ICC Jakarta – Tak seorang pun di antara kita yang bisa membuat deskripsi tentang manusia sebagaimana Allah Swt telah menggambarkannya dalam al-Quran.
Allah Swt menggambarkan manusia di berbagai bagian dalam kitab-Nya yang mulia. Di antara firman-Nya mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:
وَ لَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَ الْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلاً.
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka (mudahkan) di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan (QS. al-Isra [17]:70).
dan firman-Nya:
لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ.
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. al-Tin [95]:4).
…وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَيِّبَاتِ…
…dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik (QS. al-Mu’min [40]:64).
Ayat-ayat diatas adalah beberapa ayat yang menggambarkan kepada kita pemuliaan manusia dari sisi penciptannya serta pengunggulannya atas seluruh makhluk. Manusia diciptakan dalam kondisi yang sebaik-baiknya, bahkan bentuknya adalah sebaik-baik bentuk. Kemudian Allah Swt menundukkan seluruh yang ada di alam wujud demi untuk manusia ini. Apakah ada lagi pemuliaan selain ini yang bisa diungkapkan?
Memang, nilai keunggulan manusia ini di atas seluruh makhluk, bahkan dia bisa melampui kemuliaan malaikat, tetapi bilamanakah itu terjadi? Itu terjadi apabila manusia itu mengenal dirinya, apabila dia menyelimuti dirinya dengan ketaatan (kepada Allah Swt), membusanai dirinya dengan pakaian amal-amal kebaikan, karena orang-orang yang beramal baik akan menikmati kenikmatan yang abadi, sementara orang-orang yang taat akan tinggal ‘di sisi’ Allah Swt, karena merekalah orang-orang yang didekatkan (al-muqarrabun), merekalah orang-orang yang terpilih. Karena semua inilah manusia menjadi khalifah Allah di muka bumi-Nya, membuat para malaikat bersujud kepadanya. Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, Kemudian Kami katakan kepada para malaikat, ‘Bersujudlah kamu kepada Adam.’” (QS. al-A’raf [7]:11).
Keunggulan apakah yang lebih besar daripada ini? Allah Swt telah memerintahkan para malaikat agar bersujud kepada Adam as, mengajarkan kepadanya nama-nama tatkala para malaikat tidak mengetahui nama-nama tersebut. Ketika Adam as menyebutkan nama-nama tersebut kepada mereka, Mereka menjawab, “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana (QS. al-Baqarah [2]:32). Maka Allah Swt memerintahkan Adam as agar menyebutkan nama-nama tersebut kepada para malaikat dan Adam as pun menyebutkannya kepada mereka.
Inilah kedudukan manusia di sisi Allah Swt, yaitu manusia yang berdiri dan duduknya, diam dan geraknya tidak pernah lepas dari selalu menyebut (nama-nama) Allah Swt. Dia adalah mukmin yang sebenarnya, yang merasa takut kepada Allah baik ketika sendiri atau di keramaian. Dia tidak memusyrikkan Allah meski hanya sekejap. Begitu juga surga sudah didekatkan kepada orang-orang yang bertakwa, orang-orang yang beramal saleh, serta orang-orang yang merasa takut kepada Allah Swt dan orang-orang yang berada di jalan kebenaran. Itu semua adalah sifat-sifat mereka yang dijadikan senang di dalam surga oleh yang Mahaagung Nama-Nya, Pencipta kita. Jalan menuju kepada Allah Swt adalah suatu kebenaran dan merupakan wasilah menuju kesuksesan, yaitu kemenangan abadi.
Demikianlah, nilai manusia di dalam al-Quran. Sementara Nabi saw yang mulia telah menyebutkan di dalam sabdanya—di dalam khotbah-khotbahnya dan hadis-hadisnya yang mulia—berbagai ungkapan yang sangat indah mengenai manusia. Khotbah dan hadis itu menguatkan kedudukan manusia dan nilai kemanusiaannya di dalam agama hanif ini.
Semua ini membuat kita tidak bisa mengabaikan deskripsi al-Quran mengenai manusia yang menggunakan redaksi: dan sesungguhnya Kami telah memuliakannya (وَ لَقَدْ كَرَّمْنَا).
Sesungguhnya Allah Swt Maha Mengetahui kedudukan manusia di antara seluruh makhluk-Nya, peran pentingnya dan amanah yang dibebankan ke pundaknya setelah sebelumnya langit-langit, bumi dan pegunungan tidak berani menanggung amanah itu….
Mengingat amanah yang sangat berat itu, Allah Swt meringankan ujian ini sebagaimana dia mengkhususkan tobat kepadanya serta menggandakan satu kebaikannya, berbeda dengan keburukan, yang hanya bernilai satu. Ketika kita berada pada posisi yang seimbang antara kebaikan dan keburukan, kita mendapati bahwa hadis Nabi saw menyatakan mengenai nilai individu masing-masing kita, yaitu bahwa, “Nilai bagi setiap orang adalah amal baiknya.” Hadis ini menyatakan bahwa semua orang tergadai dengan apa yang dia lakukan. Pengejawantahan yang paling jelas yang didukung oleh al-Quran yang mulia adalah firman Allah Swt, Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya (QS. al-Maidah [5]:32).
Ya hal-hal itulah yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang paling mulia.