ICC Jakarta – Para nabi dan auliya Allah senantiasa mengenalkan manusia kepada asas persamaan. Mereka pun mendidik anggota keluarganya untuk tidak bersandar pada kemuliaan keluarga, namun mereka harus menjadi orang yang beramal saleh. Imam Ridha as kepada sahabatnya berkata, “Tidak ada hubungan kekeluargaan antara Tuhan dan siapa pun, kedekatan dengan Tuhan hanya diperoleh dengan amal dan ketaatan. Berhati-hatilah, Rasulullah kepada anak-anak Abdul Muthalib berkata, “Berikanlah kepadaku amal kalian dan jangan dengan silsilah serta nasab keluarga.”
Suatu hari seseorang datang menemui Imam Ridha as dan berkata, Aku bersumpah bahwa tidak ada orang di muka bumi yang mengunggulimu dari sisi nasab dan keturunan. Imam menjawab dan bersabda, “Takwa lebih unggul dari nenek moyangku dan ketaatan kepada Allah yang membuat mereka sampai pada derajat tinggi serta kemuliaan.”
Di hari yang lain datang seseorang kepada Imam Ridha as dan berkata, Aku bersumpah bahwa Anda adalah sebaik-baiknya manusia. Imam berkata kepadanya, “Janganlah kamu bersumpah, orang yang lebih mulia daripadaku adalah orang yang paling taat kepada Allah dan paling takut untuk melanggar perintah-Nya. Kemudian beliau membacakan ayat ke 13 surat al-Hujurat yang artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Imam juga memberi nasehat kepada umatnya untuk melakukan perbuatan baik karena hal itu sebagai parameter kemuliaan seseorang. Salah satunya adalah membantu orang lain dan melakukan perbuatan baik. Hal ini juga merupakan satu dari keistimewaan para Imam Maksum as. Setiap kali berbicara mengenai kewajiban seorang muslim, para Imam Maksum as dengan pelbagai ungkapan menyebut berbuat baik sebagai salah satu prinsip nilai dalam masyarakat Islam.
Dalam budaya Islam, berbuat baik kepada orang lain muncul dalam banyak tema pembahasan dan disebut sebagai jembatan bagi akhirat, ladang akhirat, perdagangan penuh keuntungan, bekal jalan, kemenangan ilahi dan lain-lain. Membantu orang lain dan melayani manusia bermakna memenuhi kebutuhan mereka dari jalan yang benar, baik dari sisi materi maupun spiritual. Berbuat baik dikenal dalam budaya Islam sebagai ibadah yang paling penting. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw, “Orang yang memenuhi kebutuhan saudara mukminnya, seperti orang yang beribadah kepada Allah seumur hidupnya.”
Imam Ridha as dalam pelbagai kesempatan mengingatkan tradisi baik ini dan menilainya sebagai perbuatan yang agung. Beliau juga menyebut berbuat baik kepada orang lain dapat menyebabkan panjang umur dan menyarankan manusia untuk berbuat baik dan bersedekah. Imam Ridha as meriwayatkan dari ayahnya hingga kepada Rasulullah Saw berkata, “Harta manusia yang paling baik dan bermanfaat adalah yang disedekahkan.”[]