Lebih dari 15 bulan sejak pecahnya perang di Gaza, situasi kemanusiaan di wilayah tersebut terus memburuk seiring dengan meningkatnya serangan brutal oleh rezim Zionis Israel. Serangan demi serangan diluncurkan, tidak hanya menyasar kelompok bersenjata, tetapi juga penduduk sipil, infrastruktur sipil, dan fasilitas umum, yang secara terang-terangan melanggar hukum internasional dan prinsip-prinsip kemanusiaan.
Data yang dihimpun menunjukkan lebih dari 50.000 warga Palestina, mayoritas perempuan dan anak-anak, telah menjadi korban jiwa sejak agresi ini dimulai. Dukungan militer dari Amerika Serikat dan sekutunya memperkuat kemampuan tempur Israel, namun sekaligus memperdalam penderitaan rakyat Gaza yang kian terisolasi dari bantuan internasional.
Serangan terhadap rumah sakit seperti Rumah Sakit Indonesia, Kamal Adwan, dan Al-Nasr, serta tempat ibadah dan sekolah, telah menjadi bagian dari strategi “keseimbangan ketakutan” yang digunakan untuk mematahkan semangat rakyat Palestina. Bahkan di bulan suci Ramadan, ketika kebutuhan dasar pun sulit dipenuhi, rezim Zionis kembali meluncurkan gelombang baru serangan yang menyebabkan ratusan korban jiwa dalam waktu singkat.
Lebih parah lagi, upaya sistematis dilakukan untuk memblokade bantuan kemanusiaan dan mendorong pengusiran paksa warga Palestina. Kebijakan ini, yang mengarah pada pembersihan etnis, menunjukkan niat terang-terangan untuk melenyapkan identitas dan keberadaan rakyat Palestina dari tanah mereka sendiri.
Dalam konteks inilah, Hari Al-Quds Internasional yang jatuh pada Jumat terakhir bulan Ramadan, kembali menjadi momen penting untuk membangkitkan kesadaran global atas penderitaan rakyat Palestina. Hari yang diinisiasikan oleh Imam Khomeini (rahimahullah), pendiri Revolusi Islam Iran, menjadi simbol solidaritas umat Islam dan pencinta keadilan di seluruh dunia dalam perjuangan melawan penjajahan dan mendukung kemerdekaan Palestina serta pembebasan Al-Quds.
Di Indonesia, peringatan Hari Al-Quds Sedunia 2025 diselenggarakan secara masif oleh berbagai elemen masyarakat. Salah satunya adalah aksi solidaritas yang digelar oleh Barisan Aksi Resistensi Al-Aqsha (BARQ) di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta Pusat, pada Jumat, 28 Maret 2025. Aksi yang dimulai sejak pukul 14.00 WIB ini diwarnai dengan orasi dan seruan moral dari tokoh-tokoh masyarakat yang menegaskan komitmen rakyat Indonesia dalam mendukung perjuangan Palestina.
“Kami warga Indonesia akan selalu mendukung Palestina. Ini bukan sekadar isu Timur Tengah, tapi ujian kemanusiaan dunia saat ini,” tegas Umar Shahab dalam orasinya.
Aksi serupa juga digelar secara serentak di berbagai kota besar Indonesia seperti Surabaya, Semarang, Bandung, Palembang, Pontianak, hingga Mataram. Para demonstran menyerukan boikot terhadap produk yang mendukung rezim penjajah, menuntut langkah diplomatik yang lebih tegas dari pemerintah, serta mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata mendukung kemerdekaan Palestina.
Puncak aksi di Jakarta diwarnai dengan pembacaan tujuh butir pernyataan sikap oleh Presidium BARQ, yang secara gamblang mengutuk genosida sistematis yang dilakukan Israel. Pernyataan itu antara lain:
- Mengecam seluruh bentuk penjajahan, agresi militer, dan pelanggaran HAM oleh Israel yang dikategorikan sebagai genosida.
- Menuntut diakhirinya blokade total atas Gaza yang menyebabkan penderitaan kemanusiaan akut selama 17 tahun terakhir.
- Menyambut baik langkah Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dalam memproses kasus kejahatan perang yang diduga dilakukan oleh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, serta mendesak penegakan hukum yang tidak pandang bulu terhadap seluruh pelaku kejahatan kemanusiaan di Palestina.
- Mendorong penguatan dan perluasan gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) secara global terhadap seluruh entitas, institusi, dan korporasi yang secara langsung maupun tidak langsung mendukung keberlangsungan penjajahan dan kekerasan oleh Israel.
- Mengutuk standar ganda negara-negara Barat dalam isu HAM dan dukungan mereka terhadap agresi Israel.
- Mendukung perjuangan sah rakyat Palestina membebaskan tanah air mereka sebagai hak eksistensial yang tidak bisa dinegosiasikan.
- Mendesak PBB, OKI, dan komunitas internasional untuk memberikan keanggotaan penuh bagi Palestina dan menjatuhkan sanksi terhadap Israel.
Barisan Aksi Resistensi Al-Aqsha (BARQ) kembali menjadi koordinator utama Aksi Hari Al-Quds 2025 yang digelar serentak di berbagai kota di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, BARQ secara konsisten mengambil peran sentral dalam mengorganisir aksi solidaritas untuk Palestina di Indonesia.
Tak hanya menggelar demonstrasi, BARQ juga aktif melakukan penggalangan dana kemanusiaan yang disalurkan langsung ke rakyat Palestina. Selain itu, BARQ menjalin komunikasi dengan sejumlah lembaga internasional, termasuk perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Jakarta, guna memperkuat diplomasi masyarakat sipil dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
Melalui kanal media sosial, BARQ secara rutin menyuarakan informasi terkini seputar agresi militer Israel, serta menyerukan berbagai aksi boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan kepentingan Zionisme.
Dalam konferensi pers menjelang Hari Al-Quds yang jatuh pada Jumat, 28 Maret 2025, Presidium BARQ, Abbas Husain, menegaskan bahwa kekerasan yang terjadi di Gaza dan Tepi Barat bukan sekadar konflik, melainkan genosida sistematis. Ia menyebut perlawanan rakyat Palestina sebagai hak sah yang dijamin oleh hukum internasional.
“Kami mengecam seluruh bentuk penjajahan, agresi militer, dan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh rezim Zionis Israel. Ini adalah genosida yang harus dikutuk oleh seluruh dunia,” kata Abbas di Jakarta, Rabu, 26 Maret 2025.
Abbas juga menolak keras gagasan relokasi paksa warga Gaza yang sempat dilontarkan mantan Presiden AS Donald Trump. Menurutnya, rencana tersebut adalah bentuk pembersihan etnis terselubung demi mewujudkan proyek kolonial ‘Israel Raya’.
“Relokasi paksa adalah kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional,” tegasnya.
BARQ juga mengecam standar ganda negara-negara Barat yang mendukung penjajahan Israel, sembari mengklaim menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dalam sikapnya, BARQ menyerukan penguatan dan perluasan gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) secara global terhadap seluruh entitas yang terlibat dalam mendukung agresi Israel.
Selain itu, mereka menuntut pencabutan total blokade atas Jalur Gaza yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan akut. Abbas menyampaikan bahwa ribuan warga Gaza kini menghadapi kelaparan, kekurangan obat-obatan, dan ancaman kelumpuhan layanan publik.
BARQ menyambut baik keputusan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang menyatakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebagai penjahat perang. Mereka menyerukan agar semua pelaku kejahatan perang diadili tanpa kompromi.
Di sisi lain, BARQ mengapresiasi posisi konsisten Pemerintah Indonesia yang terus mendukung Palestina. Namun, mereka berharap dukungan tersebut diperkuat dengan langkah diplomatik yang lebih tegas dan berani di panggung internasional.
