ICC Jakarta – Sering kita mendengar bahwa amalan yang sedikit dan dilakukan secara terus menerus itu lebih baik dari pada amalan yang dilakukan hanya sekali saja meskipun itu banyak. Bagaimana pandangan agama mengenai hal ini?
Dalam berbagai riwayat memang terdapat riwayat-riwayat yang menjelaskan hal tersebut, misalnya riwayat dari Imam Baqir As bersabda, “Amalan yang paling dicintai di sisi Allah Swt adalah amalan yang saya lakukan berkelanjutan meski sedikit.” (Muhammad Ya’kub Kulaini, Kafi, jil. 2, hal. 82).
Masih dalam kitab dan halaman yang sama, Imam Shadiq As bersabda, “Ujilah Syiah kami dengan tiga hal; mengerjakan salat pada waktunya dan bagaimana mereka secara berkelanjutan mengerjakan (salat di awal waktu), menjaga rahasia-rahasia kami dan bagaimana mereka menyembunyikanya dari musuh-musuh kami, menyalurkan bantuan harta kepada para saudaranya dan bagaimana mereka melaksanakannya.
Adapun yang dimaksud dengan tetap dan berterusan dalam amalan adalah bahwa apabila seseorang mengerjakan sebuah amal kebaikan seperti memulai salat awal waktu, kemudian ia berusaha secara perlahan dan berkelanjutan menunaikan salat di awal waktu sehingga terbiasa dan lama kelamaan disebabkan oleh karena pengulangan dan latihan terus menerus maka ia akan beralih dari kondisi terbiasa menjadi tabiatnya secara inheren (malakah) dan menjadi karakter yang mendasar pada dirinya. Dan sebagai hasilnya ia tidak pernah merasa lelah melakukan hal ini, bahkan ia akan membiasakan dirinya seperti ini hingga akhir hayatnya.
Pekerjaan kecil dan berkelanjutan keuntungannya lebih banyak ketimbang manusia mengerjakan banyak pekerjaan seperti salat awal waktu, tidak tidur di antara dua waktu terbitnya matahari (baina al-thulu’ain), salat malam, mengerjakan puasa sunnah dan seterusnya, semuanya dikerjakan pada satu waktu, namun amalan ini tidak berterusan dan berkelanjutan bahkan menjadi sebab ia jemu dan bosan bahkan terkadang menyebabkan ia putus asa dan meninggalkan amalan tersebut selamanya.
Manfaat keberlanjutan dalam beramal
Manfaat-manfaat yang akan diperoleh jika manusia melanggengkan pekerjaan-pekerjaan baik dan terpuji meskipun secara jumlah kuantitasnya tidak banyak adalah ia akan terhindar dari mengerjakan pekerjaan-pekerjaan buruk, jauh dari perbuatan bodoh, terhindar dari perbuatan dosa, memperoleh keyakinan, memperoleh keselamatan, membuahkan ketaatan kepada Allah Swt, menerima dalil dan argumen, jauh dari godaan dan tipu daya setan dan akan mampu menerima keadilan.
Kesimpulannya ibadah harus dilakukan secara seimbang dan tidak boleh sampai pada tingkatan ekstrim baik dari sisi kuantitas maupun kualitas sehingga justru akan menimbulkan kejemuan dan ditinggalkan secara keseluruhan. Sebaliknya alangkah lebih baik ibadah dikerjakan secara proporsional dan berterusan meski secara kuantitatif lebih sedikit.[SZ]