ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Kebutuhan Manusia akan Agama

by admin
July 14, 2017
in Teologi
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

ICC Jakarta – Salah satu sebab mengapa manusia membutuhkan agama ialah karena secara naluri, setiap manusia akan condong kepada hakikat dan kebenaran. Selain itu, kesempurnaan sejati adalah tujuan utama yang ada dalam benak dan fitrah setiap insan. Oleh karena itu, demi mencapai kesempurnaan yang mereka inginkan, maka tak heran apabila mereka berjuang dengan sekuat tenaga bahkan terkadang dengan cara apapun yang dapat dikerjakan. Sementara, kesempurnaan yang hakiki tidak lain adalah ketika mereka sampai pada hakikat itu sendiri.  Akan tetapi, untuk mencapai tujuan ini, manusia harus mengetahui tindakan dan amalan apa saja yang lebih optimal dapat mengantarkan seseorang kepada kesempurnaannya. Karena setiap langkah yang ditempuh oleh manusia itu tidak akan lepas dari ide dan nalarnya yang kemudian memerintahkan bagaimana ia harus bertindak, berperilaku, beramal, berkata dan yang lainnya. Nalar dan ide terpenting yang harus ada dalam setiap manusia diantaranya ialah ontologi, antropologi, epistemologis, dan aksiologis.

Apabila manusia percaya kepada satu wujud (existence), yang mana selain wujud maddi (materi) dan dhahiri (ostensible) terdapat pula wujud yang lebih penting pengaruhnya dari wujud materi itu sendiri, maka kepercayaan semacam itu secara otomatis akan mengantarkan dirinya menuju kepada hakikat wujud (non materi) itu sendiri. Dan disaat ia menemukan bahwa hakikat dan realita dari wujud itu ternyata adalah selain wujud materi dan ostensible, maka secara otomatis ia akan percaya bahwa disana telah ada yang menentukan masa depan dirinya. Sehingga dengan itu, iapun akan senantiasa berusaha untuk mengenal hakikat dan realita wujud tersebut. Dari sinilah sebenarnya kita dapat melihat bahwa salah satu pentingnya akan adanya sebuah agama ialah ia mampu mengantarkan manusia kepada sebuah hakikat.

Disisi lain, ia juga telah mengetahui bahwa faktor utama yang membuat manusia dikatakan hidup ialah tatkala dalam diri manusia tersebut masih ada yang namanya “ruh”. Sehingga, dapat dikatakan bahwa ruh inilah letak hakikat manusia itu sendiri.

Oleh karena itu, apabila ide dan pandangan semacam itu sudah ada dalam benak seseorang, maka tatkala itu pula ia akan lebih mudah dalam mencapai kesempurnaan serta hakikat yang selama ini ia cari. Selain juga, sebenarnya ruh itulah yang mendasari seseorang dalam mengambil setiap keputusan, dalam berkeinginan, dalam kemandirian, dalam menjaga harga dirinya dan yang lainnya. Ruh inilah yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti; Siapa sejatinya aku? Untuk apa aku dilahirkan ke dunia ini? Apa yang aku lakukan sekarang dan untuk apa aku melakukannya? Kemanakah nanti (selepas mati) aku akan pergi?, dan yang lainnya. Oleh karena itu, salah satu pentingnya agama untuk manusia ialah supaya manusia mengenal siapa dirinya yang sesungguhnya. Karena hanya agamalah yang akan dapat menjawabnya.

Sikap dan perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh bentuk ontologi, antropologi dan epistemologi yang ada dalam benaknya. Seseorang yang memiliki akidah bahwa hakikat wujud (eksistensi keberadaan) itu adalah Allah Swt, dan memandang dirinya tersusun dari dua unsur yang berbeda (ruh dan jism), serta melihat segala proposisi dengan menerapkannya kepada akal dan wahyu, maka orang semacam ini adalah termasuk orang-orang yang memiliki tujuan hanya kepada Allah dan memandang segala sesuatu selain-Nya tidak bernilai kecuali yang bersambung kepada-Nya. Hasilnya, iapun akan menilai segala sesuatu dengan hanya berkaca kepada sumber dan referensi-referensi agama dan menjadi orang yang sangat taat kepada agama.

Agama dapat dipandang perlu dalam berbagai dimensi yang berbeda-beda, diantaranya ialah dalam: kognitif, psikologis, sosial, emosional, pendidikan, moral, sosial, dan yang lainnya. Akan tetapi disini kita hanya akan mengisyaratkan salah satu darinya saja.