Peringatan Hari Al-Quds pertama kali diselenggarakan di Indonesia pada tahun 1997. Sejak saat itu, aksi solidaritas ini terus berkembang menjadi gerakan tahunan berskala nasional yang melibatkan ribuan massa setiap tahun.
Hari Al-Quds diperingati setiap Jumat terakhir bulan Ramadan, sejalan dengan seruan internasional yang pertama kali dicetuskan oleh Republik Islam Iran pada 1979. Di Indonesia, momentum ini digunakan untuk menyuarakan solidaritas terhadap rakyat Palestina dan menolak penjajahan Israel.
Pada tahun 2025, aksi Al-Quds digelar serentak di 17 kota besar di seluruh Indonesia. Kota-kota tersebut meliputi:
Jakarta, Bandung, Semarang, Pemalang, Surabaya, Balikpapan, Samarinda, Tenggarong, Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Lampung, Makassar, Polewali Mandar, Majene, Mataram, dan Riau.
Keikutsertaan publik yang luas ini menunjukkan bahwa isu Palestina tetap menjadi perhatian serius di tengah masyarakat Indonesia. Selama lebih dari dua dekade, Hari Al-Quds menjadi bukti konsistensi dukungan rakyat terhadap nilai keadilan, hak asasi manusia, dan perjuangan kemerdekaan Palestina.
Jumat terakhir bulan Ramadan tahun ini, 28 Maret 2025, ribuan umat Islam dari berbagai kota di Indonesia turun ke jalan untuk memperingati Hari Al-Quds Internasional sebagai bentuk penolakan tegas terhadap agresi dan penjajahan Israel. Aksi-aksi yang diadakan serentak di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi menunjukkan bahwa dukungan terhadap Palestina telah mengakar dalam benak masyarakat Indonesia.
Di Pemalang, Jawa Tengah, ratusan peserta dari Ahlul Bait Indonesia dan Yayasan Darul Muhajir menantang hujan deras dengan menjalankan aksi longmarch di sepanjang Jalan Gatot Subroto Randudongkal. Massa yang terdiri dari remaja, dewasa, dan orang tua meneriakkan yel-yel mengecam kekejaman Zionis. Dalam aksi tersebut, terlihat pula sekelompok perempuan muda yang menampilkan simbol visual mengharukan: seorang ibu membawa bayi dengan wajah penuh luka, dibungkus kain kafan putih yang disapukan bercak merah, sebagai representasi penderitaan di Gaza. Koordinator lapangan, Habib Muksin Alkaf, menegaskan bahwa peringatan Hari Al-Quds sudah menjadi tradisi global yang dilakukan setiap Jumat terakhir bulan Ramadan.
Di Pangkalpinang, Aliansi Yaumul Quds Bangka Belitung 313 menggelar demonstrasi di Simpang Tujuh. Wakil Ketua Aliansi, Ustaz Ali Luqman, dalam orasinya menyatakan bahwa momentum setiap akhir Ramadan adalah pengingat akan sejarah penjajahan sejak 1948. Ia menekankan bahwa kepedulian terhadap Palestina bukan hanya soal keagamaan, melainkan juga masalah kemanusiaan. Aksi di sini juga disertai seruan boikot terhadap produk-produk yang diduga mendukung finansial rezim Israel, termasuk produk multinasional seperti Unilever.
Di Surabaya, aksi yang diselenggarakan oleh Komite Umat Islam Anti Amerika-Israel (KUMAIL) berlangsung sejak pukul 14.00 WIB hingga menjelang Maghrib. Massa yang berkumpul di depan Gedung Grahadi menyampaikan orasi keras yang mengecam pendudukan dan genosida di Gaza. Ketua Umum Ahlulbait Indonesia (ABI), Ustadz Zahir Yahya, menyatakan bahwa setelah 77 tahun pendudukan, Israel masih gagal melegitimasi eksistensinya di mata dunia. Aksi ini sekaligus menyoroti peran negara-negara Barat yang dinilai memecah belah Timur Tengah demi mengalihkan perhatian global dari isu Palestina.
