ICC Jakarta – Allah Swt berfirman: “ Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasannya mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan batil). Barangsiapa ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak puasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari-hari yang ditinggalkan itu, pada hari-hari yang lain. Allah Menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak Menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur” (QS. Al-Baqarah: 185).
Salah satu jamuan istimewa dibulan Ramadan yaitu terdapat malam Lailatul Qadar. Dimana para malaikat turun, dikabulkannya doa-doa, dijauhkan dari api neraka, diberikannya ampunan serta pahala.
Di dalam Al-Qur’an kata ‘qadar’ digunakan dalam beberapa arti: Pertama, berarti kedudukan atau maqam (Lihat: QS. Al An’am: 91). Kedua, takdir dan ketetapan (Lihat: QS. Thaha: 40). Ketiga, kesempitan dan kesulitan (Lihat: QS. Al Thalaq: 7).
Makna dari dua ayat pertama sesuai dengan makna malam ‘Lailatul Qadar’ di samping memiliki arti kedudukan juga bermakna malam penetapan takdir. Pada malam itu, Allah menetapkan urusan selama setahun. Di ayat lain, Allah berfirman: Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (QS. Al Dukhan: 4)
Malam Lailatul Qadar tidak terjadi sebatas pada masa Nabi saja, tapi senantiasa berkelanjutan setiap bulan Ramadan. Oleh sebab itu, Rasulullah Saw menganjurkan menghidupkan malam-malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan ini dengan amalan seperti membaca Al-Qur’an, doa, shalat dan menyantuni anak yatim serta fakir miskin.
Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam qadar itu? Malam qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Roh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Salam sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 1-5).
Suatu hari Abu Dzar Al Gifary bertanya pada Rasulullah Saw, “Apakah malam Lailatul Qadar juga ada pada masa nabi-nabi sebelumnya, dan pada mereka turun perintah, lalu setelah mereka tiada malam Lailatul Qadar berhenti?”
“Malam Lailatul Qadar ada sampai Hari Kiamat,” jawab sang Nabi.
Rasulullah Saw bersabda tentang dialog Nabi Musa as dengan Allah Swt.
Nabi Musa berkata: “ilahi, aku ingin dekat denganMu.”
Allah menjawab, “Aku dekat dengan orang yang menghidupkan malam al-qadr (lailatul qadar).”
Dalam rangka untuk menghidupkan malam al Qadr, ICC Jakarta mengundang kaum muslimin dan muslimat untuk mengamalkan amalan-amalan yang termaktub dalam kitab doa secara bersama-sama. Acara Lailatul Qadar malam ini akan menghadirkan Habib Ust. Hafidh Al-Kaff, M.A. sebagai pembawa hikmah malam pertama Lailatul Qadar. Acara dimulai dengan membaca Al-Qur’an, doa Iftittah, doa Jausyan Kabir yaitu pada pukul 21.00 hingga selesai. []