ICC Jakarta – Rakyat Aljazair menyambut gembira keputusan Presiden Abdelaziz Bouteflika mengundurkan diri dari jabatannya pada Selasa (2/4). Mereka merasa telah memenangkan pertempuran melawan pemimpin yang telah berkuasa selama 20 tahun tersebut.
“Saya sangat senang dan bersemangat. Kami telah memenangkan pertempuran. Ini akan menjadi malam yang tak lelap,” ujar Bilal, seorang tukang kayu berusia 27 tahun saat berpartisipasi dalam kegembiraan ribuan rakyat Aljazair di Ibu Kota Aljir, dilaporkan laman Aljazeera.
Di bawah Tunnel des Facultes mengarah ke alun-alun Maurice Audin, massa melompat-lompat seraya mengibarkan bendera Aljazair. Mereka larut dalam nyanyian dengan lirik berbunyi, “negara adalah milik kita dan kita akan melakukan apa yang kita inginkan”.
Kembang api diluncurkan ke udara untuk menyemarakkan suasana kegembiraan. “Ini adalah hari pertama kehidupan baru bagi rakyat Aljazair. 2 April akan menjadi hari merah dalam sejarah Aljazair, seperti 5 Juli (hari kemerdekaan Aljazair),” ujar Youcef, seorang editor video yang turut larut dalam perayaan pengunduran diri Bouteflika di Aljir.
Farida, mahasiswi matematika berusia 23 tahun, tak dapat menyembunyikan kebahagiannya. “Kami mengalami momen yang mengasyikkan dan bersejarah. Generasi saya tumbuh hanya dengan mengenal satu presiden sepanjang hidup kami,” ucapnya.
Dia mengaku telah berpartisipasi dalam demonstrasi menuntut mundurnya Bouteflika sejak 22 Februari lalu. “Kami sudah cukup. Kami mati-matian menunggu perubahan,” kata Farida.
Brahim, seorang profesor hukum percaya bahwa mundurnya Bouteflika akan menjadi titik balik. “Ini seperti hari kemerdekaan kedua Aljazair. Kami akan membebaskan negara kami dari mafia yang telah memerintahnya selama dua dekade terakhir, seperti orang tua kami menentang sistem kolonial Prancis selama 1960-an,” ujarnya.
Bouteflika diketahui mengumumkan pengunduran dirinya melalui sebuah surat yang diterbitkan kantor berita yang dikelola pemerintah, APS. Dalam pernyataannya, dia mengaku tak ingin gelombang demonstrasi di negaranya berubah menjadi pertikaian serius.
Bouteflika telah memerintah Aljazair selama dua dekade. Beberapa tahun terakhir, dia jarang tampil di hadapan publik karena menderita strok.
Sumber: Republika