Di Bandung, demonstrasi berlangsung di Pelataran Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika. Massa yang padat membawa spanduk dan bendera Palestina, mengobarkan semangat perlawanan melalui longmarch dan koreografi kreatif. Aksi di Bandung mengedepankan pesan bahwa perlawanan terhadap penjajahan adalah bagian dari perjuangan bangsa, selaras dengan semangat kemerdekaan Indonesia.
Di Semarang, ribuan peserta yang dikoordinasikan oleh BARQ dan Solidaritas Muslim Indonesia untuk Al-Quds (SMIQ) berkumpul di depan Masjid Raya Baiturrahman, Simpang Lima. Aksi yang berlangsung dari pukul 14.00 WIB hingga sore itu menyuarakan penolakan terhadap relokasi paksa warga Gaza dan menuntut penghentian blokade yang telah menimbulkan krisis kemanusiaan. Sebelum longmarch diakhiri, perwakilan BARQ membacakan pernyataan sikap yang mencakup enam poin utama, mulai dari mengecam penjajahan dan genosida hingga mendesak langkah diplomatik tegas dari Pemerintah Indonesia.
Di Pontianak, aksi “Setia Pada Al-Quds” digelar oleh Worldwide Anti-Zionism Brotherhood (WAZIB) dengan menekankan nilai kemanusiaan dan solidaritas global. Koordinator lapangan, Mahdi Bilfaqih, mengajak seluruh umat untuk bersatu melalui tiga langkah konkret: boikot produk pendudukan, sikap tegas di forum internasional, dan ajakan kepada semua bangsa untuk mendukung kemerdekaan Palestina.
Di Balikpapan, demonstrasi di depan kantor DPRD Kota Balikpapan diwarnai dukungan nyata dari anggota DPRD yang menyuarakan hak rakyat Palestina untuk merdeka. Massa aksi, yang diiringi dengan penyerahan petisi, berjalan tertib dan mendapatkan respons positif dari masyarakat setempat.
Di Tenggarong, aksi solidaritas diselenggarakan di Taman Titik Nol, depan Museum Mulawarman. Aksi ini dikoordinasikan oleh tokoh setempat bersama Yayasan Abu Dzar Al-Ghifari Kukar. Dimulai dengan pengarahan dari Sayyid Muhammad Taqi, acara dilanjutkan dengan serangkaian orasi oleh para tokoh seperti Ulwan Firyal Murtadho dan Ahmad Fauzi. Dalam orasinya, peserta menegaskan bahwa penindasan Zionis terhadap rakyat Palestina adalah kejahatan kemanusiaan yang harus dilawan bersama. Aksi di Tenggarong berjalan khidmat dengan dukungan ketat aparat keamanan.
Di Makassar, ratusan peserta berkumpul di depan Monumen Mandala sejak pukul 15.00 WITA. Di sini, aksi berlangsung hingga waktu berbuka puasa dengan serangkaian pertunjukan teatrikal, pembacaan puisi bertema kemerdekaan, dan orasi yang menyoroti penderitaan rakyat Palestina. Massa di Makassar meneriakkan slogan “Merdeka Palestina” dan “Mampus Israel, mampus Amerika (Serikat)” sebagai ekspresi penolakan terhadap pendudukan. Acara ditutup dengan doa bersama dan pembagian takjil, sebagai simbol kebersamaan dan solidaritas.
Secara keseluruhan, pelaksanaan Hari Al-Quds 2025 di seluruh Indonesia membuktikan bahwa perjuangan rakyat Palestina telah menjelma menjadi momentum nasional. Dengan tema “Janji Setia Tetap Terjaga,” aksi-aksi ini bukan hanya sebagai peringatan tahunan, tetapi juga sebagai seruan moral untuk tidak tinggal diam terhadap penindasan. Masyarakat Indonesia dari berbagai daerah menegaskan bahwa solidaritas terhadap Palestina adalah bagian dari tanggung jawab kemanusiaan dan kewajiban moral untuk menentang segala bentuk penjajahan.