ICC Jakarta – Diawali dengan penjelasan tentang keutamaan Ahlul Bayt as berkaitan dengan penunjukan manusia sebagai khalifah fil ardh Ust Fuad al-Hadi menjelaskan bahwa pengajaran asma dalam surah al-Baqarah ayat 30 berkenaan dengan nama-nama Ahlul Kisa dimana tawasulnya membuatnya taubat Nabi Adam karena telah makan buah terlarang diterima oleh Allah swt. yang memancing pertanyaan para malaikat kepada Allah swt, mengapa manusia yang ditunjuk Allah swt untuk menjadi khalifah di bumi padahal manusia gemar membuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah di bumi, majelis peringatan dan madrasah Karbala digelar semalam (18/9) di ICC Jakarta. Pada malam tadi, menghadirkan Ust Fuad al-Hadi.
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Allah mengatakan, aku lebih mengetahui darimu, dan Allah buktikan dengan cara Allah mengajarkan kepada Adam sesuatu yang tidak diketahui oleh malaikat.
وعلم آدم الأسماء كلها
Pertanyaannya adalah apa itu asma’ yang tidak diketahui oleh malaikat?
Asma’ yang dimaksud adalah Rasulullah, Fatimah az-Zahra, al-Murtadha, al-Mujtaba, dan as-Syahid bi Karbala’ (Ahlul Kisa’). Dan Nabi Adam bertaubat berkat Ahlul Kisa ini .
Pada lanjutan pemaparannya, Ust Fuad al-Hadi menjelaskan bahwa minimal ada tiga langkah yang bisa ditempuh oleh para pengikut Ahlul Bayt as supaya bisa menjalin hubungan erat dengan mereka yang suci:
- Melalui hubungan dengan keilmuan
Hal ini mengingat Imam Ali as adalah pintu ilmu Rasul.
Aku adalah kota ilmu dan Ali adalah pintunya dan siapa yang hendak memasuki kota itu hendaklah melalui pintunya”
Pengikut Ahlul Bayt selayaknya memiliki ma’rifat tentang Ahlul Bayt as.
Siapa Imam Husain as? Tanyakan pada kaum muslimin, maka kebanyakan dari mereka hanya mengenal Husain sebagai cucu Rasulullah, putra Fathimah, dan ayah Ali bin Husain.
Nabi mengatakan kepada Imam Husain ketika dia lahir: Marhaban Yaa Zainas Samawaati wal Ardiin. Lalu Ubai bin Ka’ab bertanya: Bukankah engkau adalah itu wahai rasul, maka rasul menjawab: “Innal Husain bin Ali fis Sama’ Akbar min fil Ardh.” Karena ketika aku mi’raj, aku melihat kalimat tertulis/wajib, ” Innal Husain Misbahun Huda wa Saffiinatun Najah.”
Ikutilah ajaran Ahlul Bayt as karena nakhkoda ini adalah Imam Husain as.
- Memperkuat pondasi-pondasi keyakinan dan akidah.
Akidah memiliki kedudukan yang sangat urgen bagi seorang Muslim. Akidah yang dimiliki seseorang akan memberikan warna dalam menentukan sikap dan perbuatan dalam diri seseorang. Oleh itu, tanpa rajutan akidah yang kuat, keimanan seseorang akan cepat terkoyak dan hancur.
- Mengamalkan ajaran agama
Islam telah memberikan konsep ajaran agama yang sesuai dengan kondisi manusia dan memberikan langkah-langkah untuk menapaki kehidupan. Ajaran agama Islam adalah ajaran yang komrehensif dan mengandung nilai-nilai yang meliputi segala aspek kehidupan manusia. Dan jika manusia mengamalkan ajaran agama secara benar maka tentau ia akan memperoleh ridha Allah dan mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dalam Al-Qur’an diterangkan:
قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ
“Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasing sayangmu
kepada al qurba ahlul bayt as. (QS. al-Syura: 23)
Mawaddah memiliki makna cinta yang berasal dari 2 arah: sisi kanan dan kiri yaitu saling mencintai,
Mahabbah ada hati namun menampakkan kecintaan.
Ketika kita berdoa:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Hasanah itu apa artinya? Artinya adalah kecintaan kepada Ahlul Bayt as.
Untuk menjalin hubungan dengan Ahlul Bayt, maka sudah selayaknya para pecinta Ahlul Bayt mengirimkan shalawat kepada Nabi dan keluarganya. Barang siapa yang bershalawat padaku sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak 100 kali.
Imam Syafi’i: “Barang siapa yang tifak bershalawat terhadapmu, makan sholat nya tidak akan diterima” [SH/SZ]