ICC Jakarta – Abdullah adalah putra Imam Husain as dan Rubab binti Imra al-Qais. Ia syahid ketika di Karbala, ketika itu ia masih dalam usia menyusu. Dalam peristiwa yang mengerikan ini, anak-anak yang hadir di Karbala telah menciptakan kisah sendiri yang mengerikan. Dalam kitab-kitab literatur klasik ditemukan nama yang dikenal dengan Abdullah sedangkan dalam kontemporer dikenal dengan nama Ali Asghar.
Bagaimana proses kesyahidan Ali Asghar, Syaikh Mufid menulis: Imam Husain as setelah membawa jasad Qasim bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib di sisi para syuhada lainnya, ia terduduk di hadapan kemah dan meminta agar Abdullah (Ali Asghar) dibawa kepadanya. Dalam pangkuannya ia mendekap anak bungsunya itu. Tiba-tiba seorang laki-laki dari Bani Asad, melontarkan anak panah kearah Abdullah, yang kemudian menjadi penyebab kematiannya. Seketika dekapan Imam Husain dibanjiri darah, iapun berucap, “Ya Allah, jika tidak ada pertolongan dari langit, maka berilah gantinya dengan yang terbaik, dan hilangkanlah dendam kami kepada mereka yang zalim ini.” Kemudia ia membawa jasad putranya itu dan diletakkan disisi para jenazah syuhada lainnya.”
Berdasarkan riwayat lainnya, Imam Husain as didetik-detik terakhir hidupnya, setelah kematian semua sahabat dan penolongnya, iapun hendak menuju ke medan laga, namun sebelumnya ia menuju kembali ke kemah dan menemui keluarganya yang tersisa untuk berpamitan. Di depan kemah ia menggendong Abdullah dan menciumnya, namun tiba-tiba anak panah meluncur deras dan mengenai tubuh Abdullah yang seketika itu juga menemui kesyahidannya. Disebutkan sang pemanah seorang laki-laki dari Kabilah Bani Asad yang bernama Harmalah bin Kahil.
Sebagian lain menyebutkan Zainab membawa bayi itu ke dekapan Imam Husain as dan memintanya agar sang Imam membawa bayi tersebut ke hadapan laskar Yazid agar bisa diberi seteguk air minum, kerena bayi itu kehausan. Bukannya belas kasihan, ketika Imam Husain as memperlihatkan bayinya yang kehausan tersebut, tiba-tiba seseorang dari laskar Yazid melontarkan anak panah yang menembus tubuh Ali Asghar yang kemudian menyebabkan kematiannya.
Namun riwayat yang paling masyhur yang dinukil oleh Ibnu Jauzi dari Hisyam bin Muhammad Kilabi yang berkata, “Ketika Imam Husain as melihat bahwa pasukan Kufah juga akan menumpahkan darahnya, ia pun mengambil mushaf Al-Qur’an kemudian membukanya dan memperlihatkannya kepada pasukan Kufah. Iapun berbicara lantang, “Diantara aku dan kalian ada kitab Allah swt dan kitab Rasul-Nya Muhammad saw. Wahai kaum, dengan tujuan apa kalian menghalalkan darahku?”.
Seketika itu pula, Imam Husain as mendengarkan tangis Ali Asghar yang kehausan. Iapun mengambilnya, mendekap dan memperlihatkannya kepada pasukan Kufah. Ia berkata, “Wahai kalian semua, jika kepadaku kalian enggan berbelas kasih, maka berbelas kasihlah kepada bayi yang menyusui ini.” Namun hanya sesaat ketika Imam Husain as menyelesaikan ucapannya itu, tiba-tiba anak panah yang dilontarkan salah seorang pasukan Kufah yang bernama Harmalah bin Kahil al-Asadi tepat mengenai leher Ali Asghar yang seketika itu juga menemui ajalnya.
Dengan melihat kejadian tersebut, Imam Husain as sangat berduka hatinya. Ia berkata, “Ya Allah, Engkaulah yang menjadi saksi dan hakim antara kami dan mereka. Kami telah mengajak mereka untuk menjadi penolong kami, namun justru membantai dan membunuh kami.” Kemudian Imam Husain as mencabut anak panah yang menembus leher putra bungsunya tersebut, yang seketika itu juga, tangan Imam Husain dibanjiri darah. Dengan kedua telapak tangan yang berlumur darah, ia menengadah kelangit sembari berujar, “Semua kesulitan yang kami hadapi, adalah kehendak Allah swt.””
Dihari bahagia ini, 10 Rajab kami mengucapkan selamat atas kelahiran syahid Ali Asghar bin Husain as.