ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mizan dan Syiah di Mata Gus Nadir

by admin
March 12, 2019
in Tokoh
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

ICC Jakarta- Rais Syuriah PCI Nahdlatul Ulama Australia – New Zealand, Nadirsyah Hosen, turut menanggapi soal tudingan “Syiah” yang dialamatkan pada Prof. Quraish Shihab. Menurut Nadirsyah, salah satu alasan tudingan itu karena dalam karyanya, Tafsir Al-Misbah (15 jilid), Habib Quraish sering merujuk kepada Tafsir Al-Mizan karya Muhammad Hussein Thabathaba’i.

Sebelum menjelaskan benar tidaknya tudingan itu, pria yang akrab disapa Gus Nadir ini menyampaikan kisah terkait kitab tafsir ini dan Quraish Shihab. Kisah ini dimulai dari lemari buku almarhum Ayah Gus Nadir,  Prof. KH. Ibrahim Hosen, yang menyimpan satu set komplit (21 jilid) kitab Tafsir al-Mizan.

“Sekitar tahun 1990, Abah saya berdecak kagum membaca ulasan dari kitab tafsir ini. Saat itu saya tanyakan kepada Abah kenapa membeli tafsir milik ulama Syi’ah,” kata Gus Nadir mengenang masa itu.

Ayahnya pun menjawab, “Ini kitab tafsir bagus, Habib Quraish yang merokemendasikan dan ternyata beliau benar, isinya luar biasa.”

Gus Nadir bertanya lagi, “kalau begitu saya juga boleh membacanya?” dan sang ayah mengangguk.

Dari pengalaman ini, dosen senior Monash Law School ini berpendapat, kekaguman Quraish Shihab terhadap karya Thabathaba’i itu sudah sejak dulu. Itu sebabnya kitab tafsir Al-Misbah banyak mengutip Tafsir al-Mizan.

“Tapi apakah fakta ini menjadikan Habib Prof. Quraish seorang syi’ah? Saya berpendapat, “Tidak!”.

Pertama, kata Gus Nadir, merupakan hal wajar seorang profesor seperti Quraish Shihab dan Kiai Ibrahim membaca kitab lintas mazhab. Di lemari buku ayah Gus Nadir misalnya, juga terdapat Tafsir Al-Kasyaf karya Zamakhsyari yang beraliran Mu’tazilah.

“Juga ada kitab Nailul Authar karya Syaukani yang berasal dari tradisi Syi’ah Zaidiyah dan kabarnya kemudian beralih ke mazhab Zahiri. Karya Syaukani lainnya yang saya temukan di perpustakaan Abah saya adalah kitab Irsyadul Fuhul yang mengupas Ushul al-Fiqh,” kata Gus Nadir dalam channel telegramnya.

“Jadi, para guru besar itu memang membaca dan mengoleksi literatur dalam berbagai mazhab. Kalau gak gitu, ya bukan guru besar dong..,” tambahnya.

Kedua, bagi Gus Nadir, keliru besar kalau dikatakan Tafsir al-Misbah hanya merujuk pada Tafsir al-Mizan. Kalau kita baca dengan seksama, Habib Quraish itu sangat mengagumi al-Biqa’i yang menulis kitab Tafsir Nazm al-Durar.

“Karya al-Biqa’i ini menjadi bahan kajian disertasi Habib Prof. Quraish Shihab di Al-Azhar Mesir. Selain al-Biqa’i dan Thabathaba’i, beliau juga merujuk kepada Tafsir fi Zhilalil Qur’an karya Sayid Quthb dan al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibn Asyur,” katanya.

Jadi, paling tidak ada 4 kitab tafsir utama yang dirujuk oleh Tafsir al-Misbahnya Habib Prof. Quraish Shihab: Thabathaba’i yang beraliran Syi’ah Imamiyah, al-Biqa’i yang bermazhab Syafi’i, Sayid Quthb ulama konservatif dari Ikhwanul Muslimin, dan Ibn Asyur ulama progresif bermazhab Maliki.

“Selain keempat kitab tafsir utama di atas, Habib Prof Quraish Shihab juga merujuk kepada kitab tafsir lainnya semisal Tafsir al-Wasith karya Sayid Thantawi (mantan Grand Syekh al-Azhar) dan juga kitab tafsir klasik semisal Tafsir al-Qurtubi,” katanya.

Dengan kata lain, Tafsir al-Misbah tidak hanya merujuk kepada tafsir syi’ah karya Thabathaba’i tapi juga kitab tafsir lainnya termasuk tafsir konservatif milik Sayid Quthb.

“Tentu menakjubkan karya tokoh syi’ah-sunni, progresif dan konservatif, klasik-modern semuanya diakomodir dalam Tafsir al-Misbah. Ini menunjukkan pendekatan beliau yang luas dan luwes.”

