ICC Jakarta – Kebhinnekaan dan perbedaan menjadi modal utama untuk persatuan bangsa, sebab bangsa Indonesia dibangun di atas dasar kebhinnekaan, ujar tokoh bangsa Syafii Maarif dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (24/7).
“Mari kita bicara perbedaan. Tapi jangan rusak perumahan kemanusiaan dan rumah kebangsaan. Ini artinya semangat perbedaan harus mampu menyatukan dan mengutuhkan bangsa ini,” katanya.
Pendiri Maarif Institute itu berharap banyaknya pemuda yang bersikap inklusif dan memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa dan tidak mudah terprovokasi dan terpecah belah. Untuk itu, antar elemen kebangsaan dan kemanusiaan harus ditanamkan budaya berlomba dalam kebaikan.
Menurutnya, Al-Quran sendiri sudah memberikan solusi dalam mengelola perbedaan agar terwujud kebaikan. Maka ketika Islam diaplikasikan dalam konteks keindonesiaan akan memunculkan sebuah Islam yang ramah, terbuka, inklusif, dan mampu memberi solusi terhadap masalah-masalah besar bangsa.
“Islam membutuhkan sarana sejarah untuk mewujudkan cita-cita moralnya yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Sarana itu tidak lain adalah negara,” katanya.
Untuk mewujudkan hal itu, Maarif Institute mengadakan Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan dari 22 Juli hingga 1 Agustus 2018 di Bogor. Harapannya mampu melahirkan kader penjaga keutuhan bangsa, penjaga nilai-nilai kemanusiaan, memiliki sikap toleran, moderat serta berpihak pada kemanusiaan dan keindonesiaan. (muh/abi)