ICC Jakarta – Sayid Ali Husaini Khamenei (lahir 16 Juli 1939 M) adalah salah satu marja’ taqlid madzhab Syiah dan pemimpin (rahbar) kedua dari sistem Republik Islam Iran. Sebelum terpilih sebagai rahbar pada tahun 1989, beliau pernah menjabat sebagai presiden selama dua periode serta pernah duduk di parlemen. Selain itu, dia juga pernah menjadi imam Jumat kota Teheran secara resmi. Setelah revolusi Islam Iran, dia merupakan salah seorang rohaniwan yang paling berpengaruh di kota Masyhad.
Pemikiran-pemikiran Ayatullah Khamenei telah terkumpul dalam sebuah karya yang luas dengan nama “Hadit Wilayah”. Beberapa buku secara tematis telah disusun dan diterbitkan, yang berasal dari ceramah-ceramah dan pesan-pesannya. Selain itu, beberapa karya tertulis yang mencakup tulisan dan terjemahannya juga telah diterbitkan, dimana tulisannya yang paling rinci dan luas adalah berkenaan tentang sistem pemikiran universal Islam dalam al-Quran serta terjemahan beliau yang paling masyhur adalah berkenaan dengan Arbitrasi (Shulh atau perdamaian) Imam Hasan As.
Kritikan yang tegas terhadap budaya Qameh Zani (memukul salah satu dari bagian tubuh dengan benda tajam dalam acara memperingati kesyahidan Imam Husain As dan sebagian bentuk dari azadari dan takziah (penyelenggaraan duka dan kesedihan atas kesyahidan Imam Husain As serta keharaman menghina hal-hal yang dianggap suci dan sakral oleh madzhab Ahlus Sunah terhitung sebagai fatwa-fatwa beliau yang paling terkenal dan berpengaruh di dunia Islam. Istilah-istilah; serangan budaya dan kesadaran Islami, merupakan konsep-konsep yang selalu ada dalam setiap ceramah dan penekanan-penekanan beliau yang sudah masuk ke dalam kamus politik dan sosial Iran.
Ayatullah Khamenei memiliki latar belakang sastra dan banyak mengenal model-model sastra yang ada. Sehubungan dangan syair-syair, dia juga membuat dan membacanya. Mengkaji buku-buku sejarah yang valid (mu’tabar), merupakan salah satu program kajian rutinnya, sehingga dia sangat menguasai kajian-kajian dan tema-tema sejarah kontemporer.
Ayah dan Ibu
Ayah Ayatullah Khamenei yang bernama Sayid Jawad Khamenei juga merupakan salah satu ulama dan mujtahid di zamannya. Ia dilahirkan di kota Najaf dan dimasa kecil, ia ikut bersama keluarganya berhijrah ke kota Tabriz. Sekitar tahun 1336 H, dia pindah ke kota Masyhad. Setelah beberapa tahun tinggal di Najaf dan setelah menyelesaikan pelajarannya di sisi para ulama besar seperti Mirza Muhammad Husein Naini, Sayyid Abdul Hasan Isfahani dan Agha Dhiauddin Iraqi serta setelah mendapat gelar mujtahid ia kembali ke Iran dan menetap di kota Masyhad selain aktif mengajar, ia juga menjadi imam masjid Shiddiqi pasar Masyhad Masjid Jami’ Ghouharshad.
Sang Ibunda, Mirdamadi merupakan seorang wanita yang zuhud, komitmen dengan hukum-hukum syariat dan tindakan amar ma’ruf dan nahi munkar serta menguasai al-Quran hadis, sejarah dan sastra.
Aktivitas Belajar dan Mengajar
Sayid Ali Khamenei memulai proses belajarnya pada umur empat tahun di Maktab Khaneh dengan mempelajari al-Quran. Berbarengan dengan masa sekolah menengah pertamanya, dia juga mulai mempelajari qiroah dan tajwid dari para qori di kota Masyhad. Di akhir-akhir masa sekolah menengah pertama, dia sudah mulai memasuki masa mukodimah hauzah. Diapun melanjutkan pendidikan ilmu-ilmu Islam di madrasah Salman Khan setelah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertamanya.
Pada tahun 1956, dia sudah mulai belajar Bahstul Kharijnya bersama Ayatullah Sayid Muhammad Hadi Milani. Beliau pada tahun 1958 bersama dengan keluarga berangkat menuju kota Najaf dan mengikuti pelajaran-pelajaran para guru besar di Hauzah Ilmiyah Najaf akan tetapi disebabkan sang ayah tidak mau untuk lama-lama di kota tersebut, beliau pun mengikuti sang ayah kembali ke kota Masyhad. Kemudian dia melanjutkan belajarnya kepada Ayatullah Milani untuk jangka waktu satu tahun dan pada tahun 1959 dia berangkat ke kota Qum untuk melanjutkan pendidikannya. Pada tahun 1965 karena sang Ayahanda menderita sakit penglihatan ia meninggalkan kota Qum dan kembali ke Masyhad. agar bisa membantu ayahnya dan kembali mengikuti pelajaran Ayatullah Milani sampai tahun 1971.
Semenjak pertama tinggal di kota Masyhad beliau sudah mulai sibuk mengajar tingkatan tinggi (sutuhe ‘ali) fiqih dan ushul fiqih (kitab Rasail, Makasib dan Kifayah) dan mengadakan kajian-kajian tafsir untuk umum. Pada tahun 1969. dia mulai mengajar pelajaran khusus tafsir bagi para thalabah ilmu-ilmu agama. Pelajaran tafsir ini berlanjut sampai tahun 1978. sebelum akhirnya beliau ditangkap dan diasingkan ke kota Iranshahr.
Kajian-kajian tafsir beliau kembali berjalan di masa-masa menjabat presiden dan terus berlanjut terus di masa pensiun beliau dari kepresidenan. Setelah menduduki jabatan Pemimpin Tertinggi Spiritual Islam (Rahabar) pun, mulai tahun 1991 beliau mulai mengajar Bahstul Kharij fiqih sampai sekarang dimana beliau sudah mengajar bab-bab jihad, qishosh makasib muharromah.[]
Sumber: Wikishia