Kehidupan akan memiliki makna tatkala memiliki dua bentuk sebagai berikut; pertama ialah tatkala seseorang mau menerima seperangkat prinsip dan ajaran yang mampu mengantarkan kepada tujuan hidupnya. Sedangkan yang kedua ialah seseorang yang dengan beberapa ajaran saja kemudian menjadi mampu menahan segala beban dan kesusahan dalam kehidupan, atau bahkan ia juga mampu menjauhkan beban dan kesusahan-kesusahan tersebut dari kehidupannya. (Abdul Husain Khusrupanah, Kalam-e Jadid, hlm. 264)

Atau ketika kita mau menengok dalam al-Quran, maka kita akan dapatkan bahwa kehidupan baru akan memiliki makna tatkala agama menilai manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan ia memperkenalkan manusia sebagai sosok yang memiliki otoritas tinggi sebagai wakil atau khalifah Allah diatas muka bumi ini (Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.”). (Qs. Al-Baqarah [2]: 30).

Oleh itu, maka agama tidak saja mengenal manusia sebagai makhluk yang berevolusi menuju kepada kesempurnaanya, melainkan juga memperkenalkan manusia sebagai ruhani (pengemban risalah Allah) dan makhluk yang sangat tinggi makamnya. Tidak hanya sebatas itu saja, agama bahkan memandang pekerjaan dan apa-apa yang ada dalam benak manusia itu sebagai sesuatu yang memiliki nilai. Dari sinilah, mengapa agama (khususnya Islam) menilai bahwa barang siapa mencari nafkah dengan niat supaya keluarganya hidup secara berkecukupan, maka sama saja ia dengan orang yang pergi berjihad di jalan Allah Swt. Sehingga, tidak saja kehidupan dunianya akan tercukupi akan tetapi di akhiratpun ia masih akan mendapatkan pahala atas pekerjaannya tersebut. Oleh karena itu, agama disamping mengarahkan manusia kepada jalan yang benar dalam kehidupan di dunia ini, ia juga memperkenalkan pahala atau siksa yang akan diperoleh oleh setiap manusia diakhirat kelak sesuai dengan amal perbuatannya.

Tags: slide
admin

admin

Related Posts

Ziarah Imam Husain Penghargaan Terhadap Sejarah
Ahlulbait

Ziarah Imam Husain Penghargaan Terhadap Sejarah

September 30, 2021

Cendekiawan Nahdlatul Ulama Ulil Abshar-Abdallah mengapresiasi tradisi Muslim Syiah, khususnya Ziarah Arbain Imam Husain. Di samping memiliki kemiripian dengan tradisi...

Teologi

Pesan Universal Pengutusan Rasulullah Saw

March 15, 2021

ICC Jakarta - Muhammad Saw – beberapa tahun sebelum pengangkatan – selalu berdiam diri di Gua Hira selama satu bulan...

Teologi

Wajibul Wujud Melazimkan Sifat-Nya itu Ainu Dzatihihi

February 9, 2021

ICC Jakarta - Dalil tauhid sifat berikut ini secara ringkas berasal dari konsep wajibul wujud-Nya Tuhan dan Konsep Kausalitas. Dalil...

Teologi

Kedudukan Agung Isa al-Masih dan Ibundanya, Maryam dalam Alquran

December 14, 2020

ICC Jakarta - Morteza Sabouri, konselor kebudayaan Iran di Manila, berbicara tentang kedudukan agung Isa al-Masih dan ibundanya, Maryam dalam...

Isyarat Alquran tentang Kesucian-Kesucian Agama Kristen Adalah Faktor Persatuan Agama
Teologi

Isyarat Alquran tentang Kesucian-Kesucian Agama Kristen Adalah Faktor Persatuan Agama

December 14, 2020

ICC Jakarta - Morteza Sabouri, konselor budaya Iran di Manila berbicara dan mengatakan: “Pembahasan pendidikan di pelbagai bidang, baik mazhab...

Teologi

Fatwa-Fatwa Ulama Syi’ah bag 1 Tentang Radikalisme

October 16, 2020

1.      Imam Khomeini ra (Alm) ICC Jakarta - Kita dengan saudara Sunni kita ibarat bangunan yang satu, karena kita semua...

Next Post

Makna Hadis “Seluruh Bumi Milik Imam Syiah”

Kriteria-kriteria Hadis Lemah

Guangzhou Perluas Makam Paman Nabi Muhammad SAW

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist