ICC Jakarta – Imam Baqir As adalah imam Syiah yang kelima dan menjadi imam selama 19 tahun. Masa keimamahan Imam Baqir As bertepatan dengan era kelemahan pemerintahan Bani Umayyah dan perebutan kekuasaan di antara mereka. Imam Baqir As Pada priode tersebut telah membuat gerakan pengembangan ilmu yang sangat luas yang mencapai puncaknya pada periode keimamahan putranya Imam Shadiq. Dikatakan bahwa Imam Baqir As sangat tinggi dalam sisi keilmuan, kezuhudan, keagungan dan keutamaan. Darinya telah banyak periwayatan yang dinukil dalam bidang ilmu agama seperti dalam ilmu fikih, tauhid, hadis dan sunnah Nabi Saw, Ulumul Qur’an, sejarah, akhlak dan satra. Pada masa keimamahannya, telah diambil langkah-langkah penting dalam penyusunan pandangan-pandangan Syiah dalam berbagai bidang pengetahuan, seperti akhlak, fikih, kalam dan sebagainya.
Para ulama Ahlu Sunnah memberi kesaksian atas kemasyhuran ilmu Imam Baqir As. Ibnu Hajar Haitami berrkata, “Abu Ja’far Muhammad Baqir menyingkap khazanah ilmu yang terpendam, hakikat-hakikat hukum dan mutiara-mutiara kebijaksanaan. Ia menghabiskan umurnya dalam ketaatan kepada Allah. Imam Baqir As telah sampai pada kedudukan para arif, dimana bahasa tidak mampu menjelaskan sifat-sifatnya. Ia pun mempunyai banyak memiliki kata-kata mutiara dalam hal suluk dan pengetahuan.”
Pada tahun 94 H hingga 114 H adalah masa munculnya aliran-aliran fikih dan puncak periwayatan mengenai tafsir Al-Quran. Hal ini disebabkan lemahnya pemerintahan Bani Umayah dan pertengkaran di antara petinggi pemerintahan untuk memperoleh kekuasaaan. Ulama Ahlu Sunnah, seperti Syihab Zuhri, Makhul dan Hisyam bin Urwah, aktif dalam meriwayatkan hadis dan memberi fatwa. Sementara yang lainnya aktif dalam menyebarkan akidah dan pemikirannya masing-masing, seperti Khawarij, Murjiah, Kisaniyah dan Ghaliyan.
Pada masa tersebut, Imam Baqir As membuka sisi kelimuan cecara luas yang mencapai puncaknya pada masa putranya, Imam Shadiq As. Ia menjadi rujukan semua pembesar dan ulama Bani Hasyim dalam kelimuan, kezuhudan, keagungan dan keutaman. Riwayat dan hadisnya mengenai ilmu agama, sunah nabawi, ulumul quran, sejarah, akhlak dan sastra sedemikian rupa hingga pada saat itu tidak tersisa lagi pada seorang pun dari keturunan Imam Hasan dan Imam Husain As.
Meskipun saat itu pemikiran Syiah masih terbatas pada masalah azan, taqiyah, shalat mayit dan sebagainya, namun dengan kehadiran Imam Baqir As terdapat langkah penting dalam perkara ini. Di kalangan Syiah muncul sebuah kondisi yang baik. Pada masa inilah Syiah mulai menyusun budayanya sendiri—melingkupi fikih, tafsir dan akhlak.
Imam Baqir As dengan dengan keras menolak argumentasi kelompok Ashabul Qiyas. Ia pun dengan keras melawan argumentasi seluruh kelompok Islam yang menyimpang. Dengan cara gigih ini, Imam Baqir As berhasil membedakan keyakinan Ahlulbait yang benar dari pemikiran kelompok Islam lainnya pada berbagai bidang. Mengenai kelompok Khawarij. Imam Baqir As berkata, “Kaum Khawarij memahami zaman secara sempit karena kebodohannya. Agama yang lebih sederhana dan lebih luwes adalah milik orang-orang yang mengenalnya (zamannya).”
Kemasyhuran ilmu Imam Baqir As tidak hanya di wilayah Hijaz, namun juga tersebar hingga daerah Irak dan Khurasan. Seorang perawi mengatakan “Aku melihat penduduk Khurasan duduk mengelilinginya dan menanyakan berbagai masalah ilmu mereka kepadanya.”
Pada akhirnya Imam Baqir syahid pada tanggal pada tanggal 7 Dzulhijjah tahun 114 H atau pada tanggal menurut riwayat yang lain dan dikuburkan di Baqi di samping kuburan ayahnya, Imam Sajad As dan kuburan paman dari ayahnya, Imam Hasan Mujtaba As.
Teriring ungkapan rasa turut berduka atas hari kesyahidannya Imam Muhammad bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib As al Baqir As.[]