ICC Jakarta – Hari ini, 10 Ramadhan adalah hari wafatnya Sayyidah Khadijah AS, istri seorang maksum, Nabi SAW dan ibu seorang maksum pula, Sayyidah Zahra SA. Sejarah menyebutnya sebagai tahun ‘Amul Khuzn’, tahun duka. Kepergian Sayyidah Khadijah sendiri hanya berselang beberapa lama setelah meninggalnya paman beliau, Abu Thalib.
Setelah menemani dan membantu perjuangan Rasul SAW selama 25 tahun, ummul mukminin ini menemui panggilan Sang Khaliq.
Khadijah, sang istri nabi, benar-benar seorang wanita bijaksana dan terhormat. Ibnu Jauzi menulis tentangnya, “Khadijah sa adalah wanita yang berilmu dan memiliki kepribadian yang bersih dan ia adalah seorang insan spiritual yang terpesona dengan hak asasi manusia, mencari keutamaan, menyukai inovasi, senang dengan keunggulan, kesempurnaan dan kemajuan adalah termasuk dari sifat-sifatnya. Sejak masa mudanya ia merupakan salah seorang perempuan yang berbudi luhur, ternama dan memiliki keutamaan yang terkenal di Hijaz dan Arab.”
Yang lebih penting dari kedudukan materinya adalah harta kekayaan spiritualnya yang tidak ada habisnya. Dengan menolak permintaan para pejabat dan pembesar Quraisy yang datang untuk menikah dengannya dan memilih Nabi Muhamamd sebagai suaminya, ia telah menyempurnakan kenikmatan atas kekayaan materi dengan jaminan kebahagiaan di akhirat dan kenikmatan kekal di surga. Ia telah menampakkan kecerdasannya kepada semua orang. Untuk mencapai kenikmatan yang berkah ini, ia telah menjadi seorang muslim pertama. Ia adalah orang pertama yang membenarkan ajaran Nabi dan mendirikan salat pertama bersama Nabi Muhammad saw.
Menurut sumber-sumber sejarah, Khadijah sa sebagai orang pertama yang masuk Islam diyakini sebagai hal yang sudah diterima dan diketahui. Bukti-bukti menyatakan bahwa Khadijah sa diyakini sebagai orang pertama yang mengenal Islam. Bahkan beberapa pendapat menyatakan bahwa ini memiliki komitmen tinggi. Ibnu Abdu al-Bari meyakini bahwa Ali As adalah orang pertama yang menyatakan keimanannya kepada Nabi saw setelah Khadijah sa.
Ia diketahui sebagai orang yang terhitung sebagai orang pertama yang menyatakan beriman kepada Allah Swt. Begitu pula telah diisyaratkan tentang keterdahuluan Khadijah sa dan As dalam mendirikan salat bersama Nabi Muhammad saw. Mereka dikenal sebagai orang muslim pertama di dunia yang mendirikan salat.
Mengingat jasa-jasa istrinya, maka ketika Allah memanggilnya, Nabi Muhammad Saw sangat merasa sedih ketika itu Rasulullah SAW sangat menangisi kepergiannya. Beliau menuturkan, “Di mana lagi ada yang seperti Khadijah? Ketika masyarakat menafikanku, ia membenarkanku. Beliau membantuku dalam (menyebarkan) agama Allah dan menolongku dengan hartanya”.
Kemudian beliau melanjutkan, “Allah SWT menyampaikan salam kepada Khadijah dan berjanji memberinya istana yang terbuat dari zamrud di surga yang bebas dari segala duka.”
Bagi Rasulullah SAW kepergian Sayyidah Khadijah AS adalah pukulan yang sangat berat bagi beliau karena ia bukan hanya seorang istri baginya. Ia adalah wanita pertama yang mengimani kerasulan SAW. Ia telah mempunyai keimanan terhadap agama samawi Ibrahimi dan menantikan datangnya Nabi zamannya walaupun ia lebih dari 40 tahun menjalani kehidupan di lingkungan jahiliyah. Beliau mampu melawan budaya arab yang berseberangan dengan kefitrahan manusia.
Sayyidah Khadijah juga menyerahkan seluruh harta kekayaannya untuk dibaktikan di jalan perjuangan Islam. Dan ketika umat Islam diasingkan dan diboikot oleh masyarakat kafir Quraisy di lembah tandus, Sya’b Abu Thalib, bantuan materi dan pemikiran Sayyidah Khadijah AS sungguh terasa nyata. Bahkan pasca boikot pun, harta Sayyidah Khadijah berperan penting dalam menyelamatkan perjuangan dakwah Islam. Sedemikian sehingga Rasulullah SAW bersabda, “Harta Khadijah As sangat membantuku.” [SZ]