ICC Jakarta – Setiap manusia suatu saat akan mengalami masa tegang dalam jangka pendek saat menghadapi masalah-masalah yang telah dikenal seperti tekanan-tekanan karier, sengketa atau pertengkaran keluarga, tekanan-tekanan materi dan keputusasaan-keputusasaan pribadi, dan kita akan menyangka bahwa inilah depresi, yang bukan merupakan sebuah masalah penting karena akan terselesaikan dengan sendirinya, akan tetapi tidak satupun dari kondisi-kondisi yang cepat berlalu ini merupakan depresi.
Depresi adalah sebuah bentuk penyimpangan perilaku atau sentimen pada diri seseorang yang bisa dikenali dengan bantuan serangkaian indikasi yang terefleksi dalam perilaku-perilaku lisan dan non-lisan, yang muncul berdasarkan kondisi lingkungan atau sebagian dari perubahan-perubahan fisiologis.
Ketiadaan informasi pribadi dan sosial terhadap penyakit depresi telah menyebabkan banyak orang menjadi tersiksa tanpa alasan oleh penyakit ini, dan bahkan sejumlah dari mereka hingga sampai pada batasan melakukan bunuh diri.[1]
Dengan memperhatikan bahwa mayoritas masyarakat tidak mempunyai pemahaman yang benar terhadap penyakit depresi, maka kami harus mengatakan bahwa sejumlah besar dari masyarakat pun tidak percaya bahwa penyakit seperti ini bisa terdapat pada diri anak-anak. Biasanya para orang tua dan pengasuh saat mendengar berita depresi pada anak atau remaja, akan menampakkan rasa tak percaya dan menganggap bahwa usia ini terlalu dini untuk sebuah penyakit depresi.
Penyebabnya adalah, pertama: keyakinan terhadap adanya perasaan tidak bersalah (innocent) dan ketakberdosaan anak serta diterimanya prinsip bahwa depresi merupakan reaksi atas tekanan-tekanan mental yang hanya terdapat dalam kehidupan orang-orang dewasa.
Sementara yang terjadi adalah bahwa anak-anak pun bisa jadi berada di bawah tekanan mental, dimana alasan yang paling sering adalah kematian salah satu dari orang-orang di seputarnya, terutama kedua orang tua. Beruntungnya, dalam masyarakat kita, mayoritas anak-anak akan bisa melewati masa krisis dan menanggung musibah kematian orang yang dikasihinya ini dengan adanya kasih sayang, dukungan dan simpati, akan tetapi banyak juga yang terjebak dalam depresi berat hingga membutuhkan bantuan para spesialis.
Stres-stres lain yang mungkin terjadi pada anak dan menyebabkan depresi pada anak dan remaja, adalah perilaku aneh dan tak wajar dari keluarga, kekerasan, rasa tak aman dan ketiadaan stabilisasi keluarga dikarenakan ayah atau ibu yang kecanduan, atau dikarenakan penyimpangan-penyimpangan keluarga, atau dikarenakan adanya penyakit-penyakit kronis pada anak.
Harus diketahui bahwa pengingkaran depresi pada diri anak dan remaja hanyalah sebuah tipuan dan ketakpedulian terhadap hakikat. Anak dan remaja depresi membutuhkan bantuan dan simpati, akan tetapi hanya simpati saja tidaklah mencukupi.
Depresi pada anak-anak dan pada masa baligh (dewasa), merupakan sebuah kenyataan yang benar-benar menyedihkan dan isu terpenting adalah masalah yang ada di kalangan para pelajar dimana terdapat banyak metode-metode penyembuhan, akan tetapi jika penderitanya tidak diperhatikan dan tidak diberi dukungan, dan ia tidak memperoleh terapi yang dibutuhkannya secara mencukupi, bisa jadi saat besar nanti akan menjadi orang yang gagal, mengecewakan, dan tak karuan.
Di antara tanda-tanda depresi pada anak dan remaja, adalah:
- Pembawaan sedih dan tak bahagia: anak dan remaja depresi kadangkala akan merasa malang dan sedih dalam waktu beberapa pekan. Dalam masa ini, pada saat-saat berbeda atau mungkin pada hari-hari yang berbeda, akan terlihat terjadinya perubahan-perubahan partikular dalam psikologisnya, akan tetapi secara umum, dengan adanya perubahan kondisi dan situasi lingkungan, kondisi sedih dan malangnya ini akan terus berlanjut. Kadangkala tidak mudah untuk menentukan kesedihan menerusnya adanya perubahan psikologi dan perasaan kecewa dalam dirinya. Bisa jadi terdapat masalah-masalah dalam perilaku anak atau remaja depresi yang menyembunyikan perasaan sedihnya dari pandangan kita, misalnya susah untuk bersosialisasi dengan segala sesuatu dan siapapun, tidak mendengarkan perintah dan bahkan mengkritik. Harus dikatakan bahwa setiap anak atau remaja pembuat masalah atau pengkritik, belum tentu merupakan anak atau remaja yang depresi, akan tetapi banyak dari mereka yang tertimpa depresi. Kadangkala depresi disertai dengan kekhawatiran atau ketakutan dan muncul dalam bentuk berbagai rasa sakit, terutama sakit lambung dan sakit kepala yang dari pandangan dokter tidak bisa dijelaskan, dan dalam kondisi ini, mungkin orang tua benar-benar akan menjadi khawatir sehingga memfokuskan seluruh perhatian mereka untuk menemukan alasan dari masalah jasmani ini, sedangkan keberadaan kesedihan yang menerus pada anak justru dikesampingkan.
