ICC Jakarta – Sesuai dengan pengertian tentang agama, maka dapat diketauhi bahwa mengapa manusia membutuhkan agama karena memang agama sudah masuk kedalam semua ruang lingkup kehidupan manusia. Sehingga, mau tidak mau manusia harus menganut agama itu sendiri. Dengan kata lain, agama telah mencakup martabat setiap kehidupan manusia baik itu dari segi sosial, idiologi, budaya, politik dan yang lainnya. Dengan pandangan semacam ini (yaitu agama selain bertugas sebagai petunjuk umat manusia, ia juga dapat memenuhi segala kebutuhan pokok manusia lainnya), maka harapan kami dari agama ialah ia dapat memenuhi seluruh dimensi eksistensial umat manusia baik itu sisi rasional, kognitif, emosional, bawaan, naluriah, dan juga dari sisi materi. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan dalam nara sumber dan literarur-literatur dalam agama bahwa Din-ul Haq (agama yang hakiki) adalah agama yang tidak saja memikirkan seluruh kebutuhan manusia, akan tetapi juga mampu mengantarkan mereka kepada kebahagiaan (baik dunia maupun akhirat). Para Nabi yang diutus dari awal hingga akhir (tidak terkecuali Nabi Muhammad Saw) tidak lain adalah orang-orang pilihan Allah Swt yang diutus untuk mengembangkan bakat manusia (dengan jalan tazkiyah dan memberikan pendidikan kepada mereka).
Sekarang, dengan jelasnya motivasi yang terlahir dari agama tersebut, yaitu bahwa dengan memeluk agama, seseorang akan sampai pada kebahagiaan, kesempurnaan, dan kedekatannya kepada Sang Pencipta, maka jelas pula bagi kita mengapa manusia membutuhkan agama.
Demi mencapai kepada pertumbuhan dan kemakmuran dirinya, seseorang perlu dan membutuhkan agama. Din (agama) tidak hanya memberikan rasa ketentraman kepada pemeluknya, akan tetapi akan mengarahkan setiap orang yang beragama untuk dapat menuju kepada hidayah baik berupa hidayah takwini maupun hidayah tasyri’i. Apabila seseorang telah mendapat hidayah, maka ia akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman. Selain itu, ia juga tidak akan pernah merasakan yang namanya kesedihan dan kepiluan. Sebagaimana Allah Swt berfirman, “Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Qs. Al-Baqarah [02]: 38).
Tampaknya sudah menjadi bukti nyata bahwa mengapa dalam naungan din (agama) terdapat bimbingan serta petunjuk bagi manusia tatkala mereka memperhatikan isu-isu sosial disekelilingnya. Kebanyakan manusia yang sukses dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan dan menghadapinya dengan penuh ketenangan tidak lain adalah manusia-manusia penganut agama. Sebaliknya, tak jarang kita juga melihat dalam kehidupan sosial di sekeliling kita akan jatuhnya martabat dan karier seseorang lantaran mereka hanya percaya pada kemampuan otak dan akal mereka saja. Dari sini, tak heran mengapa Al-Quran telah mengatakan bahwa berpegang teguh dan mengikuti petunjuk Allah Swt adalah kunci supaya manusia terjaga dari kesesatan dan kebinasaan. Allah berfirman: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu Barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Qs. Thaha [20]: 123).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa selain memberi hidayah bagi umat manusia baik itu dalam kehidupan individu masing-masing maupun kehidupan sosial, agama juga dapat memberikan rasa aman dan tentram bagi mereka dan masyarakat sekitarnya.[]