Bermaksud menemui Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, sejumlah kaum ibu dan anak-anak pengungsi muslim Syiah Sampang mendatangi Gedung Negara Grahadi pada Jumat kemarin (13/3). Kedatangan mereka untuk menanyakan kebenaran kabar tentang rencana relokasi pengungsi muslim Syiah dari Rusun Jemundo, Sidoarjo. Selain itu, mereka juga bermaksud mempertanyakan kejelasan nasib mereka di lokasi pengungsian yang telah dihuni selama hampir delapan tahun.
Kaum ibu dan anak-anak pengungsi itu sudah tiba di Gedung Negara Grahadi sejak pukul 08.00 WIB. Namun, hingga pukul 13.00 WIB, mereka belum berhasil menemui Gubernur. Mereka pun hanya bisa duduk-duduk di pelataran gedung yang dibangun pada 1795 itu.
“Selama ini, kami dengan keluarga yang ada di Sampang, baik-baik saja, tidak ada masalah. Kami sering berkunjung ke sana,” tandas salah seorang ibu pengungsi bernama Ummi Kulsum.
“Kami dengar kabar kalau kami hendak di relokasi. Dengar-dengar di luar seperti itu. Tentu kabar itu membuat kami resah dan kuatir. Mau direlokasi ke mana lagi. Kami tetap minta pulang (ke Sampang). Itu harga mati. Tidak bisa ditawar-tawar lagi,” lanjut perempuan berusia 43 tahun yang merupakan warga Desa Blu’uran, Kecamatan Karang Penang, Sampang itu saat ditemui di pelataran Grahadi–sebagaimana dikutip dari Beritajatim.
Hingga saat ini, dirinya bersama ratusan pengungsi lain masih menunggu ditegakannya keadilan oleh pihak pemerintah. Namun, keadilan itu tak kunjung datang. Ummi tetap berharap, Gubernur maupun Presiden terketuk hatinya dan dapat membantu kejelasan nasib para pengungsi Syiah.
Pengungsi lainnya, Rizkiyatul Fitriyah (33), yang juga warga Desa Blu’uran, Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang, menambahkan bahwa lantaran belum bisa bertemu gubernur, akhirnya mereka menulis surat yang meminta kesediaan Khofifah untuk menemui mereka.
“Kami kesini minta ketemu dengan Ibu Gubernur. Tapi tadi ajudannya bilang Ibu Gubernur jadwalnya padat, sedang keluar kota. Ya akhirnya kami sulit meminta untuk bisa ketemu,” katanya.
Berikut isi surat pengungsi muslim Syiah Sampang yang ditujukan pada Gubernur Khofifah:
‘Assalamualaikum, kami dari pengungsi Sampang, ingin menemui langsung Ibu Gubernur. Kami sudah datang ke kantor, tapi Ibu tidak ada. Kami ingin menyampaikan keluh kesah kami selama di pengungsian.
Kalau ada waktu kosong, kami sangat berharap bertemu langsung dengan ibu sekaligus silaturahmi sebagai kepala provinsi. Karena kami ingin kejelasan tentang nasib kami yang sudah mengungsi selama 8 tahun.
Kami harap Ibu bisa menemui kami pada tanggal 14 Maret – 20 Maret 2020, menyesuaikan jadwal kosong Ibu Gubernur. Terima kasih. Hormat Kami, Perwakilan Pengungsi Ibu-Ibu Sampang, tertanda Ummi Kulsum.
Sebagaimana diketahui, saat ini terdapat sekitar 340 lebih warga Syiah dari sejumlah desa di Sampang yang diungsikan Pemprov Jatim ke Rusun Jemundo, Sidoarjo sejak 2012.
Mereka diungsikan menyusul serangan fisik terhadap mereka pada Agustus 2012 silam. Serangan dengan senjata tajam yang diikuti dengan pengeroyokan dan pembakaran bangunan milik warga Syiah itu mengakibatkan satu orang tewas dan empat orang lainnya dalam kondisi kritis. Akibat serangan brutal itu, puluhan rumah terbakar. Sejak hidup di pengungsian, mereka menerima bantuan jatah hidup (jadup) dari Pemprov Jatim sebesar Rp. 709 ribu per bulan. (ahlulbaitindonesia/Sindo/BeritaJatim)