ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Kyai Muwafiq Bulan Suro (Muharam), Bulan Dukanya Kanjeng Nabi

by admin
November 22, 2019
in Islam Indonesia
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

Ulama asal Lamongan, Kiai Haji Ahmad Muwafiq, menyebut Suro atau Muharram sebagai bulan dukacita bagi Nabi Muhammad dan keluarganya. Oleh sebab itu, berbagai peringatan digelar umat Islam di bulan Suro sebagai bentuk belasungkawa.

“Ini bulan dukanya Nabi,” kata Kiai yang akrab disapa Gus Muwafiq ketika menjelaskan Suro seperti ditayangkan kanal Youtube Ulama Nusantara, (7/1).

Suro, menurut Gus Muwafiq, berasal dari kata bahasa Arab: Asyuro. Jika ditelusuri akarnya, Asyuro berarti hari kesepuluh pada bulan Muharram.

Sejarah Suro

Kiai 45 tahun ini mulai menerangkan sejarah Suro sejak masa Nabi Muhammad. Islam diturunkan di kota Makkah sebelum tersebar ke Madinah setelah hijrah Nabi.

Setelah Nabi wafat, pengaruh Islam semakin meluas hingga pada masa Sayidina Ali bin Abi Thalib hijrah ke Basrah. Wilayah ini berada di selatan Irak atau berdekatan Teluk Persia.

“Sayidina Ali itu menantu Nabi,” kisah Gus Muwafiq di depan jemaah pengajian. “Dia sahabat Nabi paling pintar, pintar sekali, yang mendapatkan putri Kanjeng Nabi.”

Ketika hijrah ke Basrah, Ali membawa anak-anaknya, Hasan dan Husain untuk membantunya berdakwah di negeri rantau. Pada masa itu, Basrah dalam pengaruh Persia yang masyarakatnya masih menyembah api.

“Tapi Sayidina Ali memang orangnya pintar, halus dan sangat berani,” katanya. Sedemikian sehingga Ali menjadi idola baru di Persia.

Kemuliaan akhlak Ali, kehebatannya dalam medan perang dan kedalaman ilmunya begitu cepat dikenal di masyarakat Persia. Hingga akhirnya nama Ali sampai ke telinga Raja Persia, Rustam. “Seperti apa Ali itu? Bertarung selalu menang, ilmunya pun tinggi,” kisah pria yang pernah menjadi tangan kanan Presiden Indonesia KH. Abdurahman Wahid ini.

Walhasil, Rustam memutuskan untuk menyambangi rumah Ali. Kedatangannya tidak hanya ingin bertemu dengan sosok idola masyarakat itu tapi juga melamar Husain bin Ali.

Dalam perjalanannya sebagai besan Ali, Rustam meninggalkan keyakinan lamanya dan memeluk Islam. Berangsur-angsur, masyarakat Persia pun akhirnya memeluk Islam.

Api-api yang selama ini disembah padam. Namun tempat api bernama ‘menara‘ tetap dilestarikan. Hingga kini, menara menjadi bagian dari tempat ibadah umat Islam dan juga diserap sebagai bahasa Indonesia. Menurut Gus Muawfiq, inilah contoh bagaimana Islam berkembang tanpa harus tertutup dengan budaya lain.

Ketika Islam mulai berkembang di Persia, perselisihan politik di Madinah memanas. Puncaknya ketika Khalifah Usman bin Affan terbunuh.

Sayidina Ali pulang ke Madinah dan umat Islam membaiatnya sebagai khalifah selanjutnya. Namun gejolak politik tidak reda lantaran Bani Umayah juga menginginkan duduk di tampuk kekhalifahan.

Kekacauan politik kemudian berakibat pada wafatnya Ali. Menantu Nabi itu dibunuh ketika sedang memimpin shalat subuh di masjid.

Beberapa waktu kemudian, Hasan putra Ali juga dibunuh dengan racun di Madinah. Situasi semakin tak terkendali.

Dengan berbagai pertimbangan, Husain memilih meninggalkan Madinah dan pulang ke Irak. “Sudahlah, (biarkan) Yazid yang mengambilnya, aku pulang saja bersama semua kelurgaku,” demikian kira-kira pikiran Husain, kata Gus Muwafiq. Ketika itu, Yazid putra Muawiyah telah duduk di tampuk kekuasaan Khalifah Bani Umayah.

Husain pun meninggalkan Madinah bersama keluarga dan para sahabatnya. Karena kepergiannya bukan untuk perang, mereka tidak membawa perlengkapan militer.

“Namun Yazid tidak bisa menahan emosinya,” kata pria yang kini memimpin pesantren di Yogyakarta ini. Khalifah Bani Umayah itu kemudian mengirim pasukan militer dan menghadang perjalanan rombongan Husain di padang pasir Irak bernama Karbala.

