ICC Jakarta – Ketika Nabi Muhammad Saw sedang beribadah dan bertafakur dalam gua Hira di atas gunung al-Nur, turunlah ayat-ayat permulaan Surah Al-‘Alaq. Dengan turunnya ayat ini maka dakwahnya pun dimulai dengan “bacaan dengan nama Tuhan yang telah menciptakan” dan dilanjutkan dengan permulaan ayat-ayat Surah Al-Muddatsir.
Nabi Saw pertama kali memberitahukan peristiwa kenabiannya kepada istri dan keponakannya, Ali As. Dan di tahun setelahnya dengan turunya ayat:
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
“Dan berikanlah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.” (QS Al-Syu’ara: 214)
Ketika ayat ini turun Rasulullah Saw bersabda: “Wahai Bani Abdul Muthalib, demi Allah aku tidak pernah menemukan sesuatu yang lebih baik di seluruh bangsa Arab dari apa yang kubawa untukmu. Aku datang kepadamu untuk kebaikan di dunia dan akhirat. Allah telah menyuruhku mengajakmu kepada-Nya. Maka, siapakah di antara kamu yang bersedia membantuku dalam urusan ini untuk menjadi saudaraku dan washiku serta khalifahku?”
Mereka semua tidak bersedia kecuali Ali bin Abi Thalib. Di antara hadirin beliaulah yang paling muda. Ali berdiri seraya berkata: “Aku ya, Rasulullah. Aku (bersedia menjadi) wazirmu dalam urusan ini”.
Lalu Rasulullah memegang bahu Ali seraya bersabda: “Sesungguhnya Ali ini adalah saudaraku dan washiku serta khalifahku atasterhadap kalian. Oleh karena itu, dengarkanlah dan taatilah ia.”
Kaum Quraisy pun tertawa terbahak-bahak sambil mengejek Abu Thalib: “Kamu disuruh mendengar dan mentaati anakmu”.
Tak lama setelah itu dan masih di tahun yang sama, turun wahyu lagi dan hal ini menandai dimulainya kembali periode baru dalam mendakwahkan agama Islam dan syariatnya.
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
“Sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu), “Dan berpalinglah dari orang-orang musyrik” (QS Al-Hijr: 94)
Setelah turun ayat ini, maka Nabi Muhammad Saw diperintahkan untuk mendakwahkan ajaran Islam secara terang-terangan dengan tidak mempedulikan pendustaan dan olok-olok kafir Quraisy serta jangan pula hal itu menyusahkanmu, sesungguhnya Allah yang menjagamu dari gangguan dan tipu muslimat mereka.
dakwah beliau disosialisaikan dan pertama kali yang dilakukan Nabi Saw adalah pergi ke pasar ‘Ukat, sebuah tempat masyarakat untuk berkumpul guna berdagang dan sebagian lainnya juga sibuk menyampaikan penjelasan cerita dan bait-bait syair barunya di tempat ketinggian pasar tersebut, kesemuanya diajak untuk diam oleh Nabi Saw dan dia sampaikan dakwahnya secara terbuka.
Pada hari itu Abu Lahab, mengejek dan mengolok-olok Nabi Muhammad Saw dan lantas sebagian orang juga dengan mengikutinya ikut mengganggu Nabi Saw; sebagian kecil dari mereka menyatakan keimanannya dan bergabung kepada kelompok kecil dari penduduk yang beriman dalam beberapa tahun sebelumnya pada priode dakwah sembunyi-sembunyi.
Wahyu diturunkan pertama kali kepada Nabi Saw melalui malaikat Jibril, bersamaan dengan ketakjuban dan rasa beban berat misi risalah. Ketika ia sampai di rumah berkata kepada istrinya, “Tutupi dan selimutilah aku”, namun keambiguan dan kejutan mengenai hal itu tidak diriwayatkan karena kesiapan bagi Nabi Saw untuk mengadakan hubungan dengan malaikat pembawa wahyu dan alam gaib dari sebelumnya sudah terjadi dan sebelum ini juga Nabi sudah melihat Jibril, dan tanda-tanda juga jejak-jejaknya sudah pernah dia saksikan.
Ya…Nabi Saw adalah simbol manusia sempurna, lewat keindahan akhlaqnya, lurus prilakunya, kebersihan fitrahnya menunjukka bahwa ia adalah sosok yang perlu diikuti. Dalam perjalanan hidupnya beliau tidak pernah terlibat dalam penyembahan berhala bersama dengan kaumnya dan juga tidak pernah sekalipun bersujud pada berhala.
Beliau mengasingkan diri di atas gunung-gunung sekitar Mekah selama satu bulan. Ketika beliau kembali ke kota seperti dalam keadaan mimpi mendengar suara malaikat dan wahyu. Hal ini adalah sebuah pendahuluan dan pra kondisi bahwa beliau memang dipersiapkan untuk penyampaian kenabiannya mengingat tugas sebagai seorang nabi dan Rasul sangatlah berat.