ICC Jakarta – Khatib shalat Jumat Tehran, Ayatullah Mohammad Ali Movahhedi Kermani menyatakan, masyarakat internasional tidak dapat diharapkan untuk mencegah pembantaian terhadap Muslim Rohingya dan oleh karena itu bangsa-bangsa Muslim harus bangkit menghentikan kejahatan militer dan ekstrimis Budha Myanmar tersebut.
Sejak 25 Agutus hingga kini, menyusul gelombang baru kekerasan oleh militer Myanmar terhadap Muslim Rohingya di provinsi Rakhine, barat negara itu, tercatat lebih dari seribu orang tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi.
Provinsi Rakhine bergejolak sejak 2012 pasca serangan militer dan ekstrimis Budha Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Satu juta Muslim Rohingya tidak menikmati hak-hak mendasar kewarganegaraan mereka.
Ayatullah Kermani mengatakan, “Kebungkaman masyarakat internasional pengklaim pembela hak asasi manusia dan juga Perserikatan Bangsa-Bangsa di hadapan kejahatan rezim Myanmar itu sungguh sangat mencengangkan.”
Adapun terkait kejahatan rezim Arab Saudi di Yaman, Ayatullah Kermani menegaskan, “Al-Saud tidak punya keyakinan sedikit pun terhadap agama Islam yang mencerahkan.”
Dia juga menyinggung upaya lancang Amerika Serikat untuk menginspeksi pusat-pusat militer Republik Islam dan mengatakan, “AS akan membawa keinginan tersebut hingga ke liang kubur.”
Seraya menjelaskan bahwa para inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) berulangkali menyatakan bahwa aktivitas nuklir Republik Islam Iran sepenuhnya bersifat damai dan mengatakan, “Tehran bahkan memiliki kerjasama yang melebihi ketentuan internasional dengan IAEA.”
Dalam pada itu, sejumlah mahasiswa dan dosen dari berbagai universitas di Teheran serta berbagai kalangan masyarakat berkumpul di depan kantor PBB untuk memprotes tragedi kemanusiaan terhadap umat Islam di Myanmar pada hari Minggu, 10 September 2017.[]