, atau lebih tepatnya, interpretasi mereka terhadap istilah-istilah filosofis dalam ayat-ayat Alquran, adalah bahwa mereka percaya bahwa Adam turun dari surga ruhani ke dunia material lalu diberi perintah
[14] انطَلِقوا اِلی ظِلّ ذی ثَلثِ شُعَب
Yaitu, pergi ke alam semesta yang memiliki tiga dimensi pertama panjang, lebar dan kedalaman (tinggi) [15] begitu juga dalam menafsirkan ( زوجین )
و مِن کلِّ شَیء خَلَقنا زَوجَین
Disini mereka menafsirkan dengan tangga nada dalam dunia musik. [18]
Ayat ini
اَو تَقولوا اِنَّما اَشرَک ءاباؤُنا مِن قَبلُ و کنّا
Maksud dari ayah disini
adalah alam jasad, alam materiil, alam ini disebut sebagai perantara untuk
mengingat pada alam-alam mujarad dan bergeraklah menuju ayah dan ibu ruhanimu dan
kesanalah kalian bergerak, sehingga kalian menjadi suci dari alam materi. [21]
[1] ابن سینا (م ۴۲۸ق)، الاشارات والتنبیهات، شرح نصیرالدین الطوسی و قطب الدین الرازی، قم، البلاغة، ۱۳۷۵ش.
[2] خالد عبدالرحمن العک، اصول التفسیر و قواعده، دارالنفائس، ۱۴۰۶ق.
[3] المجلسی (م ۱۱۱۰ق)، بحارالانوار، بیروت، دار احیاء التراث العربی، ۱۴۰۳ق.
[4] الجنابذی (م ۱۳۲۷ق)، بیان السعاده، بیروت، اعلمی، ۱۴۰۸ق.
[5] فاطمه آرانی، تأویل قرآن از دیدگاه سید حیدر آملی و ملاصدرا، دارالهدی، ۱۳۸۲ش.
[6] محمد شریف، تاریخ فلسفه در اسلام، ترجمه: پورجوادی، تهران، نشر دانشگاهی، ۱۳۶۲ش
[7] حنا الفاخوری، تاریخ فلسفه در جهان اسلام، خلیل الجر، ترجمه: آیتی، تهران، علمی فرهنگی، ۱۳۷۳ش.
[8] به اشراف محمد علی مهدوی راد، تراث الشیعة القرآنی، قم، مکتبة علوم القرآن، ۱۴۲۷ق.
[9] صدرالمتالهین (م ۱۰۵۰ق)، تفسیر القرآن الکریم، به کوشش خواجوی، قم، بیدار، ۱۳۶۶ش.
[10] سید حیدر آملی (م ۷۸۲ق)، تفسیر المحیط الاعظم، به کوشش موسوی تبریزی، وزارت ارشاد، ۱۴۱۴ق.
[11] جوادی آملی، تفسیر موضوعی قرآن کریم، تهران، اسراء، ۱۳۷۳ش
[12] معرفت، تفسیر و مفسران، قم، التمهید، ۱۳۷۳ش.
[13] محمد حسین الذهبی، التفسیر والمفسرون، قاهرة، دارالکتب الحدیثة، ۱۳۹۶ق.
[14] ابن الترکه، تمهید القواعد، (قرن ۹)، به کوشش آشتیانی، تهران، انجمن اسلامی حکمت، ۱۳۶۰ش
[15] صدرالمتألهین (م۱۰۵۰ق)، الحکمة المتعالیه (الاسفار)، به کوشش گروهی از محققان، حکمت اسلامی صدرا، ۱۳۸۱ش.
[16] خرمشاهی، دانشنامه قرآن و قرآن پژوهی، تهران، دوستان، ۱۳۷۷ش.
[17] زیر نظر سید جوادی و دیگران، دایرة المعارف تشیع، تهران، نشر شهید سعید محبی، ۱۳۷۵ق.
[18] المقدسی، رسائل اخوان الصفا، الزنجانی، المهرجانی، العوفی، بیروت، الدار الاسلامیة، ۱۴۱۲ق.
[19] صدرالمتألهین (م ۱۰۵۰ق)، رسائل فلسفی، به کوشش آشتیانی، قم، دفتر تبلیغات، ۱۳۶۲ش
[20] صدرالمتألهین (م ۱۰۵۰ق)، رسالة فی الحدوث، به کوشش موسویان، حکمت اسلامی صدرا، ۱۳۷۸ش
[21] محمد کاظم شاکر، روشهای تأویل قرآن، قم، دفتر تبلیغات، ۱۳۷۶ش.