ICC Jakarta – Kitab Al-Mizan fi Tafsir al-Quran lebih dikenal dengan nama “Tafsir al-Mizan” merupakan kitab tafsir yang paling lengkap dan paling komprehensif dari tafsir al-Quran madzhab Syiah yang ditulis dalam bahasa Arab pada abad ke 14 (Hijriah) oleh Allamah Thabathabai (1903-1981 M). Al-Mizan merupakan tafsir tartibi dan metode penafsirannya adalah al-Quran bi Quran yaitu suatu metode penafsiran ayat-ayat al-Quran dengan perantara ayat-ayat yang lain. Kejujuran ilmiah, keakurasian dan keadalaman tafsir al-Mizan menyebabkan tafsir ini menjadi perhatian ulama-ulama Syiah dan Sunni dan merupakan referensi terpercaya dalam memahami dan meriset al-Quran. Salah satu kelebihan tafsir ini adalah penelitian secara mendalam tentang tema-tema penting seperti kemukjizatan al-Qur’an (i’jāz al-Qurān), kisah-kisah para nabi, ruh dan jiwa, terkabulkannya doa, tauhid, taubah, rizki, keberkahan, jihad, dan lainnya yang sesuai dengan ayat-ayat yang berkenaan dengannya dibahas dan dikaji secara teliti.
Metode penulisan Tafsir al-Mizan pada awalnya pengarang menyebutkan beberapa ayat al-Quran dalam suatu surah yang memiliki konteks yang sama, kemudian dengan menggunakan kitab lughat (sisi kebahasaan) dan penggunaan lughat dalam ayat-ayat lain menjelaskan makna-makna mufradat (kosa kata), macam-macam istiqaq (derivasi) dan juga membahas persoalan lughawi (kebahasaan). Kemudian pada bagian penjelasan ayat, dengan memisahkan setiap ayat Allamah Thabathabai akan menjelaskan penafsiran ayat-ayat itu. Jika dipandang perlu, maka Allamah Thabathabai akan mengkritik pendapat-pendapat mufasir besar baik dari kalangan Syiah maupun Ahlu Sunah. Pada bagian akhir, terdapat pembahasan mengenai “Pembahasan Riwayat” untuk mengkritik riwayat-riwayat Syiah dan Ahlu Sunah dalam ayat-ayat tertentu. Demikian juga, pengarang dalam sela-sela tafsirnya, berusaha untuk menjelaskan ayat-ayat dengan disesuaikan dengan temanya, menganilisa suatu tema, mendeskripsikan, melakukan pendekatan filosofis, kemasyarakatan, sejarah dan atau keilmuan ayat-ayat yang bersangkutan. Dengan memperhatikan bahwa penguasaan Allamah Thabathabai atas berbagai ilmu dalam Tafsir al-Mizan, maka Allamah memiliki pendekatan yang komprehensif dalam membahas tema-tema dalam kitab tafsirnya. Ia dengan teliti dan penguasaannya yang luar biasa atas al-Quran, berkali-kali dan dalam berbagai tempat di tafsir al-Mizan meletakkan ayat-ayat yang memiliki kesamaan konteks di satu tempat, dengan disertai dengan memberikan dalil-dalil rasional (aqli) dan bersandar pada argumen-argumen al-Quran untuk menjelaskan dan menyebut obyek-obyek atau personifikasi-personfikasi ayat. Dari sisi kejujuran intelektual, penguasaan metode dan akurasi isinya, Tafsir al-Mizan selalu menjadi perhatian dan diminati oleh kalangan Syiah dan Sunni di Iran dan di dunia.
Ciri terpenting tafsir al-Mizan adalah tafsir al-Qur’an bi al-Qur’an. Dalam tafsir-tafsir sebelumnya pada umumnya, apabila sebuah ayat kemungkinan memiliki beberapa makna, maka seorang mufasir akan menukil kemungkinan-kemungkinan tanpa memberikan mana yang lebih cocok menurut seorang mufasir itu namun salah satu kelebihan Tafsir al-Mizan adalah memberikan penjelasan makna, mana yang lebih cocok dengan bantuan ayat lainnya atau tanda-tanda yang ada pada ayat itu sendiri. Allamah Thabathabai juga memberikan penjelasan sebagian istilah agama dan qurani seperti kemustahaban doa, tauhid, taubah, rizki, berkah, jihad, dan lainnya dengan bantuan ayat-ayat al-Quran. Pada masa lalu, tidak menjadi tradisi bahwa seorang mufasir meletakkan ayat-ayat al-Quran pada satu tema yang kemudian menyatukan dan mengambil kesimpulan, namun Allamah Thabathabai dalam berbagai hal telah melakukan hal ini. Misalnya beliau menyatukan semua ayat yang berkenaan dengan ihbāth (kisah turunnya Nabi Adam) dan menarik kesimpulan apakah yang dimaksud dengan ihbāth menurut ayat al-Quran. Salah satu keisitimewaan Tafsir al-Mizan yang menonjol adalah kisah al-Quran. Allamah menyatukan dan menafsirkan semua ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan kisah-kisah al-Quran dan dalam hal jika di ayat lain mengisyaratkan akan hal itu lagi, maka Allamah akan mengungkapkan lagi namun secara singkat. Untuk mengetahui kisah-kisah nabi, tafsir yang ia tulis merupakan literatur yang paling baik. Allamah Thabathabai, disamping membandingkan Taurat dan Injil dengan Al-Quran, juga menentukan hal-hal yang telah mengalami distorsi. Corak yang cukup jelas dalam Tafsir al-Mizan adalah memberi jawaban atas keraguan dan berupaya untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman serta menaruk perhatian khusus terhadap masalah ilmiah dan filsafat teologis dari sisi lain.