ICC Jakarta – Di dalam surat Al-Baqarah [2], ayat 272 disebutkan, “Dan janganlah Kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah (wajhillâh).” Berangkat dari ayat ini, sebuah soal mengemuka; apakah maksud dari ungkapan wajhullâh tersebut?
Jawaban
Wajh secara leksikal bermakna wajah, dan terkadang bermakna dzat (substansi). Oleh karena itu, wajhullah bermakna Dzat Allah. Niat para pemberi infak harus ditujukan kepada dzat kudus Allah Swt. Oleh karena itu, kata wajh pada ayat ini dan yang semisalnya bermuatan satu jenis penegasan. Karena, ketika wajh disebutkan (untuk dzat Ilahi), merupakan penegasan terhadap untuk Allah swt. semata, bukan untuk yang lain.
Selain itu, galibnya, wajah manusia
-secara lahiriah- adalah bagian termulia di dalam struktur tubuhnya. Lantaran
organ-organ yang penting pada tubuh manusia terletak di wajahnya, seperti
penglihatan, pendengaran, dan mulut. Atas dasar ini, ketika ungkapan wajhullah
digunakan pada ayat ini, itu memberikan arti kemuliaan dan nilai penting. Di
sini, wajh secara figuratif (majâzî) digunakan dalam kaitannya
dengan Allah Swt, yang sejatinya merupakan satu bentuk penghormatan dan
signifikansi dari ayat ini. Begitu jelas bahwa Allah Swt. tidak memiliki jasad
dan wajah.[1]
[1] Tafsir Nemûneh, jilid 2, hal. 263.