Pada 21 Maret 2025, ICC Jakarta sukses menyelenggarakan Seminar Nasional Hari Al Quds Sedunia di Aula Imam Khomeini, Gedung ICC Jakarta. Acara ini, sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Al Quds Sedunia (Al Quds International Day), mengumpulkan para akademisi, praktisi, dan aktivis yang hadir secara langsung maupun daring untuk mendiskusikan berbagai perspektif terkait perlawanan terhadap Israel.
Dalam sesi pembukaan, Syaikh Dr. Abdolmadjid Hakimollahi, Direktur ICC Jakarta sekaligus pakar teologi dan tafsir asal Iran, menyampaikan paparan komprehensif mengenai konsep Yaumil Quds sebagai pilar utama perlawanan. Menurut Syaikh Dr. Abdolmadjid Hakimollahi, tidak dapat diterima akal sehat jika Palestina harus menanggung penderitaan sebagai kompensasi atas kebrutalan Nazi Jerman terhadap kaum Yahudi pada Perang Dunia II. Sebagaimana diketahui, istilah holocaust diperkenalkan sebagai proses pembersihan etnis Yahudi yang sangat sadis. “Pembantaian Nazi terhadap Yahudi terjadi di Eropa. Mengapa Inggris yang diberi otoritas saat itu harus mengalihkan masalahnya ke Arab, yakni Palestina?” tegas beliau, menyoroti ketidakadilan tersebut dalam konteks pengakuan dunia atas Israel.
Dalam sesi diskusi selanjutnya, Dr. Dina Y Sulaeman, pengamat politik Timur Tengah, menekankan bahwa Israel belum pernah menunjukkan itikad baik sejak awal konflik Arab-Israel maupun sejak pengakuan negara tersebut oleh Barat. Beliau juga mengulas kondisi pemerintahan baru di Suriah dengan menyatakan, “Jolani sebenarnya adalah teroris. Masih jelas rekam jejak digitalnya sebagai anggota Al Qaeda.”
Diskusi kemudian berfokus pada dinamika regional yang turut memengaruhi semangat perlawanan. Prof. Yon Machmudi, Guru Besar Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa situasi di Suriah dan Yaman memberikan kontribusi signifikan terhadap proses perlawanan terhadap Israel. Menurutnya, peran Iran sebagai penentu utama dalam bangkitnya Poros Perlawanan merupakan faktor krusial dalam analisis geopolitik. Sebagai penekanan lebih lanjut, Husni Mubarak Raharusun, Pakar Perang Asimetris dari Universitas Pertahanan, menyatakan, “Kekuatan Amerika dipengaruhi oleh Israel, sedangkan kekuatan Poros Perlawanan ditentukan oleh Iran.” Pernyataan ini menggarisbawahi peran sentral Iran dalam membentuk dinamika kekuatan di kawasan.
Acara seminar ditutup dengan rekomendasi untuk menyelenggarakan forum-forum serupa di masa mendatang, sebagai upaya memperkuat dialog dan solidaritas umat Islam sedunia. Inisiatif ini diharapkan mampu mendorong peran aktif komunitas internasional dalam membangun strategi perlawanan yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan.