ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Imam Khomeini dan Syair Keterjagaan

by admin
September 15, 2020
in Opini
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

ICC Jakarta – Kalau kita mendengar nama Imam Khomeini (1902-1989), pertama kali yang hadir dalam imajinasi bahwa beliau itu seorang pemimpin kharismatik revolusioner pendiri Republik Islam Iran, sama seperti ketika bangsa Indonesia mendengar nama Ir. Soekarno sebagai proklamator kemerdekaan bangsa. 

Di dalam kepemimpinan Ayatullah Khomeini, secara resmi Iran menjadi Republik Islam pada 1 April 1979,  serta mengakhiri masa pemerintahan monarki  Muhammad Reza Pahlevi.

Ingatan kolektif orang tentang Ayatullah Khomeini sebagai seorang pemimpin politik dengan konsep Wilayat al-Faqih yang terkenal. Padahal Imam Khomeini bukan hanya pemimpin besar pada wilayah politik. Pribadi beliau adalah sebuah kompleksitas, sesuai dengan latar belakangnya yang telah menyauk berbagai sumber hikmah serta ilmu pengetahuan.

Sebagai seorang pemikir besar beliau telah mengarang 40 buku serta, secara kongkret telah menerjemahkan “Hikmah Muta’aliyah” Mulla Sadra, kepada “Siyasah Muta’aliyah” pada tataran yang lebih kongkret sehingga dimensi perjalanan rohaninya sebagai seorang arif, berjalan paralel dengan transformasi serta spirit revolusi yang dibawanya bagi rakyat Iran. Beliau adalah seorang mujtahid, fuqaha, serta sebagaimana Maulana Rumi, Ferdawsi, Sa’di, serta Hafiz Shirazi, juga adalah seorang penyair yang meneguhkan jalan cinta mistik dengan tema sentral fananya segala maujud, di hadapan Allah sebagai Wujud Mutlak.

Sajak-sajak Ayatullah Khomeini, mengandung dimensi ‘irfani secara filosofis. Di Iran yang mayoritas Syi’ah, memang tidak dikenal istilah tasawuf sebagaimana di dunia Sunni yang telah memiliki dasar-dasar ontologis, epistemologis, serta aksiologis yang mapan. Yang lebih dikenal di Iran adalah  ‘irfan sebagaimana pada Mulla Sadra, sebagai filosof yang mencapai puncak kegemilangan dari kekayaan tradisi  ini. Imam Khomeini sendiri tidak hanya memahami tradisi ‘irfan ini secara teoritis, tetapi pada penghayatan serta prilaku praktis seperti pada disiplin pelaksanaan riyadhoh untuk menapaki jenjang maqamat sufi, serta puisi-puisinya, merupakan bagian dari ekspresi seorang pelaku suluk rohani. Dengan demikian Imam Khomeini bisa dikatakan sebagai pelaku ‘irfan amali atau di dunia Sunni disebut tasawuf amali.

Istilah  ‘irfan berakar dari bahasa Arab ‘arafa. Maknanya paralel dengan makrifat, yang memiliki arti mengetahui Allah dari dekat. Tapi ‘irfan ini tampaknya berbeda dengan ilmu (`ilm). Dalam sudut pandang filosof Iran mutakhir, Mehdi Hairi Yazdi, “Ilmu Hudhuri, Prinsip-Prinsip Epistemologi di Dalam Filsafat Islam”, pengetahuan ‘irfan ini yang disebutnya sebagai “pengetahuan yang dihadirkan” (‘ilm hudhuri) yang berbeda dengan pengetahuan rasional yang disebut sebagai “pengetahuan yang dicari” (‘ilm muktasab) (1994:47-48)

Sajak Keterjagaan

Memahami serta menghayati sajak “Keterjagaan” dari buah renungan filosofis serta mistis Ayatullah Khomeini, pembaca pasti dikejutkan dengan cara pandang sangat unik, yang menjadi ‘jahan bini’ (pandangan dunia) yang khas dari kaum sufi seperti Abu Yazid al-Busthami serta al-Hallaj. Sajak “Keterjagaan” diambil dari terjemahan Abdul Hadi WM dari Jurnal Ulumul Qur’an (Edisi 4, 1992:22).

Karya “Keterjagaan” ini merefleksikan pencapaian kedudukan rohani sangat tinggi dari seorang yang telah mencapai Maqam ‘irfan atau Makrifat. Pengalaman spiritual itu kemudian disimbolisasi dengan menggunakan metafora-metafora yang profan sehingga seperti pengalaman hidup sehari-hari, padahal sedang menggambarkan aspek kerinduan azali terhadap Kekasih Sejati, Sang Mutlak.

Pengungkapan Hal atau kondisi spiritual yang dipenuhi dengan  penghayatan mistik, menjadi penuh cita-rasa estetis karena memang dimaksudkan untuk menyampaikan kerinduan terhadap aspek jamaliyah-Nya, dengan simbolitas-simbolitas “bibir molek merah delimamu”, “pandang pilumu, menusukku”. Serta puncak dari kerinduan itu kondisi fana yang telah yang telah membebaskannya dari segala ketersiksaan “namun fana dalam Kau membuat diriku yang tersiksa jadi bebas”.

Bibir molek merah delimamu, titik hitam bundar di dahimu

Menjerat hatiku, kekasihku, dan bagai merpati aku terkurung

Pandang pilumu, menusukku hingga aku pun sakit dan merana

Namun fana dalam Kau membuat diriku yang tersiksa jadi bebas

Kupukul kendang “Ana al-Haqq,” seperti Mansur aku tahu

Apa tanggungannya, biar kurelakan nyawaku melayang

Sebab itulah jiwaku sembuh, terpana sembilan waktu

Dan pintu kedai anggur-Mu terbuka siang malam

Pada madrasah dan masjid aku sudah bosan

Jubah Fuqaha ini pun tak sanggup memberiku hiburan

Maka kukenakan baju fakir bertambal sulam

Yang membuatku sefar di tengah nyala api dan asap

Khutbah ulama menyebabkan mataku tertidur lelap

Nafas sempoyongan berbusa anggur menyampaikan kata emasnya

Tahu kau apa yang menyentak hingga terjaga?

Tangan molek pelayan kedai anggur membangunkan aku

Bagi Ayatullah Khomeini, sufi martir Mansur al-Hallaj yang banyak dipermasalahkan dari sisi syariat tampaknya memiliki kedudukan yang istimewa sebagai model penempuh jalan kearifan dengan ungkapan “Kupukul kendang “Ana al-Haq”. Ungkapan bombastis “Ana al-Haq”, ketika al-Hallaj sendiri berada dalam kondisi puncak pengalaman spiritual serta jubah kemanusiaan hancur serta segalanya larut dalam dimensi Lahutiyah-Nya.

Seperti pada Maulana Rumi yang menggambarkan kondisi fana dengan mempergunakan metafora “kedai anggur”, maka demikian pula Imam Khomeini. Kedai anggur sebagai sebuah tempat jamuan spiritual yang selalu terbuka sepanjang waktu. Kedai anggur yang merupakan tempat rahasia pertemuan manusia-manusia pilihan yang mengalami mabuk Ilahi, tempat di mana berbagai hijab yang membawa pada kelezatan spiritual dibukakan. Terdapat sikap kritis Ayatullah Khomeini terhadap aspek formal seperti pada “madrasah”, “mesjid”, “jubah fuqaha”, serta “khutbah ulama”.

Sebagai seorang ulama, yang dikritisinya adalah syariat tanpa hakikat yang membuat seseorang terjebak pada aspek lahiriah semata. Sedangkan untuk mencapai kondisi “terjaga” yang membuat mata batinnnya selalu terbuka terhadap limpahan berbagai rahasia Ilahi yang disimbolisasi “tangan molek pelayan kedai anggur membangunkan aku”  tentu saja lahir dari kemampuan untuk mengintegrasikan syariat dengan hakikat sehingga puncak pengalaman irfan atau makrifat itu bisa didapat.

Demikianlah aspek ‘irfan yang terdapat pada puisi “Keterjagaan” Ayatullah Khomeini. Sebagai sebuah karya sastra yang merupakan ekspresi estetik dari sebuah pengalaman spiritual, sajak “Keterjagaan” beserta karya-karya puisi Imam Khomeini yang lain, telah turut memperkaya khasanah karya sastra sufi dunia.

*Penulis adalah Penanggung Jawab Iranian Corner UIN Sunan Gunung Djati Bandung serta aktivis LESBUMI-Nahdlatul Ulama.

Sumber: parstoday

admin

admin

Related Posts

Opini

Boikot Produk Israel: Analisis Filosofis, Ekonomi, dan Sosial pada Kasus Kurma

March 17, 2025

Boikot produk Israel, khususnya kurma, bukan sekadar tindakan ekonomi tetapi juga gerakan moral yang berakar pada perlawanan terhadap pendudukan ilegal...

Dunia Islam

Racun Peradaban

March 2, 2023

Entah sejak bila tidak diketahui persis, kapan beberapa aktivis perdamaian dan HAM serta peneliti sejarah di Indonesia mulai akrab—dan kemudian...

Opini

ZION

April 23, 2022

Tak pernah ada seorangpun menyangka bahwa Zion suatu saat akan menjadi sebuah kata yang disesaki dengan beban angkara. Naskah-naskah kuno...

Ahlulbait

Duka Cita yang Mendalam atas Wafatnya Ayatullah Muhammad Ray Syahri

March 2, 2023

Keluarga BesarIslamic Cultural Center JakartaMenyampaikanDuka Cita yang Mendalam atas Wafatnya Ayatullah Muhammad Ray Syahri22 Maret 2022 Semoga Allah Swt menempatkan...

Kegiatan ICC Jakarta

UNTUK DUNIA BEBAS IMPERIALIS MELIHAT IRAN SETELAH 43 TAHUN REVOLUSI ISLAM

February 10, 2022

🔴 Ikutilah Webinar UNTUK DUNIA BEBAS IMPERIALIS;MELIHAT IRAN 🇮🇷 SETELAH 43 TAHUN REVOLUSI ISLAM Bersama Keynote Speaker:✅ Dr. Hossein MottaghiDirektur...

Islam Mancanegara

Makam Syahid Soleimani Penuh Peziarah

January 3, 2022

Makam "Sardar Delha" yang terletak di pemakaman Shuhada (Golzar-e Shohada) Kerman ini padat oleh peziarah.

Next Post

Rahbar: "Musuh punya rencana yang jelas bagi kawasan penting dan sensitif Asia Barat"

Ulama Yaman Ajak Muslimin Pelajari Pemikiran Imam Khomeini

Rahbar Akan Berpidato Peringati Pekan Pertahanan Suci

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist