ICC Jakarta
No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami
  • Login
ICC Jakarta
No Result
View All Result

Telaah Tentang Makhluk Pertama Diciptakan Allah

by admin
November 19, 2019
in Teologi
0 0
Share on FacebookShare on Twitter

ICC Jakarta – Mengenai awal ciptaan Allah swt banyak pendapat atas berbagai riwayat terkait, di antaranya di dalam Bihar al-Anwar 54/170, hadis 117; Rasulullah saw bersabda: “Awal yang Allah ciptakan adalah cahayaku. Lalu terpilah darinya cahaya Ali..”

Di dalam Syarh Ushul al-Kafi/al-Mazandarani; Rasulullah saw bersabda: “Awal yang Allah ciptakan adalah ruhku..”, dan riwayat-riwayat lainnya yang mengatakan adalah ‘arsy, qalam dan lainnya.

Sebagian berpendapat bahwa akal yang disebut di dalam riwayat-riwayat (salah satunya di dalam Bihar al-Anwar 55/212) sebagai awal makhluk, adalah cahaya Rasulullah saw.

Di sana terlontar soal, jika alam penciptaan atau malakut tak memerlukan ruang dan waktu, mengapa bukan alam itu sebagai makhluk pertama dan setelah itu penciptaan cahaya Rasulullah saw?

Kemudian dijawab menurut filsafat bahwa:

1-Yang pertama muncul dari masyi`ah (kehendak) ilahiah ialah akal atau qalam atau “air” atau cahaya Nabi saw, yang semua ini adalah satu dengan beda sudut pandang.

2-Dari yang pertama itu muncul seluruh ciptaan Allah dan alam penciptaan (takwin), bukan alam malakût yang adalah satu dari tiga alam penciptaan. Yaitu, jabarut dan malakut adalah alam ruh, dan antara mulk dan malakut adalah alam barzakh.

3-Yang pertama muncul itu sebagai perantara antara Allah dan seluruh makhluk-Nya di segenap alam.

Kedudukan Masyi`ah Ilahiah

Terlontar sesudah itu soal-soal berikut; Apakah masyiah ilahiah itu cahaya Nabi saw? Ataukah bukan, bahwa masyiah ilahiah adalah titik awal wujud atau ciptaan (dari-Nya)? Apakah ia makhluk-Nya? Manakah yang lebih utama di antara keduanya?

Pertama, mengenai masyi`ah ilahiah:

1-Ia adalah tindakan (fi’l), bukan obyek (maf’ul) yang tercakup makhluk darinya. Atas itu, Allah swt mencipta sesuatu dengan masyi`ah (kehendak)-Nya yang adalah tindakan-Nya.

2-Perbedaan antara fi’l dan maf’ul ialah bahwa masyi`ah-Nya seumpama gerak tangan si penulis, sedangkan hakikat muhammadi seumpama pena yang dibuatnya untuk menulis. Pena inilah awal maf’ul sebagai perantara tindakan menulis itu. Adapun huruf-huruf atau kalimat-kalimat yang tertulis dengan pena adalah seluruh makhluk. Jadi, “pena” lah makhluk pertama dan perantara penciptaan seluruh makhluk.

Kedua, mirip dengan gerak tangan penulis dan penanya itulah soal, manakah yang lebih utama di antara masyi`ah iahiah dan cahaya muhammadi? Yang berarti perbandingan ini sia-sia.

Kesimpulan ini kemudian terserang soal-soal terkait, bahwa fi’l (masyi`ah) itu:

1-Berarti didahului ketiadaan.

2-Memiliki titik awal sebagai mumkinul wujud (yang keberadaannya didahului ketiadaan dan sebab) yang Allah ciptakan, yang berarti adalah makhluk dan selain Allah.

3-Jika merupakan fi’l (tindakan) maka ia bukanlah makhluk. Lantas, apakah ia pencipta? Apakah ia merupakan mumkinul wujud ataukah wajibul wujud (yang keberadaannya tak didahului ketiadaan dan sebab yang lain)?

