ICC Jakarta – Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar. Dalam mempelajari agama umat Islam hendaknya belajar kepada ahlinya atau ulama. Umat Islam jangan terjebak dalam diskusi-diskusi di grup karena menimbulkan simpang siur, akhirnya mengkritik para ulama.
“Mengkritik Imam Syafii, Imam Suyuti, mengkritik Kiai Haji Ahmad Dahlan, Hamka, Kiai Hazyim Asya’ari, Walisongo, bukan kelasnya (untuk mengkritik para ulama),” kata Ketua PWNU Jawa Timur KH Marzuki Mustamar saat mengisi pengajian Pesantren Ramadhan yang diadakan oleh Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan Majelis Ta’lim Telkom Group (MTT), pada Selasa (4/5) secara virtual.
Menurut Kiai Marzuki Mustamar, daripada menimbulkan kegaduhan dan simpang siur, langkah yang tepat adalah melakukan tabayun. “Apa benar ini ada dalilnya? Kalau ada dalinya mana, Kiai saya ingin tahu? Kalau ada dalinya saya siap mencabut pendapat yang selama ini saya pegangi,” Kiai Marzuki memberikan solusi.
Jika memang sesuatu yang diperdebatkan itu ada dalilnya, seseorang yang memperdebatkannya harus siap berubah. Hal itu seperti dicontohkan oleh Imam Syafii, ketika masih muda berijtihad tentang suatu hukum, lalu membuat kesimpulan. Saat pindah ke Mesir, Imam Syafii bertemu banyak ulama besar, dan menemukan koleksi hadist yang lebih shahih. “Tanpa gengsi siap mencabut pendapatnya yang dulu dan meralatnya dengan pendapat yang baru demi kebenaran,” kata Kiai Marzuki.
Sumber: https://www.nu.or.id/