Republik Islam Iran di bawah kepemimpinan Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei telah menjelma menjadi suatu kekuatan yang menghadapi front arogan, yang merupakan representasi dari demokrasi Barat yang dominan. Dalam pertemuannya dengan ketua dan anggota Dewan Pakar Kepemimpinan, Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa logika resistensi dan perlawanan Republik Islam Iran terhadap kubu arogan bukanlah semata-mata perlawanan politik, tetapi juga sebuah pertarungan antara logika agama, akal, dan kemanusiaan.
Menurut Ayatullah Khamenei, Revolusi Islam Iran telah membentuk suatu front baru yang bertumpu pada demokrasi Islami, yang menantang dominasi front demokrasi Barat. Kebangkitan model demokrasi Islam di Iran menjadi ancaman bagi kepentingan front demokrasi Barat, yang terbiasa menggunakan agresi, pelanggaran hak asasi manusia, dan kezaliman dalam upaya memperoleh kekuasaan.
Sebagai contoh nyata dari arogansi dan agresi front arogan, Ayatullah Khamenei menyoroti insiden tragis di Gaza, di mana pemilik tanah menjadi korban pembunuhan kejam dan tidak berperasaan. Penentangan Republik Islam Iran terhadap front arogan adalah bukan sekadar perlawanan politik, melainkan sebuah upaya untuk melawan kezaliman dan kekejaman yang tersembunyi di balik kedok demokrasi, hak asasi manusia, dan liberalisme.
Dalam menghadapi tantangan ini, Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa Republik Islam Iran harus senantiasa menjadi garda terdepan dalam melawan front arogan. Bendera perlawanan terhadap kezaliman dan agresi harus terus berkibar, dan Republik Islam tidak boleh pernah membiarkan bendera tersebut direbut oleh pihak lain.
Melalui kesempatan ini, Ayatullah Khamenei menegaskan bahwa menjelaskan logika perlawanan Republik Islam Iran terhadap front arogan adalah tugas penting, terutama bagi generasi mendatang. Lebih dari empat dekade sejak berdirinya Republik Islam Iran, front dan orientasi perjuangan melawan arogansi telah menjadi sebuah contoh bagi dunia tentang pentingnya mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan dan menentang kezaliman, bahkan dalam menghadapi tekanan dan dukungan dari negara-negara Barat.