Adalah suatu yang fitrah seorang manusia mencintai kesempurnaan. Tetapi ketika kita menginginkan sesuatu yang terbaik, apakah kita juga pernah ingin menjadi manusia yang terbaik?
Untuk mencapai sesuatu yang terbaik, maka dia akan mengambil model yang ideal sebagai contohnya.
Di bulan Rabiul Awal, dimana lahir sosok yang menjadi tauladan bagi seluruh alam, Muhammad Saw, ambillah ia sebagai contoh bagi kita.
Amirul Mukminin a.s. mengatakan, “Orang yang paling dicintai Allah Swt, adalah orang yang paling banyak meniru Rasulullah Saw dan berpijak pada pijakan Nabi Saw.”
Seorang sosok yang lahir lebih dari 1400 tahun lalu ini, adalah model yang sempurna. Ia adalah model bagi kita dalam berkehidupan sosial.
Keteladanan yang ditunjukkan oleh Nabi adalah bahwa beliau memiliki hati yang sangat lapang. Beliau menghormati orang tua, anak kecil, dan siapapun yang dijumpainya, bahkan yang telah mencelakainya.
Ketika musuh Nabi berupaya menolak dakwah Rasulullah Saw, menyingkirkannya, dan melalui Abu Thalib mereka mengatakan agar memberhentikan dakwahnya.
Rasulullah Saw bersabda, “Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, tidak akan aku hentikan dakwah ini sampai aku berhasil atau aku mati di jalan ini.”
Para kafir Quraisy mulai menyiksa para pengikut dan sahabat dekatnya, disingkirkan ke Habasyah, sampai Nabi dan para pengikutnya hijrah ke Madinah, dan segala hal untuk menyingkirkan Nabi Saw.
Sampai peristiwa Fathul Makkah. Ketika para musuh tertawan, dengan lapang hati Nabi Saw membebaskan para tawanan di Makkah.
Peristiwa lain, ketika ada Badui yang buang air di pojokan masjid lalu para sahabat bangkit hendak menghukumnya, namun Nabi Saw menahan para sahabatnya dan menasehati si Badui dengan lemah lembut.
Kita seringkali mengangkat slogan “adil” untuk menyikapi peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat dan jarang sekali saling memaafkan. Padahal kita menginginkan Allah Swt mengampuni dosa dan kesalahan kita.
Tauladan kedua, adalah kasih sayang seorang Rasul Saw.
Suatu saat, ada seorang Yahudi meninggal dan Rasulullah Saw menangis. Beliau mengatakan bahwa aku menangis karena salah satu umatku meninggal sementara dia masih dalam keadaan tersesat.
Kisah kedua, ketika ada seorang anak kecil yang sedih dan bermain sendiri, lalu dihampiri oleh Rasulullah Saw. Saat ditanya, mengapa ia bersedih? Anak tersebut menjawab bahwa dirinya yatim dan lalu Rasulullah Saw mengajaknya ke rumah Fathimah dan ditawarkan bahwa Rasulullah Saw akan menjadi ayah baginya dan Fathimah sebagai Ibunya, serta diberikannya pakaian baru.
Betapa pelajaran yang sangat penting bagi kita semua para pengikut Rasulullah Saw. Mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafaat Rasulullah Saw dan diberi kesempatan untuk dapat hadir ke tanah suci untuk berziarah ke makam Rasulullah Saw.