ICC Jakarta – Pencegahan sikap radikalisme ternyata juga bisa diselesaikan dengan memahami ajaran agama Islam berbasis multikultural.
Pernyataan tersebut disampaikan Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban, Din Syamsuddin, beberapa waktu lalu.
“Ajaran agama perlu ada penekanan ide multikultural atau rasa toleransi. Pemahaman ini harus diajarkan ke semua agama,” ujarnya.
Din menjelaskan, saat ini ide multikultural telah digaungkan di perguruan tinggi Islam guna menjadikan pendidikan Islam yang inklusif.
“Adanya ajaran agama berorientasi multikultural bisa diajarkan siswa ajaran agama masing-masing di tengah kemajemukan. Sehingga siswa itu juga bisa berwawasan,” kata dia.
Di sisi lain, hasil riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menemukan siswa dan mahasiswa merasa bahwa pendidikan agama memiliki porsi yang besar dalam memengaruhi mereka agar tidak bergaul dengan pemeluk agama lain.
Porsi pendidikan agama terhadap pengaruh tidak bergaul dengan pemeluk agama lain, sangat besar 25,77 persen, cukup besar 23,18 persen, sedikit 21,30 persen, sangat sedikit 6,67 persen, dan tidak sama sekali 23,08 persen. (Syiarnusantara)