Ketiga, meskipun mengutip Tafsir al-Mizan karya ulama Syi’ah, namun dalam beberapa pembahasan Habib Prof. Quraish Shihab terang-terangan menunjukkan perbedaan pandangan beliau dengan Thabathaba’i.

“Ini sikap ilmiah beliau.”

Misalnya yang paling jelas dalam Surat ‘Abasa. Sejak lama ulama Sunni berbeda pandangan dengan ulama Syi’ah mengenai apakah Nabi Muhammad yang mendapat teguran Allah dalam surat tersebut atau orang lain.

Setelah menguraikan pandangan Thabathaba’i, Quraish Shihab menulis, “Hanya saja, alasan-alasan yang dikemukakannya tidak sepenuhnya tepat”.

“Dengan kata lain, Habib Prof. Quraish Shihab berpandangan sama dengan ulama Sunni dalam surat ‘Abasa ini. Ini bukti yang teramat jelas bahwa beliau bukan seorang Syi’ah,” jelasnya.

Perbedaan pandangan lainnya bisa terlihat saat membahas surat al-Hujurat ayat 12. Thabathaba’i menganggap larangan ghibah di ayat ini hanya berlaku jika yang digunjing itu seorang muslim sebagaimana diisyaratkan oleh kata “akh/saudara” dalam ayat ini.

Dengan merujuk pada QS al-Taubah : 9 yang menegaskan persaudaran seagama itu menggunakan redaksi “ikhwanukum fid din” Habib Prof. Quraish Shihab tidak menyetujui pendapat Thabathaba’i di atas.

Dengan demikian beliau berpendapat kata “akh/saudara” dalam al-Hujurat:12 tidak hanya berlaku untuk sesama Muslim. Ini contoh bagaimana Tafsir al-Misbah berbeda pandangan dengan Tafsir al-Mizan.

“Dalam dunia ilmiah, hal ini wajar saja,” katanya.

Dari ketiga point di atas terbantahlah mereka yang menganggap Habib Prof. Quraish Shihab sebagai syi’ah dikarenakan beliau merujuk kepada Tafsir al-Mizan ulama syi’ah. Semoga ini bisa meluruskan fitnah keji yang terus menerus diedarkan oleh sementara pihak terhadap beliau.

“Semoga beliau selalu dikaruniai kesehatan dan dijaga oleh Allah dalam membina umat lewat keteladanan, kesantunan dan kedalaman ilmu beliau,” katanya.[]

YS/ islamindonesia. sumber: telegram.me/GusNadir

admin

admin

Related Posts

Islam Indonesia

SELAMAT & SUKSES ATAS MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-48

November 20, 2022

Keluarga BesarIslamic Cultural Centermengucapkan SELAMAT & SUKSES ATAS MUKTAMAR MUHAMMADIYAH KE-48DAN ATAS TERPILIHNYAPROF. HAEDAR NASHIRsebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah Periode...

Tokoh

Keluarga Besar Islamic Cultural Center Jakarta
menyampaikan duka cita

September 18, 2022

Innalillahi wa inna ilaihi rajiun Keluarga Besar Islamic Cultural Center Jakartamenyampaikan duka cita yang mendalam atas wafatnya Prof. Azyumardi Azra,...

Ahlulbait

Syahadah IMAM MUHAMMAD AL JAWAD

March 2, 2023

Keluarga BesarIslamic Cultural Center JakartaMenyampaikanDuka Cita yang MendalamAtas Hari Syahadah IMAM MUHAMMAD AL JAWAD29 Zulqaidah Sesungguhnya Imam Jawad adalah manifestasi...

Ahlulbait

Kelahiran Imam Ali bin Musa Ridha

March 2, 2023

Hari ini bertepatan dengan kelahiran Imam Ali bin Musa Ridha yang dimakamkan di kota Mashhad. Beliau digelari berbagai nama dan...

Dunia Islam

Cinta dan Kasih Sayang

March 2, 2023

Gerakan Imam Khomeini muncul dari fitrah. Fitrah yang bukan hanya tidak dapat dicukupi dengan dimensi material dan kesenangan duniawi yang...

Dunia Islam

33 Tahun Kembalinya Imam Khomeini ke Pangkuan Sang Kekasih.

March 2, 2023

Dengan hati yang tenang, hati yang percaya diri, dan jiwa yang bahagia dan ikhlas, mengharap rahmat Tuhan, saya akan dibebaskan...

Next Post

Diskusi Publik: Filsafat Keadilan untuk Negara Kesejahteraan di ICC Jakarta

Sanad dan Kandungan Khutbah Syiqsyiqiyyah

Mengapa Imam Shadiq disebut dengan Pemimpin Mazhab Syiah

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
    • Struktur
    • Hubungi kami
  • Kegiatan
    • Agenda
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Alquran
    • Kebudayan
    • Sejarah
    • Akhlak
    • Dunia Islam
    • Pesan Wali Faqih
    • Arsip
  • Press Release

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist