ICC Jakarta – Pada ayat Al-Isra ayat 60, Allah swt melalui firman-Nya berusaha menghibur Rasulullah dan orang-orang mukmin dan mengatakan bahwa bukan satu hal yang baru sikap keras kepala kaum musyrikin di hadapan ucapan yang benar. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu dan pada saatnya akan menjawab semua itu.
وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْآَنِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَانًا كَبِيرًا (60)
Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu, “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala manusia.” Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al-Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (17: 60)
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Terkadang Allah mengilhamkan hakikat kepada para nabi dan wali ilahi lewat mimpi.
2. Takut dan peringatan, sekalipun berasal dari Allah yang diucapkan oleh Nabi-nya yang suci tidak akan berpengaruh dalam hati orang-orang yang tidak mensucikan dirinya, malah membuat mereka lebih angkuh.
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآَدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ قَالَ أَأَسْجُدُ لِمَنْ خَلَقْتَ طِينًا (61)
Dan (ingatlah), tatkala Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu semua kepada Adam, lalu mereka sujud kecuali Iblis. Dia berkata, “Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?” (17: 61)
Sebagai kelanjutan dari penjelasan pohon terkutuk ayat ini menyebutkan, iblis adalah contoh sempurna dari kesombongan di hadapan perintah ilahi. Sejak awal iblis telah membangkang perintah Allah.
Menarik untuk dicermati bahwa dari seluruh pembangkang perintah ilahi sepanjang sejarah ada titik kesamaan dan itu adalah sikap menghina pihak lain. Dalam kasus ayat ini, setan juga menilai dirinya lebih mulia dari Nabi Adam as dan mulai menghinanya. Setan berkata, “Mengapa saya harus bersujud di hadapan makhluk yang diciptakan dari tanah?”
Saat ini, setiap penguasa arogan senantiasa menilai dirinya lebih mulia dari rakyat biasa. Ketimbang bersikap rendah hati di hadapan rakyat, mereka selalu memandang dirinya lebih mulia dan tinggi. Berbeda dengan akhlak para nabi yang senantiasa bersikap rendah hati di hadapan rakyat.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berserah diri di hadapan perintah Allah adalah simbol semangat malaikat dan pembangkangan atas perintah Allah merupakan simbol semangat setan.
2. Sikap iblis yang memandang dirinya lebih dan hasud membuatnya hanya melihat penciptaan manusia dari tanah liat, bukannya memperhatikan Allah sebagai penciptanya.
Lanjutan ayat ini membicarakan tentang mimpi Rasulullah Saw yang menjadi modal ujian bagi masyarakat. Dalam al-Quran, Allah dua kali menukil tentang mimpi Rasulullah. Pertama menjelang Perang Badr dan kedua terkait Fath Mekah atau pembebasan kota Mekah. Namun mimpi itu di Madinah, tapi terjadinya di Mekah. Karena surat al-Isra termasuk surat Makiyah atau surat yang diturunkan di Mekah.
Selain itu, kelanjutan ayat ini menyinggung tentang pohon yang terkutuk yang disebut dalam ayat lain sebagai pohon yang khabits (buruk). Maksudnya adalah umat manusia bak pohon yang memiliki akar dan batang. Namun yang keluar darinya hanya keburukan dan senantiasa dilaknat.
Dalam sejumlah riwayat yang diriwayatkan oleh ulama Syiah dan Ahli Sunnah disebutkan, Rasulullah Saw bermimpi ada sejumlah kera yang naik ke atas mimbar. Setelah terbangun Rasulullah Saw tampak sedih dan cemas. Akhirnya malaikat Jibril menemui beliau dan mentakbir mimpinya. Malaikat Jibril mengatakan, “Bani Umayah akan berada di jalur kekhalifahan Rasulullah Saw.”
Sejarah juga menunjukkan pemerintahan Bani Umayah selama 1000 bulan adalah sebuah pemerintahan fitnah. Terlebih lagi di antara Bani Umayah ada orang yang sangat sesat. Pribadi ini yang memunculkan peristiwa Karbala bernama Yazid bin Muawiyah. Dengan membantai Imam Husein bin Ali as, Yazid telah mencatat namanya sebagai penguasa paling sadis.
قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا (62) قَالَ اذْهَبْ فَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ جَزَاؤُكُمْ جَزَاءً مَوْفُورًا (63)
Dia (Iblis) berkata, “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muiakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai Hari Kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil. (17: 62)
Tuhan berfirman, “Pergilah, barang siapa di antara mereka yang mengikuti kamu, maka sesungguhnya neraka jahannam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang cukup.” (17: 63)
Ketika Iblis menyaksikan akibat dari pembangkangannya terhadap perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam as dan dirinya terusir dari sisi Allah, ia lantas berkata, “Bila diberi waktu, saya pasti akan menyesatkan keturunan Nabi Adam as hingga Hari Kiamat tiba, kecuali sejumlah kecil dari mereka.
Allah berdasarkan kebijakan-Nya menjadikan pertumbuhan dan kesempurnaan manusia ada pada keinginan dan kehendaknya. Allah menjadikan kebebasan memilih ini sebagai basis untuk menguji manusia. Oleh karenanya, Allah mengabulkan permintaan Iblis dan berfirman, “Barang siapa yang berjalan di jalanmu dan menjadi pengikutmu akan diseret ke dalam api neraka sama sepertimu.”
Dari dua ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Setan adalah musuh abadi manusia sepanjang sejarah kehidupan dan untuk itu harus senantiasa mewaspadainya.
2. Mayoritas masyarakat senantiasa dipengaruhi oleh bisikan setan dan hanya sedikit yang kebal.
3. Manusia bebas memilih perintah ilahi atau bisikan setan. Tipu muslihat setan tidak pernah menafikan kebebasan manusia. (Diadaptasi dari Irib Indonesia)