- Tiadanya rasa lezat dan puas terhadap kegiatan-kegiatan harian: banyak dari anak-anak dan remaja, kadangkala menampakkan kemalasannya. Bentuk kemalasan seperti ini, biasanya bukan merupakan tanda-tanda depresi. Kemalasan yang menjadi tanda-tanda depresi adalah ketika rekreasi-rekreasi, hiburan-hiburan dan kegiatan-kegiatan yang ada dalam jangkauannya saat ini, yang sebelumnya dilakukan dengan enjoy dan semangat, kini dilakukan dengan ketiadaan minat dan kecenderungan, misalnya ia tidak berminat untuk bertemu dengan teman-temannya kendati mereka telah menghubunginya, atau yang sebelumnya sangat aktif dan menyukai kegiatan-kegiatan olah raga, kini ia tidak menampakkan gairah untuk melakukannya. Saat perubahan-perubahan perilaku seperti ini terus berlanjut hingga beberapa pekan, maka ini merupakan tanda-tanda yang jelas dari sebuah depresi.
- Gangguan-gangguan pada tidur: gangguan-gangguan yang terjadi pada tidur bisa tampak dalam beberapa tipologi: anak atau remaja tidak mempunyai keinginan untuk tidur, dan hal ini sangat menyiksanya. Tengah malam ia akan terbangun dan tidak bisa tidur kembali, ia akan bangun pagi jauh lebih cepat dari biasanya, bisa jadi dalam tidurnya ia mendapatkan mimpi-mimpi yang menggelisahkan dan berulang, atau ia akan berjalan dalam keadaan tidur, atau mengigau.
- Perubahan selera makan: sebagian dari anak-anak depresi sangat sulit dalam memilih makanan dan tidak menampakkan nafsu makan. Sejumlah lain, justru akan melarikan diri kepada makanan untuk mencari ketenangan dan mengkonsumsi makan jauh lebih banyak dari batas kesehatan. Bagaimanapun, ketika kebiasaan makan mereka ini berubah dalam jangka waktu yang panjang, maka bisa menjadi ini merupakan tanda depresi. Diet, terutama di kalangan remaja putri, merupakan sebuah hal yang sangat wajar, dan ini tidak bisa menjadi tanda depresi. Akan tetapi, seorang remaja putri yang tidak menikmati makan atau merasa terpaksa untuk makan, bisa jadi ini merupakan tanda depresi.
- Keinginan untuk bunuh diri atau melakukan tindakan bunuh diri: tanpa syak lagi, tanda ini merupakan indikasi depresi yang paling mengkhawatirkan. Harus diketahui, seluruh remaja yang telah berpikir untuk melakukan bunuh diri, tidak selamanya berarti telah terjangkit penyakit depresi. Pemikiran yang selintas dan jangka pendek mengenai bahwa kehidupan tidak memiliki nilai lagi, sangatlah sering terjadi di kalangan remaja. Seorang anak yang dilarang menonton sebuah acara televisi oleh orang tuanya, mungkin ia akan menendang-nendangkan kakinya ke lantai sembari berkata, “Baiklah, setelah ini aku akan segera membunuh diriku sendiri.” Mungkin ia hanyalah meniru sebuah adegan yang ia lihat di televisi, terutama jika anak ini, setengah jam kemudian telah berlarian riang gembira dan sibuk bermain dengan temannya di halaman. Sebagian dari remaja yang ingin bunuh diri atau bahkan yang telah melakukannya, bisa jadi sama sekali tidak mengalami depresi. Bisa saja karena ia telah marah atau mengikuti keinginan mendadak, atau ia adalah penuntut kesempurnaan yang tidak mampu menerima kegagalan pada dirinya, sehingga memutuskan untuk bunuh diri. Tentunya tidak bisa diragukan lagi bahwa depresi menjadi bagian penting dari penyebab bunuh diri dan setiap tanda yang mengarah pada keinginan bunuh diri pada remaja harus dianggap sebagai sebuah hal yang sangat penting. Sejumlah anak dan remaja, terutama remaja putra, senantiasa berada dalam impian-impian pribadinya sebagaimana yang ia baca dalam cerita-cerita atau ia lihat dalam film-film, dan ia menggunakan cerita ini dalam permainan-permainannya. Untuk meyakinkan bahwa permainan anak seperti ini bukan merupakan tanda dari depresi, maka kita harus memperhatikan seluruh tanda-tanda depresi lainnya. Ketika tidak ada tanda-tanda lainnya, maka berarti tidak ada depresi dalam diri anak ini.
