ICC Jakarta: Al-Aqsa: Kiblat Pertama Umat Islam menjadi tema Seminar I International al-Quds Day berlangsung berkat kerjasama antara Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta dan Komite Solidaritas Palestina & Yaman (KOSPY). Acara ini terselenggara pada Kamis malam (17/5) bertempat di Aula ICC Jakarta Selatan.
Seminar ini menghadirkan Ammar Fauzi, Ph. D dan Musa Kazhim, M.A. sebagai pembicara dan Hertasning Ichlas sebagai moderator acara ini.
Pada awal paparan seminarnya, sembari mengomentari situasi yang terjadi di negeri ini terkait dengan adanya rentetan teror yang terjadi beberapa hari terakhir ini, Musa Kazhim menjelaskan bahwa paham-paham takfirisme yang membuahkan perilaku radikal dikarenakan model penafsiran yang dilakukan oleh kaum takfiri adalah penafsiran secara parsial, bukan secara menyeluruh dan komprehensif sehingga produk tafsir yang dihasilkan tidak bersesuaian dengan hakekat ajaran Islam itu sendiri.
Selanjutnya Musa Kazhim memasuki inti pembahasan, ia menjelaskan bahwa hikmah Allah swt menciptakan Masjidil Aqsa adalah bahwa Allah menjadikan Masjidil al-Aqsa sebagai kiblat pertama bagi kaum Muslimin. Namun pada masa sekarang, mengapa kiblat pertama kaum Muslimin ini gagal dijaga? Mengapa tempat ini sekarang berada dalam cengkerama dan diinjak-injak oleh kaum zionis Israel? Direktur Komite Solidaritas Palestina & Yaman ini menambahkan bahwa hal ini adalah ujian bagi orang yang beriman. Kegagalan kaum Muslimin ini berkaitan dengan kiblat pertama kaum Muslimin, lalu bagaimana dengan keadaan Masjidil Haram dimana didalamnya terdapat Ka’bah yang merupakan kiblat kaum muslimin setelah Masjidil al-Aqsha? Kondisinya tidak jauh berbeda. Di sana ada hotel-hotel Haramain yang jauh lebih tinggi dari pada bangunan Ka’bah. Ini merupakan suatu penghinaan. Kehormatan harus dipertahankan dan diraih, bukan sekadar pemberian dari Allah swt.
Sedangkan dalam uraian yang disampaikan oleh Ammar Fauzi, ia mengajak supaya hadirin menanyakan pada dirinya sendiri, sejatinya untuk apa kita mengumpul disini? Apa yang melatarbelakangi hadirin melangkahkan kaki ke tempat ini?
Saat ini, menurut doktor filsafat lulusan Iran ini, paling tidak ada dua hal penting yang harus disikapi: Pertama, tentang kebodohan yang terkait dengan berita hoax dimana ketika kita tidak tahu, maka sebaik-baik yang kita lakukan adalah bertanya atau diam dan tidak ikut menyebarkan; Kedua, tentang keadilan dan bagaimana keadilan itu bisa membangkitkan emosi supaya kita mengingat Palestina dan menumbuhkan emosionalitas tentang Palestina. Sudah seharusnya kita mempunyai kesadaran persatuan tentang Palestina.
Terkait dengan berkembangnya berbagai macam usaha yang menginduk kepada Zionis dan sekutu-sekutunya Ammar Fauzi berpesan seharusnya kaum Muslimin meninggalkan produk-produk yang dihasilkan oleh Amerika agar tidak memberikan keuntungan bagi mereka dan justru akan merugikan Palestina. Sayangnya, kebodohan kita yang masih menjadikan produk-produk mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup, menjadikan kerugian bagi bangsa Palestina dan keuntungan bagi Israel. Acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab. [SH/SZ]