ICC Jakarta – Perang ini sedang memasuki tahun kelima, ketika menurut para pejabat internasional dan PBB, lebih dari 24 juta orang Yaman membutuhkan bantuan, lebih dari 15 juta orang kekurangan gizi dan jutaan anak berada dalam bahaya kelaparan, dimana semua itu bukan karena krisis dan bencana alam, tapi akibat perang dan kelanjutannya selama 4 tahun serta dibarengi dengan kebungkaman dan ketidakpedulian masyarakat internasional.
Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran hari Senin (25/03) pada peringatan dimulainya agresi pasukan koalisi yang dipimpin arab Saudi menyinggung fakta pahit ini dan menyatakan kecaman terhadap invasi tanah air Yaman dan menuntut segera diakhirinya perang dan pertumpahan darah di negara itu. Dengan dukungan Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, dan beberapa negara lainnya, Arab Saudi menggelar invasi militer ke Yaman pada Maret 2015, dengan pengepungan darat, laut, dan udara. Selama empat tahun perang yang digelar di Arab Saudi dan sekutu-sekutunya di Yaman, menurut sebuah pernyataan oleh Kementerian Kesehatan Yaman, 12.000 orang Yaman terbunuh dan 26.000 lainnya terluka akibat koalisi Saudi, dan lebih dari 6.000 di antaranya adalah wanita dan anak-anak.
Rezim Saudi, dengan impiannya untuk mendominasi Yaman dan menciptakan disintegrasi di negara ini memasuki perang yang tidak setara ini. Tetapi terlepas dari ekspektasinya, rezim Saudi menderita serangkaian kekalahan dan korban besar dalam menghadapi militer dan komite relawan rakyat Yaman.
Surat kabar Amerika The Hill dalam menganalisa perkembangan di Yaman menulis, “Arab Saudi telah menemui jalan buntu di Yaman. Kenyataannya adalah bahwa Arab Saudi secara militer telah mengalami masalah di negara itu dan satu-satunya cara untuk keluar dari lumpur Yaman adalah menghentikan perang melawan Yaman.”
Empat elemen yang diusulkan Iran pada April 2015 untuk menyelesaikan krisis Yaman adalah salah satu cara untuk mengakhiri agresi ini. Proposal Iran itu didasarkan pada empat elemen utama; menghentikan permusuhan, gencatan senjata segera, pengiriman bantuan kemanusiaan dan inisiasi dialog politik antara semua kelompok politik Yaman serta pembentukan pemerintahan rekonsiliasi nasional.
Sejauh ini beberapa langkah telah dilakukan untuk mengakhiri perang Yaman, di antaranya adalah negosiasi antara kelompok-kelompok Yaman di Stockholm yang diadakan pada bulan Desember 2018 dengan kehadiran partai-partai politik Yaman. Perundingan mencapai kesepakatan awal untuk menciptakan gencatan senjata di pelabuhan al-Hudaydah dan pertukaran tawanan antara kedua belah pihak, pembukaan jalur penerbangan untuk mengirim obat-obatan, makanan dan bahan pokok yang dibutuhkan rakyat, tetapi perjanjian ini telah berulang kali dilanggar oleh Arab Saudi.
Akhir perang di Yaman tidak diragukan lagi menuntut kehendak dunia, terutama dari negara-negara Barat, untuk menghentikan tindakan tidak manusiawi Saudi di Yaman.
Republik Islam Iran meyakini solusi politik untuk mengakhiri perang di Yaman. Oleh karena itu, Kementerian Luar Negeri Iran, dalam pernyataannya, menegaskan kembali dukungannya untuk perjanjian Stockholm, mendesak negara-negara berpengaruh dalam krisis Yaman untuk memberikan dasar yang diperlukan untuk implementasi penuh perjanjian. Republik Islam Iran berharap bahwa implementasi penuh dari perjanjian Stockholm, dengan dukungan komunitas internasional, akan mengurangi penderitaan rakyat Yaman, terutama anak-anak dan perempuan di negara itu dan akan menjadi langkah pertama untuk penyelesaian akhir krisis Yaman.
Sumber: Parstoday