Pada 9 Muharram, pasukan Yazid melakukan pembantaian terhadap cucu-cucu Nabi. Keesokan harinya, 10 Muharram, semua keluarga Nabi di Karbala terbantai dan hanya menyisahkan Sayid Ali Zainal Abidin.

Tidak sampai disitu, jenazah cucu Nabi yang bergelimpangan di padang pasir itu diinjak-injak oleh kuda pasukan Yazid. “Saat itulah dunia berduka, semua orang berduka, ko ada orang yang tega kepada cucu kanjeng Nabi,” kata Gus Muwafiq.

Umat Islam akhrinya memperingati 10 Muharram atau Asyuro sebagai bulan duka. Masyarakat Jawa menghormati bulan ini dengan menahan diri untuk menggelar acara yang mengandung kegembiraan seperti pesta pernikahan dan syukuran pindah rumah.

Di sisi lain, beragam bentuk peringatan dilakukan masyarakat Nusantara pada bulan ini, seperti menggelar Tabuik di Sumatera hingga pembuatan bubur merah dan putih atau biasa disebut bubur Suro di Jawa. “Merah artinya darah dan putih berarti tulang,” katanya.

Tidak hanya di Indonesia, umat Islam di berbagai belahan dunia lain juga memperingati hal serupa. Di Iran, kata Gus Muwafiq memberikan contoh, hingga kini masih memperingati Asyuro. Apalagi, Negeri Persia itu memiliki hubungan historis dengan Sayidina Ali dan keluarganya.

Gus Muwafiq mengatakan, berbagai peringatan Suro bukanlah bentuk syirik sebagaimana tudingan sebagian orang. Ini hanyalah bentuk penghormatan masyarakat kepada sosok yang mereka sangat cintai: Kanjeng Nabi Muhammad Saw.

Hal ini tidak jauh berbeda jika suatu keluarga menghindari waktu tertentu untuk dijadikan hari pesta pernikahan. Alasannya, misalnya, pada tanggal atau hari itu merupakan hari wafatnya bapak atau ibu mereka.

“Jadi kalau ada orang bilang bulan Suro itu tidak Islam, saya bingung,” katanya. Justru peringatan-peringatan duka di bulan Suro merupakan bentuk kecintaan umat Islam pada kekasih Allah itu.

“Ini caranya orang Jawa mengingat peristiwa tragis (yang dialami) cucu Kanjeng Nabi,” ujar Gus Muwafiq. “Sampai segitu mahabbahnya orang Jawa terhadap Nabi.”

YS/islamindonesia

admin

admin

Related Posts

Islam Indonesia

SELAMAT & SUKSES ATAS MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-48

November 20, 2022

Keluarga BesarIslamic Cultural Centermengucapkan SELAMAT & SUKSES ATAS MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-48DAN ATAS TERPILIHNYAPROF. HAEDAR NASHIRsebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah Periode...

Dunia Islam

Jamaah haji Iran mengutuk normalisasi dengan entitas Zionis

March 2, 2023

Jum'at 08 Juli 2022 Peziarah Iran yang berpartisipasi dalam upacara pembebasan kaum musyrik di tingkat Arafat mengeluarkan pernyataan lima poin...

Islam Indonesia

Duka Cita yang Mendalam

May 27, 2022

Keluarga BesarIslamic Cultural Center JakartamenyampaikanDuka Cita yang Mendalamatas wafatnya Prof. Dr. H. Ahmad Syafii Maarif27 Mei 2022 Semoga Alharhum diterima...

Dunia Islam

Racun Peradaban

March 2, 2023

Entah sejak bila tidak diketahui persis, kapan beberapa aktivis perdamaian dan HAM serta peneliti sejarah di Indonesia mulai akrab—dan kemudian...

Arsip

Hari Lahir NAHDLATUL ULAMA

March 2, 2023

Keluarga BesarIslamic Cultural Center JakartamengucapkanSelamat dan Suksesatas Hari Lahir NAHDLATUL ULAMAke-96 Tahun31 Januari 1926 - 2022 Semoga selalu menjadi pelopor...

Selamat dan Sukses atas terselenggaranya Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama
Arsip

Selamat dan Sukses atas terselenggaranya Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama

March 2, 2023

Keluarga BesarIslamic Cultural Center JakartamengucapkanSelamat dan Suksesatas terselenggaranya Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama dan atas terpilihnya KH. MIFTAHUL AKHYARsebagai Rais Aam...

Next Post

Ekonomi dan Produksi Dalam Perpsepktif Rahbar

Mantan Ketua HTI Sebut Landasan Berpikir HTI bukan Al-Qur'an dan Hadits

Identifikasi Bakat dan Minat Bagi Adik-adik Kelas IX dan Kelas XII

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist