ICC Jakarta – Di sela-sela kunjungan Perdana Menteri Irak ke Negara Republik Islam Iran
dan pertemuannya dengan Wali Faqih Zaman Ayatullah Uzma Imam Sayid Ali Khamenei, salah satu kata kunci yang diliput secara luas di media adalah “Pukulan Timbal Balik”.
Dua hari kemudian, pesawat penumpang Republik Islam Iran yang lepas landas dari Tehran menuju Beirut diganggu oleh pesawat-pesawat tempur Amerika. Kini, semua menunggu balasan negara Islam ini dan Kubu
Muqawama terhadap aksi ilegal dan irasional Amerika itu. Sebab, kata Imam Khameneu, “Kami adalah bangsa yang akan membalas segala bentuk pelanggaran, bahkan segala macam ancaman, dengan ketegasan dan kekuatan penuh … siapa pun yang terlintas di benaknya pikiran untuk membuat pelanggaran terhadap Republik Islam Iran harus menyiapkan diri untuk menerima tamparan-tamparan kuat dan tinju-tunju baja.”
(Imam Khamenei; 10 November 2011).
Namun, sebagaimana sebelum-sebelumnya, balasan Republik Islam Iran terhadap peristiwa ini didasarkan pada prinsip-prinsip dasar Revolusi Islam dan jauh dari ketergesa-gesaan yang bukan pada tempatnya.
1 Pengalaman Republik Islam dalam Tantangan Internasional
Dua puluh dua tahun lalu, pada hari-hari seperti ini, Bangsa Republik Islam Iran dikejutkan oleh berita buruk dari negara tetangga timurnya. Konsulat Republik Islam Iran di Mazari Sharif Afganistan diserang sampai menggugurkan para diplomat negara Islam ini secara teraniaya. Perbincangan tentang perlunya respon terhadap serangan ini langsung memanas, dan sejumlah pasukan pun langsung meluncur ke perbatasan Iran dan Afganistan.
Flynt Leverett dan Hillary Mann Leverett dua peneliti politik Amerika menggambarkan suasana politik pasca peristiwa ini dan menuliskan
di dalam buku Going to Tehran bahwa “… Republik Islam tidak kemudian perang. Sebagaimana disampaikan oleh wakil menteri luar negeri saat itu, pandangan Ayatullah Sayid Ali Khamenei, pemimpin Iran ketika itu
adalah … merespon itu memang harus, tapi kita harus secara cermat memperhatikan seluruh kondisi respon bersenjata.” Di bagian lain dari buku mereka kita juga membaca, “Amerika menggunakan banyak energinya untuk mendemonisasi Republik Islam Iran dengan irasionalitas sebagai dampak dari ideologinya. Tapi, sikap pemimpin Iran menunjukkan bahwa di dalam menghadapi aksi-aksi provokatif pun negara ini tetap punya strategi yang mereka ikuti. Ayatullah Khamenei mengatakan, “Di dalam persoalan-persoalan penting pun kita tidak emosional; kita tidak mengambil keputusan karena emosi. Kita mengambil keputusan dengan perhitungan.”
Peristiwa kesyahidan para diplomat Republik Islam Iran di Mazari Sharif Afganistan adalah sekedar salah satu contoh dari tantangan internasional yang sengaja dibuat oleh Arogansi Global di jalur gerakan dan kemajuan
Bangsa Republik Islam Iran. Pengalaman berlimpah negara Islam ini di berbagai tantangan selama empat puluh dua tahun terakhir menunjukkan kebijakan yang jauh dari emosi dan ketergesa-gesaan. Hal itu juga bisa disaksikan dalam berbagai peristiwa yang baru-baru saja terjadi di kawasan Asia Barat
2. Kapan dan Dimanakah Pukulan Timbal Balik? Salah satu tuntutan terkini masyarakat mukmin dan revolusioner adalah terlaksananya “Pembalasan Keras” terhadap teror pengecut atas Syahid Qasem Soleimani, begitu pula pembalasan terhadap ancaman-ancaman yang tidak biasa dan ilegal dari pihak Amerika dan sekutu-sekutunya di kawasan. Pentingnya realisasi “Pukulan Timbal Balik” ini menjadi berlipat ganda manakala kita memperhatikan bahwa pada prinsipnya, strategi “Pukulan Timbal Balik” itu untuk menghentikan petualangan-petualangan konyol lawan dan meningkatkan keamanan negara serta kawasan. Tapi, terlepas dari kapan, di mana, dan bagaimana “Pukulan Timbal Balik” ini akan dieksekusi, perhatian terhadap prinsip-prinsip “Pukulan Timbal Balik” dapat menjawab banyak ketidakpastian dan pertanyaan tentang hal ini. Pertama-tama bahwa pembalasan timbal balik Republik Islam pasti didasari oleh sistem perhitungan dan rasionalitas revolusioner yang senantiasa ditekankan dalam pemikiran Imam Khumaini ra dan Imam Khamenei ra serta dapat disaksikan dalam aksi dan reaksi mereka selama ini. Prinsip berikutnya yang sejak awal sampai sekarang punya posisi penting dalam sistem perilaku Republik Islam adalah tidak melengkapi puzzle musuh.
Menlu AS Mike Pompeo di salah satu sikap terakhirnya menyatakan bahwa dia jamin sanksi-sanksi persenjataan terhadap Iran akan diperpanjang oleh Dewan Keamanan PBB pada rapat bulan oktober nanti. Tidak lupa pula bahwa di antara gerak-gerik militer AS di kawasan Asia Barat baru-baru ini adalah memasang perangkap dalih untuk menyempurnakan puzzle itu, meningkatkan sanksi, dan menambahkan tekanan maksimal terhadap Bangsa Republik Islam Iran. Prinsip Ketiga adalah pemilahan isu-isu primer dan sekunder serta tidak salah memandang isu sekunder sebagai isu primer. Tidak boleh lupa tujuan utama. Esensi “Pembalasan Keras” Republik Islam Iran tiada lain adalah terusirnya Amerika dari kawasan Asia Barat. Maka tentunya, setiap langkah akan dinilai berdasarkan efektivitasnya dalam merealisasikan target final tersebut. Di samping itu, Republik Islam Iran komitmen terhadap prinsip-prinsip tertentu di kawasan, antara lain prinsip penguatan keamanan kawasan dan pencegahan atas perang dan ketidakamanan general di kawasan.
Prinsip keempat yang terlihat dalam perilaku internasional Republik Islam adalah tepat janji, tidak melanggar dan tidak melampaui batas Komandan Pasukan Quds Garda Revolusi Islam ketika berbicara tentang pembalasan atas darah jenderal Syahid Qasem Soleimani mengatakan, “Kalian serang secara pengecut, tapi kami akan balas secara ksatria.” Ini salah satu contoh terkini prinsip keempat. Prinsip kelima “Pukulan Timbal Balik” Republik Islam Iran adalah menghindari kegaduhan dan keributan media. Pembalasan rudal Pasukan Garda Revolusi Islam menyusul serangan teroris ISIS ke gedung Majelis Syura Islami di Tehran sebagai salah satu pukulan paling telak bagi kelompok teroris takfiri, pembalasan terhadap kelompok teroris di daerah Kurdi, pembalasan rudal pasca peristiwa teror di Ahwaz, dan lain-lain, seluruhnya merupakan pukulan yang tepat dan memenuhi target pencegahan yang diinginkan, tapi jauh dari kebisingan media dan persis menyasar musuh pada saat yang tidak mereka duga. Kali ini pun “Pukulan Timbal Balik” pasti akan menyasar musuh pembunuh, tapi pada saat dan tempat yang tidak mereka duga.
Sumber: buletin walfakih