4-Dengan perumpamaan di atas, manakah yang lebih utama, gerak tangan penulis ataukah pena yang dibuatnya menulis? Semuanya ini bukanlah Allah melainkan adalah makhluk-Nya.

5-Jika soal perbandingan manakah yang lebih utama itu tak berarti, maka tiada arti pula bagi perbandingan antara Nabi saw dan selainnya dari seluruh makhluk. Dengan kata lain bahwa perbandingan itu tidak benar, sementara ada perbandingan antara dua sesuatu yang sejenis dan yang secara urutan atau kedudukan!?

Pembahasan demikian itu cukup dalam, memerlukan kecermatan berfikir seperti melalui mukadimah berikut:

1-Allah swt ada kala tiada selain-Nya, lalu Dia adakan masyi`ah itu dengan sendirinya -tanpa dari sesuatu pun- pada ruangnya, yakni imkan (possible), dan waktunya, yakni sarmad (kekekalan).

2-Tiga hal tersebut; masyi`ah, imkan dan sarmad, adalah imkan utama (râjih) yang disebut dengan “wujud mutlak”, sebagai rival imkan musawi (ada atau tiada) yang disebut dengan “wujud muqayad” (yang bersyarat).

3-Awal bagi imkan rajih adalah akal universal (‘aql kulli), dan sesudah itu sebagai akhir baginya. Kala Allah swt memosibelkan mumkinat, sesi-sesinya bagi imkan universal itu kendati bersifat partikular, merupakan sesi-sesi universal yang tak terbatas.

Misalkan saja, Dia pada imkan rajih mengadakan suatu imkan (sebut saja “zaid”, misalnya) secara universal tanpa batas. Artinya bahwa “zaid” sebagai sesi dari imkan rajih sebelum penciptaan, boleh saja ia (kemudian) adalah zaid atau umar, gunung, burung, langit, bumi, malaikat, syaitan, binatang, tanaman atau dan seterusnya tanpa batas. Jadi, “zaid” di alam baru dan imkan rajih bisa saja merupakan sesi bagi apapun itu, karena ia belum diadakan melainkan disebut semata di dalam pengetahuan. Sebagaimana firman Allah:

“Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?” (QS.Maryam 67)

Yakni, bukan sesuatu yang telah diadakan, tetapi sesuatu yang diketahui. Dengan kata lain, ia:

1-Sesuatu yang berarti mumkin, bukan mukawwan (yang diadakan).

2-Tak dilampaui masa, melainkan yang disebut dalam pengetahuan dan imkan, bukan dalam pengadaan. Sebagimana firman Allah:

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS.Al-Insan 1)
Sumber: Ikmalonline

admin

admin

Related Posts

TUJUAN UTAMA KEBERADAAN IMAM ADALAH MENGHILANGKAN PERSELISIHAN, LALU MENGAPA PERSELISIHAN TETAP ADA PADAHAL SYIAH MEYAKINI KEBERADAAN IMAM YANG MASIH HIDUP?
Teologi

TUJUAN UTAMA KEBERADAAN IMAM ADALAH MENGHILANGKAN PERSELISIHAN, LALU MENGAPA PERSELISIHAN TETAP ADA PADAHAL SYIAH MEYAKINI KEBERADAAN IMAM YANG MASIH HIDUP?

October 3, 2025

Oleh: Syekh Ja’far Subhani   Teks Syubhat (Kerancuan/Kecurigaan): Penyusun pertanyaan ini mengajukan dua hal: Pertama, bahwa tujuan maksimal dari keberadaan...

Kaum Qadiyaniyah Telah Dihukumi Kafir Karena Mengklaim Kenabian Bagi Pemimpin Mereka. Jadi, Apa Bedanya Dengan Kaum Syiah Yang Mengklaim Karakteristik Para Nabi Bagi Para Imam Mereka?
Teologi

Kaum Qadiyaniyah Telah Dihukumi Kafir Karena Mengklaim Kenabian Bagi Pemimpin Mereka. Jadi, Apa Bedanya Dengan Kaum Syiah Yang Mengklaim Karakteristik Para Nabi Bagi Para Imam Mereka?

