Di tengah suasana keterbukaan dan pendekatan antar negara Islam, telah diresmikan konferensi internasional persatuan Islam di Teheran pada tahun ini (2023), yang dihadiri oleh ratusan tokoh dari puluhan negara dan juga Presiden Iran.
“Musuh kita adalah pihak yang memusuhi persatuan dan keharmonisan sesama umat Islam. Siapa yang mengupayakan keharmonisan antarumat maka dia sedang berjalan di jalur persatuan umat Islam.” Ungkap Raisi dalam sambutannya.
Sebagian peserta menyerukan peningkatan persatuan secara komprehensif, termasuk di ranah politik.
Qutb Mustafa Sanu, Sekretaris Forum Jeddah untuk Fikih Islam, Arab Saudi mengatakan bahwa persatuan di ranah-ranah intelektual, ekonomi, kultural, dan bisa jadi juga di ranah politik.
Demikian aspirasi yang telah diekspresikan secara gambling dan tanpa ragu-ragu oleh para peserta konferensi di Teheran dari kalangan Sunni dan Syiah. Mereka menekankan bahwa hal itu bukan lagi sesuatu yang mustahil.
Syaikh Badri Al-Madani. Ulama Tunisia, mengatakan bahwa Persatuan telah menjadi aspirasi dan tuntutan yang tak boleh kita jauhi. Kita bergerak untuk mewujudkan cita-cita dan harapan ini, yang kita lihat sudah mulai berproses menjadi kenyataan. Dan sekedar pertemuan antar ulama Muslim saja dan adanya pertukaran pemikiran antar mereka dengan penuh keterbukaan, sudah merupakan satu langkah besar menuju realisasi persatuan.
Setelah diskusi dan perundingan yang akan berlangsung selama beberapa hari, agenda konferensi ini akan berpuncak pada pertemuan para ulama dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei.
Dalam pertemuan dengan para ulama, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menyampaikan bahwa isu Palestina dan tantangan paling krusial yang dihadapi oleh Palestina telah menjadi tema utama yang diangkat oleh Pemimpin Besar Iran. Pertemuan in juga dihadiri oleh para pejabat tinggi Iran, para dubes negara-negara Islam, dan para peserta konferensi Internasional Persatuan Islam di Teheran.
Sayid Ali Kamenei menekankan bahwa negara-negara yang bertualang dengan normalisasi (hubungan dengan Israel) tak ubahnya seperti mengandalkan “kuda yang kalah”. Sebab, kanker (Zionis) ini akan terbasmi oleh para pejuang Palestina dan elemen resistensi.
“Negara-negara yang bertaruh dengan normalisasi dengan rezim Zionis hendaklah mengetahui bahwa mereka pasti akan rugi dan kalah. Mereka keliru dan seperti kata pepatah orang Eropa, ‘mereka sedang bertaruh dengan kuda yang sudah kalah’. Kondisi yang sedang dialami rezim Zionis sekarang bukanlah kondisi yang dpaat memotivasi kedekatan dengannya.” Terang Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran ini.
Sayid Ali Khemenei menekankan bahwa persatuan Islam di Asia Barat (Timteng) dan Afrika Utara akan dapat menghadang aksi penjarahan kekayaan, arogansi dan intervensi Amerika Serikat.
Dia menambahkan jika Iran, Irak, Suriah, Lebanon, Arab Saudi, MESIR, Yordania, dan negara-negara Teluk Persia mengambil satu kebijakan yang sama dalam isu-isu substansial dan umum, maka kekuatan-kekuatan arogan tak akan berani mengintervensi urusan internal dan kebijakan luar negeri negara-negara ini.