Direktur Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta, Prof. Dr. Mohammad Sharifani, turut berpartisipasi sebagai narasumber dalam International Conference on the Transformation of Pesantren (ICTP) 2025 yang digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, pada Rabu, 25 Juni 2025. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dr. Sharifani didampingi oleh Ustaz Zaki Amami dari Departemen Tabligh dan Kebudayaan ICC Jakarta. Konferensi internasional yang dihadiri ratusan pimpinan dan pengelola pondok pesantren dari seluruh Indonesia ini mengusung tema besar “Pesantren Berkelas Menuju Indonesia Emas: Menyatukan Tradisi, Inovasi, dan Kemandirian”.
Prof. Dr. Sharifani hadir dalam sesi simposium bersama sejumlah tokoh terkemuka, antara lain Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A., Prof. Stella Christie, Ph.D., Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Dr. Mahmud Hamzawi Fahim Usman, serta Mehmet Cetin dan Arif Rahman Rhoma. Simposium tersebut dipandu oleh Dr. KH. Maman Imanul Haq sebagai moderator dan menjadi forum dialog yang menekankan pentingnya visi progresif dalam transformasi pesantren.
Dalam paparannya, Prof. Dr. Sharifani menjelaskan delapan karakteristik utama yang menjadikan pesantren sebagai institusi pendidikan Islam yang unggul dan relevan dengan perkembangan zaman. Beliau memulai dengan menggarisbawahi kekayaan tradisi dan sejarah panjang pesantren dalam mentransmisikan ilmu-ilmu Islam secara mendalam melalui metode pengajaran langsung, diskusi intensif, dan debat terbuka yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Interaksi erat antara guru dan murid dianggap sebagai kekuatan pedagogis yang terus dijaga.
Selanjutnya, beliau menyoroti integrasi antara pendidikan ilmiah dan pembinaan spiritual sebagai ciri khas pesantren. Lingkungan pendidikan yang menekankan nilai-nilai akhlak dan kedisiplinan spiritual diyakini membentuk pribadi santri yang tidak hanya mumpuni secara keilmuan, tetapi juga berperan aktif sebagai agen moral di masyarakat.
Ciri ketiga yang beliau sampaikan adalah pendekatan aplikatif pesantren terhadap ilmu keislaman. Pengajaran fikih dan ushul tidak berhenti pada tataran teori, tetapi diselaraskan dengan konteks sosial kontemporer, sehingga menghasilkan pemahaman yang fungsional dan relevan. Santri didorong untuk mampu merespons persoalan sosial dengan landasan keilmuan yang kokoh.
Pesantren juga dinilai unggul dalam keragaman kurikulum dan fleksibilitas spesialisasi. Di samping ilmu-ilmu klasik seperti tafsir, hadis, dan kalam, banyak pesantren telah membuka jurusan khusus seperti ekonomi syariah, hukum Islam kontemporer, dan psikologi Islam, sebagai bentuk adaptasi terhadap kebutuhan zaman.
Tak kalah penting, beliau menilai bahwa pesantren kini mulai terbuka terhadap inovasi teknologi dalam proses pembelajarannya. Pemanfaatan perpustakaan digital, sistem pembelajaran daring, dan platform webinar menjadi contoh pemanfaatan sarana modern untuk memperluas akses keilmuan bagi santri di berbagai penjuru.
Lebih jauh, beliau juga menyoroti dimensi global pesantren yang tercermin dari keterlibatannya dalam dialog antaragama, partisipasi santri asing, serta inisiatif menyelenggarakan konferensi dan seminar bertaraf internasional. Hal ini memperkaya perspektif dan membuka ruang pertukaran pemikiran lintas budaya.
Dalam hal keilmuan, pesantren disebut aktif membangun pusat-pusat riset dan mendorong publikasi ilmiah melalui jurnal dan buku-buku keislaman. Kegiatan ini tidak hanya memperkuat posisi akademik pesantren, tetapi juga menghadirkan kontribusi nyata terhadap pemecahan persoalan kontemporer.
Terakhir, Prof. Dr. Sharifani menegaskan bahwa pesantren memiliki peran sosial yang sangat signifikan. Selain sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga menjadi pusat advokasi sosial dan penggerak nilai di tengah masyarakat, menjadikan keberadaannya tetap relevan dalam dinamika zaman.
Melalui paparan tersebut, beliau menempatkan pesantren sebagai model pendidikan Islam yang mampu menjembatani antara warisan klasik dan kebutuhan masa depan, antara kedalaman spiritual dan tanggung jawab sosial. Konferensi ICTP 2025 pun menjadi momen penting untuk memperkuat narasi kolektif mengenai transformasi pesantren menuju keunggulan nasional dan internasional.