October 1, 2025

Oleh: Syekh Ja’far Subhani Teks Syubhat (Kerancuan): Kaum Qadiyaniyah telah dihukumi kafir karena mengklaim kenabian bagi pemimpin mereka. Jadi, apa...

KEPEMIPINAN (IMAMAH) DAN KETERHINDARAN DARI DOSA (ISMAH) DALAM ISLAM
Teologi

KEPEMIPINAN (IMAMAH) DAN KETERHINDARAN DARI DOSA (ISMAH) DALAM ISLAM

September 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Amin Zainuddin Kepemimpinan dan keterhindaran dari dosa (ismah) dalam Islam—inilah gagasan yang ingin saya bicarakan kepada Anda...

KEYAKINAN KAMI (IMAMIYAH) TERHADAP KETAATAN KEPADA PARA IMAM AS
Teologi

KEYAKINAN KAMI (IMAMIYAH) TERHADAP KETAATAN KEPADA PARA IMAM AS

August 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Ridha Muzhaffar Kami meyakini bahwa para Imam adalah para pemilik otoritas (ulil amri) yang telah diperintahkan Allah...

AKIDAH KITA (IMAMIYAH) TENTANG HAK SEORANG MUSLIM ATAS MUSLIM LAINNYA
Teologi

AKIDAH KITA (IMAMIYAH) TENTANG HAK SEORANG MUSLIM ATAS MUSLIM LAINNYA

August 29, 2025

Oleh: Syekh Muhammad Ridha Muzhaffar Sesungguhnya salah satu hal paling agung dan indah yang diserukan oleh agama Islam adalah persaudaraan...

Ziarah Imam Husain Penghargaan Terhadap Sejarah
Ahlulbait

Ziarah Imam Husain Penghargaan Terhadap Sejarah

September 30, 2021

Cendekiawan Nahdlatul Ulama Ulil Abshar-Abdallah mengapresiasi tradisi Muslim Syiah, khususnya Ziarah Arbain Imam Husain. Di samping memiliki kemiripian dengan tradisi...

Next Post

Mengenal Tafsir Filosofis

Pemuda dan Pemudi Abi Maulid Milenial di ICC Jakarta

Cendekiawan muslim Prof. Dr. Azyumardi Azra Pentingnya Tetap Berlogika dalam Beragama

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ICC Jakarta

Jl. Hj. Tutty Alawiyah No. 35, RT.1/RW.7, Pejaten Barat.
Pasar Minggu, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12510

Telepon: (021) 7996767
Email: iccjakarta59@gmail.com

Term & Condition

Agenda

[tribe_events_list]

HUBUNGI KAMI

Facebook
Telegram

Jadwal Salat Hari Ini

sumber : falak-abi.id
  • Lintang: -6.1756556° Bujur: 106.8405838°
    Elevasi: 10.22 mdpl
Senin, 26 Desember 2022
Fajr04:23:34   WIB
Sunrise05:38:32   WIB
Dhuhr11:53:01   WIB
Sunset18:07:31   WIB
Maghrib18:23:39   WIB
Midnight23:15:32   WIB
  • Menurut Imam Ali Khamenei, diharuskan berhati-hati dalam hal waktu salat Subuh (tidak berlaku untuk puasa) dengan menambah 6-7 menit setelah waktu diatas

© 2022 ICC - Jakarta

No Result
View All Result
  • Home
  • Profil
    • Sambutan direktur
    • Sejarah Berdiri
  • Kegiatan
    • Berita
    • Galeri
  • Artikel
    • Akhlak
    • Alquran
    • Arsip
    • Dunia Islam
    • Kebudayan
    • Pesan Wali Faqih
    • Press Release
    • Sejarah
  • Hubungi kami

© 2022 ICC - Jakarta

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist