Dalam sebuah riwayat dari Rasul saw digambarkan bahwa umat Islam seperti makanan yang sedang dilahap oleh musuh-musuhnya.
Ada yang bertanya kepada Rasul saw?
Apakah pada waktu itu jumlah umat Islam sedikit?
Rasul saw menjawab:
Tidak, kalian banyak namun tak ubahnya seperti buih. Musuh tidak lagi takut pada kalian, dan kalian dihinggapi wahn (baca: kehinaan serta ketidak-berdayaan).
Lalu ada yang bertanya, apa wahn itu?
Rasul saw menjawab:
Cinta dunia dan takut mati.
Jumlah umat Islam saat ini memang banyak dan terus bertambah, namun mereka ibarat buih yang tidak bisa berbuat apa-apa.
Apa yang dialami oleh muslim Gaza telah membuktikan betapa lemah dan tidak berdayanya umat Islam.
Mereka bahkan tidak bisa untuk sekedar membuka jalan demi masuknya makanan, minuman dan obat-obatan.
Kenyataan ini seharusnya membuat kita sadar bahwa pasti ada yang salah dalam keberagamaan kita.
Kita harus senantiasa mencari di mana letak kesalahan itu.
Sebagai contoh:
Ternyata umat Islam yang banyak ini tidak mempunyai pemimpin.
Masing-masing hidup dalam kelompok-kelompok yang bahkan saling berselisih dan bermusuhan.
Umat ini sangat mudah untuk diadu-domba dengan berbagai macam isu yang bahkan murahan.
Mereka ibarat partai-partai yang sibuk dengan klaim kebenaran bagi kelompoknya.
Mereka lebih bersemangat untuk melakukan perang saudara ketimbang perang dengan musuh yang sesungguhnya.
Padahal al-Quran sudah mengingatkan:
وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡ ۖ وَٱصۡبِرُوٓاْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.”
(QS. Al-Anfal 8: Ayat 46)