ICC Jakarta – Majelis Taklim Ar Radiyah bekerja sama dengan Muslimah Ahlulbait Indonesia (MAI) mengadakan peringatan Yaumul Mahabbah (Pernikahan Suci Imam Ali & Fatimah Az Zahra S.a.), sekaligus dalam rangka persiapan membentuk Pimpinan Wilayah MAI DKI Jakarta dan Provinsi Banten. Kegiatan bertema “Pentingnya Peran Muslimah Ahlul Bait yang Terorganisir dalam Menghadapi Tantangan Zaman,” berlangsung di Majelis Taklim Ar Radiyah, Bintaro, Jakarta, 29 Agustus 2017.
Hadir sebagai pembicara pada acara itu, Direktur Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta, Dr. Abdul Majid Hakim Ilahiy dan Sekjen DPP Ahlulbait Indonesia (ABI), Ust. Ahmad Hidayat. Sementara itu para peserta yang hadir terdiri dari pengurus dan anggota Pimnas MAI serta perwakilan dari berbagai yayasan dan majelis taklim di wilayah DKI Jakarta dan Provinsi Banten.
Pada kesempatan itu, Dr. Abdul Majid Hakim Ilahiy menyampaikan tentang tantangan global dan solusi menghadapinya.
Menurutnya, tantangan global yang saat ini dihadapi antara lain:
Pertama, berbagai peristiwa terjadi di dunia Islam juga berpengaruh di level nasional, regional, dan lokal. Anak-anak dan pemuda kita akan menghadapi problema pemikiran atau yang sifatnya kognitif.
Kedua, masalah ekstrimisme dan takfirisme. Ini sebuah kecenderungan di masyaraat global. Ekstrimisme dan takfirisme ini tidak akan berakhir. Dan kita sebagai pengikut Ahlul Bait menjadi ‘sasaran tembak’ ekstrimisme dan takfirisme.
Ketiga, sikap yang lemah dalam menghadapi berbagai tantangan. Alat-alat propaganda asing yang mereka launching dalam berbagai bentuk khususnya dalam bentuk film, memberikan ancaman bagi anak-anak kita. Mereka membuat film dalam ragam bentuk termasuk kartun dan menyasar anak-anak kita. Kalau kita tidak membuat pertahanan yang kuat, anak-anak kita akan terbius oleh ajakan atau pesan-pesan yang disampaikan oleh film-film itu.
Keempat, perlawanan atau konfrontasi yang sengit dalam menghadapi kita. Kita lihat berita, betapa banyak masjid-masjid kita seperti di Afganistan, Pakistan, Kuwait, dan di Arab Saudi mereka porak-porandakan dan hancurkan. Tentu saja itu membuat kita tidak nyaman dan tidak tenang.
Kelima, para musuh Ahlul Bait itu menginvestasikan jutaan dolar untuk memberangus dan menghentikan gerakan Ahlul Bait.
Keenam, menciptakan aliran-aliran yang menyimpang di internal komunitas Syiah itu sendiri. Kita melihat adanya fenomena yang sedang menggejala bahkan menjadi legalitas di tengah kita adanya kelompok-kelompok menyimpang di tengah masyarakat Syiah itu sendiri.
Ketujuh, kelemahan finansial dan ekonomi kita.
Kedelapan, lemahnya media kita.
Kesembilan, Tidak adanya program yang terarah, terukur dan sistematis yang disusun oleh lembaga-lembaga kita.
Kesepuluh, kurangnya SDM handal, profesional, dan berprestasi.
Kesebelas, kelemahan di dalam mengatur strategi.
Kedua belas, kurang kuat dalam menghadapi propaganda negatif atau tekanan yang dihadapkan kepada kita. Adanya lembaga-lembaga resmi yang ada, kita tidak hadir di situ dan tidak turut serta berpartisipasi dalam program-programnya.
Ketiga belas, kehadiran kita justru menjadi ancaman dan tantangan bagi lembaga-lembaga resmi, ormas-ormas ataupun yayasan-yayasan.
Keempat belas, adanya kelemahan-kelemahan dalam menyusun program-program yang bisa membentuk karakter ataupun SDM yang handal.
Apa yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai tantangan ini?
Dr. Abdul Majid menyampaikan 3 pilihan pekerjaan yang dapat dilakukan:
1. Duduk diam dan berpangku tangan; tidak menyusun program; tidak menyusun agenda; tidak menyusun strategi atau langkah-langkah yang harus ditempuh. Tentu ini bukan langkah (tindakan) seorang yang berakal. Tentu saja kita harus menyusun program, agenda, strategi untuk menyongsong dan menghadapi tantangan tersebut dan mencarikan solusi atasnya.
2. Gerakan sporadis. Artinya, ada yayasan, ada majelis taklim, masing-masing punya peran, punya saham masing-masing dalam menyebarkan dan menyiarkan ajaran Ahlul Bait. Ini sifatnya sporadis dan tidak integral satu sama lain. Tentu saja anda tahu sendiri untuk menghadapi tantangan global hari ini, tentu tidak akan membuahkan hasil maksimal karena gerakan individual atau satu dua majelis taklim yang bergerak tidak akan menjawab tantangan global secara maksimal. Tentu saja akal strategis kita itu tidak akan setuju dengan gerakan-gerakan sporadis dan individual tersebut.
3. Yang harus kita lakukan untuk menghadapi dan keluar sebagai pemenang atas tantangan global ini tentu saja harus terorganisir, terencana, sistematis, dan memanfaatkan secara maksimal atas potensi yang ada. Makanya perlu kita duduk seperti ini untuk mengorganisir dan memanfaatkan peluang yang kita miliki secara maksimal dan bersama-sama.
“Harus ada satu organisasi, satu institusi atau lembaga yang mengorganisir dan memanfaatkan pemberdayaan segala potensi yang ada, yang kita miliki untuk kita gunakan sebagai modal dan kekayaan kita. Dan lembaga ini mengusung rencana program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Dan di dalam penyusunan rencana itu, harus fokus pada setiap persoalan,” papar Dr. Abdul Majid Hakim Ilahiy.
Source: Ahlul Bait Indonesia