ICC Jakarta – Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI telah mengoordinasi sejumlah akademisi untuk melakukan studi banding ke Amerika Serikat (AS) selama 24 Februari sampai 7 Maret untuk mempelajari pengelolaan universitas dalam rangka pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII).
Studi banding itu mencakup diskusi dengan kalangan profesional dan akademisi Amerika antara lain di Georgetown University, Drexel University, Temple University, Boston College, Harvard University, dan Hartford Seminary tentang standar riset dan pengajaran berkelas dunia dengan tetap mempertahankan transparansi manajemen dan keuangan perguruan tinggi.
“Kami mencoba berdiskusi tentang bagaimana mereka mempertahankan sebuah tradisi kesarjanaan yang progresif dan berkelas dunia, sehingga mereka menjadi perguruan tinggi besar,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin kepada wartawan di Jakarta, Selasa.
Bukan hanya mempelajari tradisi kesarjanaan akademik dan manajemen universitas, tim akademisi Indonesia juga mengundang rekan-rekan mereka dari Amerika untuk menyelenggarakan penelitian bersama, mengajar, dan menjadi dosen tamu di UIII yang rencananya mulai menerima mahasiswa pada 2019.
UIII akan dibangun di lahan seluas 143 hektare di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, mulai pertengahan 2018 dan ditargetkan rampung pada 2022. Universitas yang dibangun dengan biaya total Rp3,9 triliun itu yang didirikan berdasarkan Keputusan Presiden No. 57/2016 dan ditargetkan menampung 50 persen mahasiswa asing.
“Perguruan yang akan kita bangun ini adalah perguruan tinggi internasional yang salah satu visi utamanya ingin memperkenalkan Islam Indonesia yang moderat kepada dunia internasional. Juga salah satu bentuk upaya pemerintah untuk menjadikan Indonesia salah satu pusat studi Islam dunia,” tutur Kamaruddin.
Selain ke AS, Kementerian Agama juga akan mengkoordinasi beberapa studi banding di negara-negara Eropa, Timur Tengah, dan sentra studi Islam lainnya.
Dalam rapat terbatas mengenai perkembangan rencana pendirian UIII pada Januari, Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa UIII didirikan untuk menjawab kebutuhan global dan memperkokoh kepemimpinan Indonesia di dunia internasional, terutama umat Islam internasional.
Menurut Presiden, sejumlah pemimpin negara mayoritas Muslim seperti Presiden Palestina Mahmoud Abbas maupun Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam Iyad Ameen Madani saat KTT Luar Biasa OKI di Jakarta pada 2016 menyampaikan bahwa para pemuda Timur Tengah bisa belajar tentang Islam di lembaga pendidikan tinggi di Tanah Air.
“Karena menurut Beliau-Beliau, Islam yang ada di Indonesia ini dalam praktik keseharian adalah Islam yang betul,” tutur Jokowi. (Kemenag)