- Menyalahkan diri sendiri: kadangkala anak-anak dan remaja yang terjerat oleh depresi merasa bertanggung jawab terhadap masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga atau di kalangan teman-temannya. Mereka ini adalah para penuntut kesempurnaan yang meletakkan tujuannya dalam tingkat yang sangat tinggi. Mereka merasa menjadi penyebab dan bertanggung jawab dalam pertengkaran dan perpisahan yang terjadi antara ayah dan ibu, atau ketakbahagiaan saudara-saudaranya, dan perkataan-perkataan orang-orang dekatnya bahwa bukan merekalah yang menjadi penyebab seluruh kejadian ini, tidak memberikan pengaruh yang efektif. Menyalahkan dirinya sendiri bukan merupakan tanda-tanda yang meluas dari depresi, akan tetapi kadangkala di sela-sela percakapan anak dan remaja mengenai masalah-masalah yang menyebabkan tekanan psikologis dan ketegangan mereka terdapat kondisi yang jelas dalam menyalahkan diri sendiri. Pada anak-anak yang lebih kecil, kita bisa melihat di tengah-tengah permainan atau lukisan yang mereka gambarkan tentang kehidupan, biasanya anak seperti ini memiliki perasaan yang buruk dan menganggap dirinya berhak untuk mendapatkan hukuman karena dosa-dosa yang sebenarnya sama sekali tidak mereka lakukan. Indikasi yang lebih sering muncul adalah ketiadaan penghormatan pada diri sendiri. Para penderita depresi ini akan menganggap dirinya sangat hina dan buruk dan mereka tidak menganggap dirinya bernilai. Ketiadaan penghormatan pada diri sendiri dan depresi, kendati bukan merupakan hal yang sama, akan tetapi tidak terlalu banyak berbeda dan kadangkala salah satu akan terjadi tanpa keberadaan yang lain.
- Perubahan perilaku anak dan remaja: anak yang dari awalnya telah suka menyendiri, tidak berminat untuk selalu bersama teman-temannya dan kadangkala lebih memilih untuk hanya melihat mereka, dengan seorang anak yang sosialisasinya sangat bagus akan tetapi secara bertahap menjadi suka menyendiri dan keberatan untuk bertemu dengan teman-temannya, merupakan dua hal yang berbeda. Kasus kedua harus diperhatikan dengan cermat, adakah perubahan lainnya yang bisa dilihat dalam metode kehidupan hariannya. Seorang anak yang kegiatan-kegiatan hariannya hanya diisi dengan ketiadaan minat untuk bertemu dengan teman-temannya, tidak melakukan pekerjaan sekolahnya, kurus, dan tidak mau lagi ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sekolah, apakah depresinya bukan merupakan reaksi yang wajar karena baru-baru ia telah ketiadaan orang yang dikasihinya? Misalnya, jika sang ayah meninggalkan rumah, atau seorang anak terpisah dari temannya karena melakukan perjalanan, maka terjadinya reaksi-reaksi di atas dalam beberapa pekan, merupakan sebuah hal yang sepenuhnya wajar, akan tetapi ketika keadaan depresi ini berlanjut secara menerus dan dalam waktu yang panjang, maka hal ini membutuhkan perhatian yang lebih banyak. Menentukan antara depresi dan ketegangan kondisi, senantiasa merupakan sebuah masalah yang tidak mudah, akan tetapi penentuan ini tidaklah terlalu penting, dan ketika depresi atau ketegangan ini atau apapun kita menamakannya, terjadi lebih dari beberapa pekan, maka di sini terdapat alasan untuk mengkhawatirkannya dan kita harus melakukan tindakan-tindakan untuk menyelesaikannya.
- Anak depresi lebih banyak menikmati waktu sendirian, dibandingkan anak yang tidak depresi, dan ia lebih sedikit bergabung dengan teman-teman sebayanya. Menariknya di sini, anak depresi, saat diperbandingkan dengan teman-teman sebayanya, ia lebih tegang dan lebih negatif dari anak non depresi. Dengan makna bahwa aliensi sosial anak depresi mungkin terjadi karena penolakan teman sebaya dan pengisolasian sosial.[2] (Islamquest)
Catatan Kaki:
[1]. Raqami Far, Muhammad, Rawesh-hiye Hidayat Raftori dar Kudakon dan Nujawan. www.tebyan.net/index.aspx?pid=28078
[2]. Richard Harrington, Rawesh-hoye Afsurdegi Kudakon wa Nujawonon (Depressive Disorder in Childhood and Adolescence), Penerjemah Persia oleh Hasan Tuzandeh Jani, Nasrin Kamal Pur, Pik Farhang, 1380 S.