ICC Jakarta – Karakter peradaban Mesir Kuno tampak dalam seni, teknologi, dan arsitektur. Wujud peninggalannya menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO.
Pengetahuan tentang Peradaban Mesir Kuno sangatlah penting dan berharga sekali, terutama bagi umat Islam. Mengapa? Jawabnya karena kata Mesir secara eksplisit dan implisit disebut langsung di dalam kitab suci Al-Qur’an Al-Karim. Di dalam Al-Qur’an terdapat uraian kisah dan kehidupan para Nabi, di antaranya Nabi Yusuf. Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimissalâm, yang diutus di Mesir, di samping tentu kisah legendaris nan masyhur, Fir’aun.
Kata Mesir disebutkan secara eksplisit dalam QS. Yûnus (10): 87, Yûsuf (12): 21, 99, dan Az-Zukhrûf (43): 51, berikut: وَاَوْحَيْنَآ اِلٰى مُوْسٰى وَاَخِيْهِ اَنْ تَبَوَّاٰ لِقَوْمِكُمَا بِمِصْرَ بُيُوْتًا وَّاجْعَلُوْا بُيُوْتَكُمْ قِبْلَةً وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِيْنَ Artinya: “Telah Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya (Harun), “Ambillah oleh kamu berdua beberapa rumah di Mesir untuk tempat tinggal kaummu, jadikanlah rumah-rumahmu itu kiblat (tempat ibadah), dan tegakkanlah salat. Gembirakanlah orang-orang mukmin” (Yūnus [10]: 87). وَقَالَ الَّذِى اشْتَرٰىهُ مِنْ مِّصْرَ لِامْرَاَتِهٖٓ اَكْرِمِيْ مَثْوٰىهُ عَسٰىٓ اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا ۗوَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِۖ وَلِنُعَلِّمَهٗ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۗ وَاللّٰهُ غَالِبٌ عَلٰٓى اَمْرِهٖ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ Artinya: “Orang Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya, “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik. Mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Demikianlah, (kelak setelah dewasa,) Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir) dan agar Kami mengajarkan kepadanya takwil mimpi. Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti” (Yusuf [12]: 21). ADVERTISEMENT فَلَمَّا دَخَلُوْا عَلٰى يُوْسُفَ اٰوٰٓى اِلَيْهِ اَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوْا مِصْرَ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ اٰمِنِيْنَ
Artinya: “Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, dia merangkul ibu bapaknya seraya berkata, “Masuklah ke negeri Mesir. Insyaallah dalam keadaan aman” (Yusuf [12]: 99). وَنَادٰى فِرْعَوْنُ فِيْ قَوْمِهٖ قَالَ يٰقَوْمِ اَلَيْسَ لِيْ مُلْكُ مِصْرَ وَهٰذِهِ الْاَنْهٰرُ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِيْۚ اَفَلَا تُبْصِرُوْنَۗ Artinya: “Fir‘aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata, “Wahai kaumku, bukankah Kerajaan Mesir itu milikku dan (bukankah) sungai-sungai itu mengalir di bawah (istana-istana)-ku. Apakah kamu tidak melihat?” (Az-Zukhruf [43]:51). Secara implisit kata yang bermakna Mesir, disebut dengan ungkapan ardh atau al-ardh (negeri), yakni Mesir, antara lain dalam QS. Yûsuf (12): 56, Isrâ’ (17): 103, dan Thâha (20): 63, berikut:
وَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِ يَتَبَوَّاُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاۤءُۗ نُصِيْبُ بِرَحْمَتِنَا مَنْ نَّشَاۤءُ وَلَا نُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ Artinya: “Demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri ini (Mesir) untuk tinggal di mana saja yang dia kehendaki. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik” (Yusuf [12]: 56) فَاَرَادَ اَنْ يَّسْتَفِزَّهُمْ مِّنَ الْاَرْضِ فَاَغْرَقْنٰهُ وَمَنْ مَّعَهٗ جَمِيْعًاۙ Artinya: “Kemudian, dia (Fir‘aun) hendak mengusir mereka (Musa dan pengikutnya) dari bumi (Mesir), maka Kami tenggelamkan dia (Fir‘aun) beserta seluruh orang yang bersamanya” (Al-Isrâ’ [17]: 103) قَالُوْٓا اِنْ هٰذٰنِ لَسَاحِرٰنِ يُرِيْدَانِ اَنْ يُّخْرِجٰكُمْ مِّنْ اَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيْقَتِكُمُ الْمُثْلٰى Artinya: “Mereka (para penyihir) berkata, “Sungguh dua orang ini adalah benar-benar penyihir yang hendak mengusirmu dari negerimu dengan sihir mereka berdua dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama.” (Thâhâ [20]: 63)
Mesir atau Egypt, ibukotanya saat ini Kairo, adalah negeri Arab, terletak di benua Afrika bagian timur laut, berstatus republik, dengan nama resmi al-Jumhûriyyah al-Mishriyyah al-‘Arabiyyah (Republik Arab Mesir). Benderanya mirip bendera Indonesia, dengan tambahan warna hitam di bagian bawahnya (merah-putih-hitam), disertai lambang burung Elang di bagian tengahnya. Luas Mesir sekitar 1,01 juta km2, dengan penduduk saat ini sekitar 95 juta jiwa. Mesir, merupakan negara maju di Afrika, juga negara pertama di dunia yang mengakui kedaulatan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Hubungan Mesir-Indonesia merupakan hubungan saudara yang harmonis, sinergis dan mutualistis. Negeri Mesir mendapat banyak julukan, antara lain: Alf al-Manârah (Negeri Seribu Menara), Ardh al-Anbiyâ’ (Negeri Para Nabi), Umm ad-Dunyâ (Ibu Dunia; Kota Peradaban), dan Ardh al-Kinânah, yakni negeri pantai, negeri Sungai Nil, serta negeri yang mendapatkan perlindungan Tuhan. Beragam julukan tersebut disematkan kepada Mesir, karena ia sangat kaya sejarah dan budaya.
Peradaban Mesir secara umum, sebagaimana dikemukakan Jurjî Zaidân, dalam karyanya Târîkh Mishr al-Hadîts min al-Fath al-Islâmî ilâ Hâdzâ al-‘Ashr (1925, Juz I, hlm. 11-13) dikelompokkan oleh para sejarawan ke dalam tiga periode basar. Pertama, periode Jahili (periode kuno, al-duwar al-jâhilî), dimulai dari masa raja-raja Fir’aun tahun 5626 sebelum hijriah (SH) atau 5004 sebelum masehi (SM) sampai dengan 241 SH atau 381 Masehi (M). Kedua, periode Masehi (al-duwar al-masîhî), dimulai dari tahun 241 SH atau 381 M hingga masa kemenangan Islam (futûh al-Islâm) tahun 18 H atau 640 M. Dan ketiga, periode Islam (al-duwar al-Islâmî), dimulai saat kemenangan Islam dan seterusnya. Periode Peradaban Mesir Kuno, dikelompokkan ke dalam lima masa. Pertama, masa kekuasaan Dinasti Fir’aun (Ramses) era Old Kingdom (ad-Daulah al-Mulkiyyah al-Qadîmah), dari penguasa ke-1 hingga penguasa ke-10 (tahun 5626-3686 SH atau 5004-3064 SM), selama 1940 tahun. Kedua, masa Dinasti Fir’aun era Middle Kingdom (ad-Daulah al-Mulkiyyah al-Wusthâ), dari penguasa ke-11 sampai dengan penguasa ke-17 (tahun 3686-2325 SH/3064-2851 SM), yang berkuasa selama 1631 tahun. Ketiga, masa Dinasti Fir’aun era New Kingdom (al-Daulah al-Mulkiyyah al-Akhîrah), yaitu penguasa ke-18 sampai dengan penguasa ke-31 (tahun 2325-954 SH atau 1703-362 SM), selama 1371 tahun. Keempat, era Dinasti Ptolemi Yunani atau Hellenistici (tahun 954-652 SH/332-30 SM), selama 302 tahun. Dan kelima, era imperium Romawi (241 SH-18 H atau 30 SM-381 M), selama 411 tahun.
Adapun Mesir dalam periode Islam dikelompokkan ke dalam dua belas pemerintahan (daulah), yaitu (1) daulah Khulafaur Rasyidin (tahun 18-41 H/640-661 M); (2) daulah Umawiyah (41-132 H/661-250 M; (3) daulah ‘Abbasiyah tahap pertama (132-275 H/750-870 M); (4) pemerintahan Thulûniyah (257-292 H/870-905 M); (5) daulah ‘Abbasiyah tahap kedua (292-323 H/905-934 M); (6) daulah al-Akhsyîdiyah (323-358 H/934-969 M; (7) daulah Fâthimiyah (358-567 H/969-1171 M); (8) daulah al-Abawiyah (567-648 H/1171-1250 M); (9) daulah Mamalik pertama (648-784 H/1250-1382 M); (10) daulah Mamalik kedua (784-923 H/1382-1517 M); (11) daulah ‘Utsmaniyah (923-1216 H/1517-1801 M); dan (12) daulah al-Muhammadiyah al-‘Alwiyyah (1216 H/1801 dst). Karakter Peradaban Mesir Kuno Peradaban Mesir Kuno era Fir’aun disebut pula Peradaban Nil, begitu maju, terkenal dengan kemajuan sains dan teknologi (saintek), karena lingkungannya yang subur. Mesir Kuno dimulai ketika bersatunya Upper Egypt atau Mesir Hulu dan Lower Egypt atau Mesir Hilir pada tahun 3150 SM, yang kemudian berkembang selama tiga milenium, dipimpin oleh Fir’aun (Ing: Pharaoh) dalam beberapa dinasti. Sungai Nil (Nail Mishr, Nile River) adalah sungai terbesar dan terpanjang di dunia, sekitar 6.650 km.
Sungai Nil ini berhulu di gunung besar, 16 derajat di belakang Equator, yang mengalir sampai melewati Cairo, kemudian memecah menjadi anak-anak sungai (setiap anak sungai ini disebut khalij: saluran), sekitar 12 jumlahnya, yang masing-masing berdekatan, dan semuanya mengalir ke Laut Tengah di Alexandria. Ia merupakan satu di antara lima jenis air yang utama, sebagaimana dinazhamkan oleh Imam ibn ‘Alî as-Subkî (w. 771 H). Urutannya: air yang memancar dari jari-jemari Nabi Muhammad SAW; air zamzam; air telaga Kautsar; air Sungai Nil; kemudian air sungai-sungai yang lainnya. (Ahmad Ali MD, Fikih Doa, Pedoman Berdoa Lengkap dan Fadhilahnya, 2018, hlm. 79).
Karakter peradaban Mesir Kuno tampak dalam seni, teknologi, dan arsitektur. Wujud peninggalannya menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, mencakup aneka: (1) kuil (the temple, ma‘bad); (2) hieroglyphics atau hieroglif, sebutan untuk tulisan Mesir Kuno; (3) piramida Mesir; (4) makam-makam (the tombs); (5) mumi (the mummy), baik mumi manusia maupun hewan, seperti kucing, ular kobra dan buaya; (6) patung (karya seni); (7) sphinx; (8) batu rosetta (the rosetta stone); dan (9) papirus (oxyrhynchus papyri). Bila dicermati karakter Peradaban Kehidupan Mesir Kuno setidaknya terbentuk dari eksistensi kuil sebagai tempat peribadatan (ma‘bad), kolam atau danau suci (al-buhairah al-muqaddasah), kuburan (tombs), dan piramida. Di antara tempat bersejarah yang penting diketahui adalah Luxor, ibukota Mesir periode Middle Kingdom (2040-1750 SM), dan periode New Kingdom (1550-1077 SM).
Di antara raja yang berkuasa ketika itu Tutmosis, Amenhothep, Ramses II, dan Tuth Ankh Amun. Luxor terletak di kedua tepi timur dan barat Sungai Nil di Mesir bagian utara. Ia dikenal sebagai the World Open-Air Museum (Museum Terbuka di Dunia), banyak dikunjungi turis mancanegara. Sekitar sepertiga peninggalan bersejarah di dunia, termasuk barang antik, di antaranya al-Buhairah al-Muqaddasah dan Ma‘bad Kharnak (Kharnak Temple) ada di sini. Profil Al-Buhairah al-Muqaddasah atau Danau Suci di Luxor ini, pernah ditayangkan @aljazeera, akun Instagram bercentang biru, berfollowers 3,7 juta, pada 20/12/2020. Ia dibangun sekitar 1400 SM, dengan pasokan air dari sungai Nil. Ukuran panjangnya mencapai 80 m dan lebarnya 40 m. Dinamakan danau suci, karena digunakan para raja dan peramal untuk mandi, sebelum mereka masuk ke dalam ruang peribadatan atau semedi (ghurfat al-quddâs). Air di dalamnya tidak pernah surut, dan tidak pernah habis sepanjang tahun. Ia dinisbatkan dengan Air Kehidupan (Miyâh Tsâbit). Danau itu unik, tidak ditumbuhi ganggang dan tidak berbau. Masa itu, ia dikelilingi pagar tebal, tetapi telah lama runtuh. Ia menjadi destinasi wisatawan dalam negeri dan mancanegara, terlebih karena lokasinya di area Ma‘bad Karnak, yang notabene kuil ini sebagai situs religi terbesar kedua di dunia, setelah Angkor Wat di Kamboja. Menarik bukan? Ahmad Ali MD, pemateri keislaman di tiga benua (Asia, Afrika dan Eropa), Wakil Sekretaris Pentashih Buku dan Konten Keislaman Majelis Ulama Indonesia (LPBKI-MUI).
Sumber: https://www.nu.or.id/