Program Pangan Dunia PBB (WFP) menyerukan agar bantuan segera diizinkan masuk ke Gaza, mengingat hampir seluruh penduduk di wilayah yang diblokade itu kini sepenuhnya bergantung pada bantuan pangan. “Dua juta orang di Gaza, mayoritas dari mereka mengungsi dan tanpa penghasilan, sepenuhnya bergantung pada bantuan makanan,” tulis WFP di platform X, Jumat (18/4/2025). “Dengan stok yang menipis dan perbatasan yang masih tertutup, Gaza butuh pangan sekarang juga,” tegas lembaga tersebut.
Media Israel Haaretz pada Kamis lalu (17/4/2025) mengonfirmasi bahwa selama lebih dari enam pekan, tidak ada satu pun pengiriman makanan, obat-obatan, tenda, atau bentuk bantuan lain yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza. Dalam tajuk rencananya, Haaretz menyebut bahwa kebijakan Israel yang membuat warga Gaza kelaparan kini “telah menjadi kebijakan resmi yang bahkan dibanggakan.”
“Ini dibangun di atas narasi populis dan menyesatkan yang mengaitkan bantuan kemanusiaan bagi warga Gaza dengan kekuatan militer Hamas. Akibatnya, kejahatan kemanusiaan terus berlangsung,” tulis editorial tersebut, seraya mencatat bahwa ribuan anak dirawat di rumah sakit pada Maret lalu akibat malnutrisi parah.
Situasi kelaparan diperburuk dengan krisis air bersih, penyebaran tenda-tenda pengungsian, runtuhnya sistem sanitasi, hancurnya layanan kesehatan, dan berbagai kerusakan infrastruktur dasar lainnya. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) sebelumnya juga menyatakan bahwa Gaza telah memasuki fase “kelaparan ekstrem” setelah seluruh jalur masuk ditutup Israel sejak 2 Maret, menyebabkan kehabisan total logistik esensial.
Di tengah krisis ini, pasukan Israel juga dilaporkan melarang umat Kristen Palestina mengikuti ibadah Paskah di Gereja Makam Kudus, Yerusalem. Menurut Drop Site News, militer zionis memperketat penjagaan di Yerusalem dan mendirikan pos pemeriksaan yang menghalangi umat dan peziarah menghadiri misa malam Paskah.
Rekaman video menunjukkan polisi Israel menyerbu halaman gereja, menyerang para jemaat, dan mengosongkan tempat suci tersebut. Sejumlah rohaniwan senior, termasuk perwakilan Vatikan, turut ditahan dan dipaksa pergi. Gereja Makam Kudus yang terletak di Yerusalem Timur ini diyakini umat Kristen sebagai tempat penyaliban, pemakaman, dan kebangkitan Yesus.
Penindasan ini terjadi hanya beberapa hari setelah Israel melarang puluhan ribu warga Kristen dari Tepi Barat memasuki al-Quds untuk merayakan Minggu Palma. Menurut kantor berita Palestina WAFA, hanya 6.000 izin yang dikeluarkan dari total populasi Kristen Tepi Barat yang melebihi 50.000 jiwa.
Sebagai respons, para pemimpin gereja membatalkan seluruh perayaan Paskah secara terbuka, menuding Israel melakukan genosida di Gaza dan menebar kekerasan sistematis terhadap umat Kristen di seluruh wilayah pendudukan.
Sejak pemerintahan ekstrem kanan Israel berkuasa pada 2022, serangan terhadap komunitas Kristen di al-Quds meningkat drastis. Korban melaporkan bahwa polisi Israel jarang menangkap pelaku dan kerap mengabaikan motif kebencian agama. Para pemimpin komunitas menuduh aparat sengaja meremehkan insiden dengan mengklaim bahwa para pelaku “mengidap gangguan mental.”
Sumber berita: en.abna24.com
Sumber gambar: https://www.presstv.ir/