Allah Swt Maha Kaya lagi Maha Pemberi. Tidak ada sedikitpun kebakhilan yang akan mengurangi pemberian-Nya tersebut. Rahmat-Nya turun kepada siapa saja, akan tetapi kemampuan setiap makhluklah yang berbeda satu dengan yang lainnya untuk menerima rahmat Allah. Dari sini terkadang muncul opini dalam setiap benak manusia bahwa Allah Swt tidak berlaku adil kepada para hamba-Nya. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kesenjangan hidup antar umat manusia terlihat jelas dalam kehidupan bermasyarat khususnya pada masa-masa sekarang ini. Akan tetapi, hal itu sejatinya berasal dari ulah sebagian manusia yang tidak berlaku adil dengan tidak mengindahkan hak orang lain. Akibatnya, ekosistem manusia menjadi rusak. Dimana, satu golongan hidup dengan kekayaan yang melimpah, sementara golongan lainnya hidup dalam kesengsaraan.
Imam Ali As ketika menjelaskan masalah adil, beliau menjelaskan bahwa adil adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil juga disamakan dengan bersikap baik. Hal itu karena kebaikan merupakan sesuatu yang senantiasa dicari-cari oleh manusia. Selain itu, tatkala seseorang meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya, maka orang lain akan melihatnya dengan puas dan ridha terhadapnya.
Namun terkait mengapa antara satu makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya terdapat perbedaan dapat dikatakan bahwa Allah Swt menciptakan dunia dan alam semesta ini hanya dalam satu iradah saja. Sebagaimana dalam salah satu ayat al-Quran kita membaca, “Perkara kami hanyalah sekali saja, secepat kedipan mata.” (Qs Al-Qamar: 5). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa Allah Swt tidak memiliki iradah dan keinginan yang berbeda dalam menciptakan alam semesta yang didalamnya penuh dengan makhluk yang beranekaragam ini. Dan pada saat Allah Swt berkehendak untuk menciptakan, maka terciptalah semua ciptaan tersebut hanya dengan satu iradah dan kehendak-Nya. Oleh karena itu, setiap makhluk yang ada di alam semesta ini sebenarnya telah mendapat nikmat dari Allah (nikmat atas terciptanya ia di alam semesta ini).
Dengan keanegaraman karakter, keinginan, serta kemampuan, mereka kemudian akan saling memberi dan menerima dan akan hidup secara berdampingan. Apabila tidak ada keanegaraman ini, tentunya tidak akan ada keindahan. Dimanakah letak keindahan apabila alam ini hanya dipenuhi dengan pepohonan yang kesemuanya memiliki kesamaan dari segala sisi misalnya tingginya, bentuknya, dedaunanannya dan yang lainnya? Sesuatu dikatakan indah apabila disana ada sesuatu yang jelek yang berlawanan dengannya. Sebuah gunung akan dikatakan tinggi apabila di tempat lain terdapat gunung yang pendek. Dalam Al-Quran, Allah Swt juga telah mengisyaratkan hal ini dengan firman-Nya, “Dan Kami telah tinggikan sebagian mereka dari sebagian yang lainnya.” (Qs Az-Zuhruf: 32)
Apabila makhluk hidup yang ada di dunia ini tidak memiliki keinginan yang berbeda-beda dan diantara mereka juga tidak ada perbedaan maka sesuatu yang baru tidak akan pernah mungkin tercipta. Dengan adanya usaha untuk sampai kepada kesempurnaan akan menyebabkan kemajuan bagi mereka. Ketika keadaan sudah demikian, maka rahmat dan karunia Allah juga akan terbuka kepada mereka.
Lain halnya apabila seluruh makhuk yang ada dalam alam semesta ini hanya satu jenis saja, dimana masing-masing mereka memiliki pertumbuhan yang sama dan tidak memiliki keinginan yang berbeda-beda, maka keberadaan mereka itu sama saja hanya semu belaka dan selamanya tidak akan pernah terwujud. Dan apabila demikian halnya, maka kita akan mengatakan bahwa Allah memiliki keterbatasan. Dan apabila Allah memiliki keterbatasan, maka hancurlah alam semesta ini.
Apabila semuanya sama, maka keindahan sesuatu tidak aka nada maknanya lagi. Imam Ali As bersabda, “Manusia akan tetap berada dalam kebaikan apabila perbedaan tetap ada diantara mereka. Apabila mereka sama, maka hancurlah mereka.”
Keanekaragaman merupakan sebuah sunnah Ilahi. Hal itu karena tugas dan kewajiban yang dimiliki setiap manusia tentunya berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan potensi mereka. Apaila setiap orang dapat melaksanakan sesuatu sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya maka itulah yang dimaksud dengan adil. Hal ini karena arti hakiki dari kata adil ialah menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya.
Tidak sepantasnya apabila kita hanya berpikir mengapa Allah Swt menciptakan perbedaan diantara kita. Akan tetapi, yang lebih penting dari itu ialah bagaimana kita bisa mengetahui kemampuan dan potensi yang Allah berikan dalam diri kita sehingga kita dapat memanfaatkannya secara optimal. Dan betapa banyak orang yang memiliki kemampuan yang terbatas, akan tetapi dengan keuletan dan kesungguh-sungguhannya ia mampu meraih kedudukan yang tinggi di masyarakat. Demikian juga sebaliknya, betapa banyak orang yang hidup secara berkecukupan, akan tetapi disebabkan kelengahan mereka, mereka gagal untuk sampai pada derajat yang semestinya mereka raih. Bahkan, tidak jarang dari mereka yang akhirnya jatuh kepada kemiskinan.
Hal itu sebagaimana yang dituturkan oleh sebagian para pembesar kita, “Para psikolog mengatakan bahwa sejatinya setiap insan diciptakan dengan kemampuan dan potensi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, yang penting ialah bagaimana ia dapat mengenal dan mengetahui potensi apa yang ada dalam diri sehingga dengan mudah, ia akan bergerak searah dengan kemampuannya dan tidak menimbulkan iri dan dengki antara satu dengan yang lainnya.