ICC Jakarta – Dengan lantunan kalam Ilahi yang dibacakan oleh Ust Haji Musthafa dengan melantunkan bacaan surah al-Fath ayat 27-29, acara malam-malam mengenang kesyahidan Imam Husain as di aula ICC pun dimulai. Pada malam ketiga, (12/9) acara hikmah Asyura disampaikan oleh Ustadz Husein al-Kaff dengan mengambil tema Asyura dan Pola HIdup Seorang Muslim.
Dalam uraiannya, Ustadz Husein al-Kaff menjelaskan bahwa: Terdapat tiga kelompok manusia dalam menghadapi dunia.
Pertama, Manusia-manusia yang ketika berhadapan dengan dunia maka dia akan makan, minum, berkeluarga dan lainnya. Hal ini ia lakukan hanya karena faktor kebutuhan dan demi untuk melangsungkan kehidupannya. Ia makan karena lapar. Manusia semacam ini adalah manusia yang bersifat tabi’i tetapi tidak lebih daripada binatang, layaknya seekor kambing.
Kedua, Manusia yang berhubungan dengan dunia bukan hanya karena faktor kebutuhan, tapi juga karena serakah, hawa nafsu. Dia tidak cukup hanya makan, tetapi mengejar dunia dengan ambisi yang besar dan cinta kepada dunia seperti yang disebutkan oleh al-Qur’an:
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبًّا جَمًّا
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr: 20)
Golongan ini mencari dunia dengan nafsu. Mereka mencari sumber-sumber ilmu pengetahuan dan mengembangkan potensi yang ada pada dirinya namun segala keilmuan dan kecerdasan semata-mata hanya mengejar dunia. Maka dari itu, terjadilah perpecahan dan peperangan karena saling ingin berkuasa. Dan tidak akan pernah puas, semakin seseorang memenuhi kebutuhan dan hajat hidupnya hanya berdasarkan nafsu dan bukan karena kebutuhannya, maka ia akan semakin haus dan tidak akan ada rasa kepuasan sejati yang akan ia perolehnya karena ia tidak memenuhi kebutuhan hidupnya, melainkan karena yang ia cari adalah ambisi.
Terkait dengan rasa kepuasan manusia terhadap dunia, terdapat hadis dari Rasulullah: “Jikalau manusia diberi dua bukit emas, maka dia tidak akan pernah puas dan akan mencari bukit emas yang ke tiga dan seterusnya, tidak akan ada yang dapat menghentikannya dari mengejar dunia kecuali kematian.
Ketiga, Manusia yang berinteraksi dengan dunia bukan karena cinta dunia dan bukan karena butuh ada dunia.
Kelompok yang menjalankan golongan ini adalah Auliya Ilahi. Imam Ali as: Wahai dunia, tipulah orang lain selain aku, aku telah menceraikanmu dengan 3 talak.
Para nabi dan Ahlul Bayt ketika menikah dan makan bukan karena butuh, tapi karena itu perintah Allah.
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا
“Makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan”
Mereka tidak punya hasrat kecuali ridho dan cinta kepada Allah SWT.
Imam Ali as: Manusia sempurna adalah mereka yang hidup di pasar karena perintah Allah, berinteraksi dengan manusia namun hatinya bersama Allah SWT.
Begitu juga dengan Imam Husain as, semua yang dilakukan karena Allah SWT: bangkit, tidur, gerak dan lainnya adalah karena Allah, bukan karena kesenangan.
Shalat, puasa dan seluruh ibadah serta perbuatan karena hobi tidak akan bermakna, tapi jika karena taat, maka perbuatan itu menjadi perbuatan yang afdhol disisi Allah.
Oleh itu, jika kita tarik kepada pengikutnya, maka ashabul Husain adalah pribadi-pribadi yang mewakafkan dirinya kepada imam zaman-nya saat itu yaitu Imam Husain as.
والله ما رأيت أصحابا كأصحابي
“Demi Allah, aku tidak melihat sahabat yang lebih baik daripada sahabatku.”
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. Al-Ahzab: 51)
Manusia ideal adalah manusia yang menyerahkan seluruh urusannya hanya kepada Allah, rasul-Nya dan ulil amr.
Imam Husain as berpesan: Hendaknya manusia mengenal Imam Zamannya yang wajib ditaati. Hal ini sesuai dengan bunyi hadis: “Barang siapa yg mati tidak mngenal imam zamannya, maka dia mati dalam keadaan jahiliah.” [SH/SZ]